https://jatim.times.co.id/
Berita

Serapan Pupuk Bersubsidi di Pacitan Baru Mencapai 30 Persen

Kamis, 28 Agustus 2025 - 15:16
Serapan Pupuk Bersubsidi di Pacitan Baru Mencapai 30 Persen Petani Pacitan masih menunggu musim tanam untuk menyerap pupuk subsidi pemerintah. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, PACITAN – Serapan pupuk bersubsidi di Kabupaten Pacitan masih tergolong rendah hingga pertengahan tahun 2025. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Pacitan, Sugeng Santoso, mengakui serapan pupuk baru mencapai 30 persen dari total kuota pada Juli 2025.

“Serapan pupuk subsidi di Pacitan memang masih rendah. Juli 2025 baru mencapai angka 30 persen dari kuota,” kata Sugeng Santoso, Kamis (28/8/2025).

Menurutnya, kondisi tersebut wajar karena belum masuk musim tanam. Serapan pupuk diperkirakan akan meningkat signifikan pada September hingga Oktober mendatang.

“Nanti akan naik di September–Oktober. Karena memang masuk musim tanam. Petani butuh pupuk subsidi. Karena banyak juga tadah hujan,” jelasnya.

Sugeng menargetkan serapan pupuk subsidi tahun ini bisa mencapai 95 persen, mendekati capaian tahun sebelumnya yang berada di angka 94 persen. “Target serapan 95 persen. Tahun kemarin kan 94 persen,” ujarnya.

Selain faktor musim tanam, rendahnya serapan pupuk juga dipengaruhi kendala di lapangan. Di sejumlah wilayah, terutama bagian barat Pacitan, petani enggan menanam karena khawatir hasil panen tidak maksimal akibat serangan hewan liar.

“Kendala di masing-masing wilayah kecamatan berbeda-beda. Karena ada serangan monyet dan babi sejak beberapa tahun belakangan. Sehingga petani lebih memilih aman dulu. Kalau ditanami pun hasilnya tetap tidak maksimal. Itu hasil diskusi kami dengan PPL dan beberapa kelompok tani. Khususnya wilayah barat,” ungkap Sugeng.

Situasi tersebut membuat petani lebih berhati-hati dalam memanfaatkan pupuk bersubsidi. Mereka cenderung menunggu musim tanam yang tepat agar pupuk yang digunakan bisa lebih efektif.

Data Serapan Pupuk Bersubsidi

Berdasarkan data DKPP Pacitan, pupuk jenis NPK menjadi yang paling banyak tersalurkan dengan jumlah 3.405 ton dari kuota 12.552 ton atau 27,13 persen. Pupuk Urea menyusul dengan 3.239 ton dari 15.696 ton (20,64 persen). Sementara pupuk organik baru tersalur 217 ton dari kuota 1.296 ton.

Adapun pupuk NPK Formula Khusus masih sangat minim, baru 0,5 ton dari kuota 19 ton. Kondisi ini menunjukkan ada kesenjangan cukup besar antara kebutuhan di lapangan dengan realisasi penyaluran.

Jika ditarik lebih rinci per kecamatan, Tulakan mencatat serapan pupuk Urea tertinggi, yakni 517 ton dari kuota 1.964 ton. Namun, Kecamatan Donorojo justru paling rendah, hanya 40 ton dari 780 ton atau setara 5,23 persen.

Untuk pupuk NPK, Kecamatan Bandar paling aktif dengan serapan 561 ton (38,38 persen). Sementara kecamatan Punung, Pringkuku, dan Ngadirojo bahkan belum mencatatkan penyaluran pupuk formula khusus sama sekali.

Perbandingan dengan Tahun Lalu

Sebagai pembanding, pada 2024 lalu, dari total alokasi pupuk bersubsidi sebesar 24.672 ton, realisasi serapan mencapai 93,37 persen. Bahkan pupuk NPK tahun lalu berhasil terserap lebih dari 94 persen.

Sugeng berharap capaian tahun lalu bisa kembali diraih. Menurutnya, koordinasi dengan kelompok tani dan petugas penyuluh lapangan (PPL) akan terus ditingkatkan untuk memastikan distribusi pupuk subsidi berjalan lancar.

“Kalau petani sudah mulai masuk musim tanam, kami optimis serapan pupuk akan naik. Harapannya bisa mendekati target 95 persen,” pungkasnya. (*)

Pewarta : Yusuf Arifai
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.