TIMES JATIM, LAMONGAN – Universitas Islam Lamongan (Unisla) meresmikan Aswaja Center. Tujuannya untuk meneguhkan identitas ke-Aswaja-an, ke-NU-an dan mencetak insan akademis akhlakul karimah bernilaikan Ahlussunnah Waljamaah An-Nadliyah.
Sehingga mahasiswa semua fakultas di Kampus Hijau tersebut berkewajiban untuk menempuh materi mata kuliah Aswaja di semester 7 dan semester 8 yang semuanya kegiatannya terkoordinasi di Aswaja Center Unisla.
“Karena ini sangat penting bagi civitas akademik Unisla. Sehingga nantinya setelah menjadi alumni bisa memperjuangkan menyebarkan ke-Aswaja-an dan ke-NU-an di lingkungan terdekatnya,” ujar Kepala Biro Humas dan Aswaja Center Unisla Dwi Aprilianto, Senin (31/1/2022).
Materi mata kuliah Aswaja di Unisla, jelas Dwi, sebagai salah bentuk preventif radikalisasi khusunya di wilayah Kabupaten Lamongan. Oleh karena itu, menurutnya, ada beberapa program deradikalisasi.
“Upamanya ada mahasiswa yang sudah ikut jaringan, maka kita akan berupaya untuk deradikalisasi mereka dengan cara-cara yang sudah ada tatibnya dan sudah ada prosedurnya,” katanya.
Selain itu, diungkapkan Dwi, Aswaja Center Unisla juga mendatangkan sejumlah para kiai dan ulama Nahdlatul Ulama berpengaruh untuk menjawab segala permasalahan yang ada ditengah-tengah masyarakat.
“Rencananya pada tanggal 9 Maret 2022, kita akan mendatangkan Ketua PWNU KH Marzuki Mustamar dengan mengambil tema 'Semangat Meneguhkan Aswaja' di Kampus Unisla,” tuturnya.
Sementara itu, Pembina Aswaja Center Unisla Zulkifli Lubis menyampaikan kenapa Aswaja (Ahlussunnah Wal Jamaah) diteguhkan bahkan menjadi materi mata kuliah di Kampus Hijau.
“Karena di Aswaja kita bisa menemukan bahwa Islam ini adalah Rahmatan Lil Alamin. Islam yang tidak hanya membicarakan tentang halal dan haram tentang pahala dan dosa. Serta bisa memberikan manfaat pada siapapun termasuk yang tidak hidup juga (meninggal dunia),” kata Zulkifli.
Ditegaskan Zulkifli, Ahlussunnah Wal Jamaah akan menjadi prinsip dasar dan sebagai aqidah utama yang harus dijalankan oleh seluruh civitas akademika Unisla tanpa terkecuali.
Untuk itu, menurutnya, sebagai persyaratan kelulusan di Unisla itu harus mengikuti kurikulum nasional yang kurang lebih 140 SKS ditambah dengan kurikulum pesantren di desain sedemikian rupa. Sehingga seluruh mahasiswa wajib ikut mondok selama 4 sampai 5 bulan di Kampus Hijau sebanyak 6 SKS.
“Jadi tidak hanya kurikulum pendidikan formal yang diajarkan di Unisla tapi juga kurikulum muatan lokal yakni kurikulum Aswaja atau kurikulum pondok pesantren. Sehingga dari 2 kurikulum ini, alumni Unisla memiliki ruh untuk Anfa'uhum Linnas bermanfaat bagi orang lain,” ucapnya.
Dijelaskan Zulkifli, Aswaja Center Unisla akan dijadikan pusat kegiatan yang berkaitan dengan model pembelajaran pengembangan ke-Aswaja-an, anti radikalisme dan sebagainya. “Yang tentunya, tim Aswaja juga akan mengundang semua pihak yang berempati dan bersimpati dengan program ini,” kata Zulkifli Wakil Rektor I Unisla. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Aswaja Center Unisla Diresmikan, Ini Tujuannya
Pewarta | : Moch Nuril Huda |
Editor | : Deasy Mayasari |