TIMES JATIM, PACITAN – Kisah siswa di SDN 3 Kemuning, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur menuntut ilmu begitu penuh perjuangan. Pasalnya, untuk bisa sampai ke sekolah, mereka harus menyusuri sungai dan tebing curam membahayakan.
Kondisi ini berlangsung berbulan-bulan sejak bencana tanah longsor pada Jumat (28/11/2022) tahun lalu yang menerjang akses jalan yang biasa mereka lewati setiap hari hingga rusak berat. Saat ini belum ada penanganan serius dari pihak manapun.
Para siswa harus melintasi perbukitan yang curam lantaran akses jalan tertutup material tanah longsor beberapa waktu lalu. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Menurut warga setempat yang juga guru bernama Nurul Arifin menyebutkan, setidaknya 5 RT di Dusun Sempu dan 5 RT Dusun Krajan, Desa Kemuning terisolir hingga menyebabkan aktivitas perekonomian warga terhambat.
"Anak didik tidak bisa sekolah. Akses ekonomi warga pun terhambat," katanya, Rabu (22/2/2023).
Selaku warga setempat, Arifin pun berharap kepada pemerintah untuk segera memperbaiki jembatan dan akses jalan yang rusak supaya mobilitas kembali normal.
"Kami minta Pemkab Pacitan segera membangun kembali jembatan agar anak didik sekolahnya lancar," pintanya.
Orang tua yang khawatir terhadap keselamatan anaknya mesti menggendong menuju sekolah setiap hari sejauh 10 kilometer. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Sementara itu, Kepala Dusun Krajan, Sumardi Domo mengaku, jika keluhan warga selama ini sudah dilaporkan oleh Pemdes Kemuning ke Kecamatan Tegalombo namun belum kunjung menemui titik terang.
"Sudah disampaikan ke kecamatan, tapi begitulah kondisinya. Sekolah MI di sini juga terdampak," terangnya saat dihubungi lewat telepon.
Senada diungkapkan siswa kelas Kelas 2, Tiara Puja Lestari, jika dia bersama teman-teman lainnya dibayang-bayangi rasa takut terpaksa setiap hari demi menuntut ilmu dengan menyeberangi sungai di bawah lereng bukit yang terdampak longsor tersebut.
Sedangkan jarak tempuhnya mencapai 10 kilometer. "Takutnya pas nyebrang tiba-tiba banjir dan longsor. Tapi kalau tidak lewat sini mau lewat mana lagi," ujarnya.
Sementara itu, Erna Riyanti mengaku khawatir terhadap keselamatan Tiara. Dia rela menggendong anaknya tersebut saat menyeberangi sungai dan lereng bukit yang terkena longsor dengan penuh hati-hati.
Belum lagi cuaca yang kerap kurang bersahabat menambah rasa takut kian menyelimuti. "Nggak tega lihat anak berangkat sekolah sendirian, makanya saya gendong agar bisa ke sekolah meski jalan kaki," jelasnya.
Selain itu, Sri Winarti (28) yang juga warga Desa Kemuning menambahkan, meski sungai tersebut kondisinya curam, namun warga tetap nekat melewatinya. Sebab jembatan yang biasa dilewati telah rusak diterjang banjir dan tanah longsor dari atas Gunung Ijo.
"Sekarang kami terisolir. Akses jalan terputus total," ucapnya menjelaskan bagaimana perjuangan siswa SDN 3 Kemuning, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan. (*)
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Ronny Wicaksono |