TIMES JATIM, JAKARTA – Sejarah hari ini akan mengulas peringatan Hari Bidan Nasional yang jatuh setiap 24 Juni. Peringatan menjadi bentuk penghargaan akan profesi bidan dalam membantu proses kelahiran dan menjadi kesehatan ibu dan bayi yang baru lahir.
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) adalah organisasi profesi yang didirikan pada tanggal 24 Juni 1951. IBI terdaftar sebagai asosiasi profesi kesehatan pada Departemen Kehakiman Republik Indonesia pada tanggal 15 Oktober 1954, sebagaimana diatur dalam Lembaran Negara No. JA. 5927. IBI merupakan wadah untuk mempertemukan bidan Indonesia yang memiliki visi menjadi organisasi profesi yang andal dalam mewujudkan bidan profesional berstandar global.
Pada tahun 1956 , IBI terdaftar sebagai anggota Konfederasi Bidan Internasional (ICM). IBI memiliki 34 perwakilan di 34 provinsi dengan 508 cabang di tingkat kabupaten dan 2.593 ranting di tingkat kecamatan.
Peran Bidan
Dikutip dari IBI, dua perempuan di Indonesia meninggal setiap jam akibat komplikasi selama kehamilan, melahirkan, dan nifas, menurut Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) 2015. Dengan Angka Kematian Ibu (AKI) yang termasuk tertinggi di Asia Tenggara, Bidan memiliki peran kunci dalam mengatasi persoalan ini.
Kerja bidan penting dalam memastikan bahwa perempuan bisa menikmati pemenuhan hak dan kesehatan seksual dan reproduksinya dengan menyediakan layanan berkualitas konseling dan keluarga berencana, layanan antenatal-persalinan-nifas, layanan pasca keguguran, layanan bayi barulahir, konseling dan tes untuk HIV dan infeksi menular seksual (IMS), layanan untuk penyintas kekerasan berbasis gender (KBG) dan pasangan, dan advokasi untuk meninggalkan praktik-praktik berbahaya, seperti perkawinan anak dan pemotongan dan perlukaan genitalia perempuan (P2GP).
Sejak 1992, para bidan di seluruh dunia telah merayakan pengakuan akan kontribusi dan kerja mereka lewat peringatan Hari Bidan Internasional setiap 5 Mei.
Bidan Tulang Punggung Kesehatan
Kepala Staf Kepresidenan Indonesia, Jenderal TNI (Purn.) Dr. H. Moeldoko, S.I.P memuji bidan atas kontribusi besar mereka terhadap kesehatan ibu dan bayi, terutama selama pandemi Covid-19.
“Bidan merupakan tulang punggung sistem kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan anak. Untuk itu, kita semuanya patut memberikan dukungan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme bagi para bidan,” ucapnya. “Bidan adalah aset negara. Tanpa bidan, sulit mencapai Indonesia maju,” lanjutnya.
Dr. Emi Nurjasmi, Ketua IBI mengatakan, Bidan juga memainkan peran kunci dalam mendukung pengawasan pertumbuhan dan perkembangan selama 1.000 hari pertama kehidupan sebagai periode emas untuk mencegah stunting dan membangun kualitas generasi masadepan dan terutama pengurangan kematian ibu dan bayi baru lahir. (*)
Pewarta | : Ratu Bunga Ambar Pratiwi (MG-345) |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |