TIMES JATIM, BANYUWANGI – Cuaca seringkali menjadi tantangan bagi para petani. Pasalnya, akibat dari cuaca yang tidak menentu dapat memicu berbagai penyakit tanaman. Pemkab Banyuwangi melalui Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) telah menyiapkan langkah strategis bagi petani untuk memaksimalkan hasil panen khususnya persiapan menghadapi musim hujan.
Sebelumnya, BMKG memprakirakan bahwa curah hujan tinggi akan mulai terasa di Banyuwangi pada akhir bulan Oktober 2024, seiring dengan peningkatan indeks IOD (Indian Ocean Dipole) dan ENSO (El Niño–Southern Oscillation).
Prakirawan BMKG Kelas III Banyuwangi, I Gede Agus Purbawa, menyatakan bahwa indikasi tersebut merupakan sinyal kuat dari kemunculan La Nina.
"Dari pemantauan suhu di Samudera Pasifik, ada anomali negatif yang mengindikasikan suhu di sana sedang mendingin. Artinya, ada potensi kuat bahwa La Nina akan terjadi," katanya.
Melihat fenomena tersebut, antisipasi dan segala upaya harus dipersiapkan petani khususnya pada komoditas Hortikultura seperti cabai, tomat, bawang, termasuk semangka dan lainya. Hal ini dapat mencegah adanya gagal panen karena terserang penyakit akibat hujan yang berkepanjangan.
"Musim hujan itu berkah yang ditunggu para petani, tapi jika berlebihan akan menjadi penyebab penyakit untuk tanaman," ucap Kabid Perkebunan dan Hortikultura Dispertan Banyuwangi, Pongky Hari Asmara, Kamis (31/10/2024).
Dijelaskan oleh Pongky, bilamana musim hujan yang terlalu ekstrim tanaman akan rentan terserang penyakit yang bersumber dari Fungi atau jamur yang menyebabkan busuk daun, Antraknosa dan lainya. Tak hanya itu, hujan juga menjadi penyebab berkembangnya bakteri yang menyerang tanaman hingga menimbulkan busuk lunak bakteri, bercak daun dan sebagainya.
"Musim hujan ini bukan masalah hama, tapi penyakit yang harus diwaspadai seperti serangan bakteri dan fungi atau jamur,” ujarnya.
Dispertan Banyuwangi, Pongky menambahkan, melalui Tim Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) sudah melakukan sosialisasi kepada para petani, sebagai upaya antisipasi mencegah gagal panen akibat hujan berkepanjangan nantinya. Salah satunya adalah terkait dengan teknis bertanam.
Adapun teknis yang harus dilakukan yaitu tentang manajemen pengelolaan atau pengendalian air. Musim hujan identik dengan melimpahnya air, tidak semua tanaman tahan dengan air yang berlebihan. Dalam pengendalian air tersebut yang paling penting dilakukan adalah membersihkan saluran air atau parit pada sawah.
“Pembersihan saluran air ini mencegah banjir atau genangan pada sawah yang menimbulkan busuk akar pada tanaman, khususnya tanaman Hortikultura,” tutur Pongky.
Tak hanya itu, masih kata Pongky, teknis antisipasi lain bagi petani yang akan memulai menanam tanaman hortikultura pada saat musim hujan, yakni untuk meninggikan guludan tanam. Cara ini juga mengantisipasi terjadinya busuk akar akibat terlalu banyak terendam air.
“Pengendalian air ini sangat penting agar tidak terserang cacar, fusarium dan lain sebagainya,” ujarnya.
“Saat ini tanaman yang paling diuntungkan saat musim hujan adalah tanaman padi,” imbuh Pongky. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Maksimalkan Produktivitas, Petani Banyuwangi Dapat Tips Hadapi Cuaca Ekstrem
Pewarta | : Anggara Cahya Kharisma |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |