TIMES JATIM, BONDOWOSO – Pemerintah Kabupaten Bondowoso berhasil dalam menekan angka stunting sehingga turun sangat signifikan. 

Berdasarkan evaluasi terbaru dari Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Provinsi Jawa Timur, prevalensi stunting di Bondowoso kini menyentuh angka 11,2 persen. 

Penurunan ini menunjukkan capaian luar biasa dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Penjabat Sekretaris Daerah (Pj Sekda) Bondowoso, Anisatul Hamidah menjelaskan, penurunan ini merupakan hasil kerja bersama lintas sektor yang terus bersinergi dan berinovasi dalam menangani masalah gizi kronis pada anak.

Pada tahun 2022, angka stunting di Bondowoso sempat berada di angka 37 persen tertinggi di Jawa Timur lalu turun menjadi 32 persen, dan pada 2023 menurun drastis ke 17 persen. “Tahun ini kami berhasil menekannya lagi menjadi 11,2 persen,” jelas Anis.

Kepala Dinas Sosial P3AKB Bondowoso tersebut menekankan, keberhasilan ini bukan semata karena alokasi anggaran, tetapi juga karena lahirnya berbagai inovasi dari tingkat desa hingga kecamatan.

“Penanganan stunting di Bondowoso kini mengedepankan pendekatan kreatif dan partisipatif. Bukan hanya menjalankan aturan, tapi bagaimana memberi nilai tambah dari setiap program,” tuturnya.

Beberapa inovasi lokal yang diapresiasi antara lain program Kece Abis dari Kecamatan Curahdami serta program Perang (Perangi Stunting) dari Kecamatan Cermee. Program-program tersebut menjadi penggerak utama dalam mempercepat intervensi stunting secara menyeluruh dan berkelanjutan.

Anisatul menambahkan, target ke depan adalah menurunkan angka stunting ke titik serendah mungkin. Hal ini menjadi bagian dari komitmen daerah dalam mencetak generasi emas yang sehat dan berkualitas.

"Karena itu, kami mengajak masyarakat untuk aktif memanfaatkan layanan di Posyandu. Jangan ragu datang, karena di sana tersedia pelayanan kesehatan terpadu bagi anak-anak,” pungkasnya.(*)