TIMES JATIM, SURABAYA – Pameran Cross Musea “Bajawara” resmi dibuka pada Kamis (20/11) di Museum Sepuluh Nopember Surabaya. Menghadirkan empat museum dari daerah berbeda dan berlangsung hingga 30 November 2025. Tarif masuk hanya dibanderol sebesar Rp8.000 untuk kalangan umum, Rp3.000 untuk pelajar luar kota, dan gratis bagi pelajar Surabaya.
Empat museum yang berpartisipasi ialah Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Museum Pers Solo, Museum Islam Nusantara Jombang, serta Museum Sepuluh Nopember sebagai tuan rumah. Masing-masing membawa benda pameran yang berkaitan dengan koleksi institusi asalnya.
Beberapa rombongan pelajar datang bergantian, begitu juga pengunjung umum. Saat datang langsung saja ke meja registrasi sebelum memasuki ruang pamer utama.
Konten pameran disusun dalam bentuk panel informasi, foto dokumentasi, dan benda koleksi. Tiap museum membawakan koleksi untuk dipamerkan. Contohnya, Museum Islam Nusantara Jombang dengan beberapa manuskrip serta benda yang berkaitan dengan sejarah tokoh Islam di wilayah Nusantara.
Di lantai dua museum terdapat pertunjukan visual. Ruangan ini menampilkan narasi sejarah, khususnya Surabaya melalui proyeksi cahaya dan audio. Berbeda dari zona lain, ruang ini cenderung lebih padat karena banyak pengunjung memilih menonton hingga selesai.
Salah satu koleksi yang dipamerkan adalah jubah milik KH Hasyim Asy’ari dari Museum Islam Nusantara Jombang. (Foto: Della Nur Khofiah/TIMES Indonesia)
Nita (20), pengunjung asal Surabaya, menilai ruang tersebut menjadi titik yang paling menarik. “Pernah dengar, mungkin sama saja sebenarnya, tapi cara penyampaiannya yang unik. Jadi kita bisa lihat layar ga cuma satu titik,” katanya.
Ia datang setelah melihat informasi pameran di media sosial. Menurutnya, penataan benda koleksi cukup teratur. “Saya lihat penataan koleksinya lebih teratur, jadi kita tahu harus mulai dari mana,” ujarnya.
Ia menambahkan, kegiatan semacam ini membuat museum terlihat lebih ramai. Menurutnya, jika ada acara seperti ini lebih sering, orang mungkin akan lebih tertarik datang karena ada hal baru yang bisa dilihat.
Selama periode pameran, museum juga mengadakan beberapa kegiatan pendukung seperti seminar Bu Dar Mortir, final lomba deklamasi puisi, dan final lomba kelana musea. Kegiatan tersebut diadakan di hari berbeda.
Pameran Cross Musea “Bajawara” menjadi salah satu upaya museum untuk memperluas akses edukasi sejarah kepada masyarakat. Pengunjung mendapat kesempatan melihat ragam sudut pandang sejarah dalam satu lokasi. Respons pengunjung yang cukup baik di hari-hari awal menunjukkan bahwa kegiatan seperti ini masih relevan dan diminati. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Pameran Cross Musea 'Bajawara': Refleksi Ragam Sejarah Indonesia
| Pewarta | : Siti Nur Faizah |
| Editor | : Deasy Mayasari |