https://jatim.times.co.id/
Berita

Banyuwangi Luncurkan Program Edukasi Perempuan Hadapi Perubahan Iklim

Rabu, 09 Juli 2025 - 17:39
Banyuwangi Luncurkan Program Edukasi Perempuan Hadapi Perubahan Iklim Foto. Wakil Bupati Banyuwangi, Mujiono didampingi Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Timor Leste, Papua Nugini dan ASEAN, H.E. Sten Frimodt Nielsen dan Managing Director Wahid Foundation, Siti Kholisoh. (Foto: Humas Pemkab for TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, BANYUWANGIBanyuwangi kembali menunjukkan komitmennya dalam menghadapi krisis iklim, kali ini lewat langkah konkret yang melibatkan kekuatan perempuan desa.

The Shalimar Boutique Hotel Malang kembali menghadirkan Tong Tong Night Market, sebuah festival budaya dan kuliner yang telah menjadi tradisi tahunan sejak 2016. Tahun ini, event yang berlangsung pada 24–27 Juli 2025 tersebut mengangkat tema "Topengan Malang", sebagai bentuk apresiasi terhadap seni pertunjukan khas daerah yang sarat makna historis dan filosofis.
Digelar di Taman Tjerme, Malang, acara ini akan menyuguhkan berbagai penampilan seni budaya, hiburan, dan kuliner tradisional yang menggambarkan kekayaan budaya Kota Malang dan sekitarnya. 

Mulai dari pertunjukan tari topeng Malangan, musik tradisional, hingga bazar kuliner bertajuk “Jalan Jajan Sore Sore”, pengunjung akan diajak untuk merasakan atmosfer pasar malam yang kental dengan nilai budaya.

Tahun ini, Tong Tong Night Market juga menjadi bagian dari Karisma Event Nusantara (KEN) 2025, sebuah program unggulan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang bertujuan untuk mengangkat potensi daerah melalui penyelenggaraan event berkualitas.

 Keikutsertaan dalam program KEN menandai pengakuan terhadap peran penting Tong Tong Night Market dalam mendorong pariwisata, ekonomi kreatif, serta pelestarian budaya lokal.

Kartika Chandra Hapsari, selaku Ketua Pelaksana Tong Tong Night Market 2025, menyampaikan harapannya agar acara ini dapat menjadi jendela budaya Malang bagi masyarakat luas, termasuk wisatawan mancanegara.

“Tong Tong Night Market bukan hanya ajang hiburan, tapi juga menjadi salah satu bentuk nyata upaya pelestarian budaya. Kami berharap acara ini bisa menjadi alat diplomasi budaya yang memperkenalkan kekayaan seni dan tradisi Kota Malang, baik di tingkat nasional maupun internasional,” ujar Kartika.

Nama "Tong Tong Night Market" sendiri terinspirasi dari Tong Tong Fair di Belanda, festival budaya Indo-Eropa terbesar yang telah diadakan sejak tahun 1959. Dengan semangat yang serupa, The Shalimar Boutique Hotel Malang berupaya menjadikan acara ini sebagai ruang interaksi lintas budaya yang inklusif, edukatif, dan menghibur.

Program-program yang akan hadir dalam Tong Tong Night Market 2025 meliputi panggung seni budaya, pameran UMKM kreatif, pertunjukan komunitas lokal, hingga pengalaman kuliner yang menggugah selera. Pengunjung diharapkan tidak hanya datang untuk menikmati hiburan, tetapi juga membawa pulang pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai budaya yang terus dijaga oleh masyarakat Malang.

Sebagai bagian dari strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan, acara ini diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi, sosial, dan budaya yang positif bagi masyarakat lokal serta memperkuat identitas Malang sebagai kota dengan kekayaan warisan budaya yang hidup.

Bersama Wahid Foundation dan didukung penuh oleh Pemerintah Denmark, diluncurkan program edukatif dan pemberdayaan bertajuk Eco Space Desa Damai Tangguh Perubahan Iklim.

Menariknya, program ini menyasar sebanyak 300 perempuan Banyuwangi. 

Peluncuran program ini dilakukan langsung oleh Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Timor Leste, Papua Nugini dan ASEAN, H.E. Sten Frimodt Nielsen di Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi Selasa (08/07/2025). 

Turut hadir Wakil Bupati Banyuwangi Mujiono dan Managing Director Wahid Foundation, Siti Kholisoh. Peluncuran program tersebut ditandai dengan penanaman pohon di lahan bekas tambang pasir yang berada di Desa Bangsring seluas 3 hektar. 

Di area tersebut dilakukan penanaman 300 bibit pohon petai dan alpukat. Ini dilakukan sebagai bentuk nyata rehabilitasi ekologis sekaligus penguatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim. 

Dubes Denmark H.E. Sten Frimodt Nielsen menyampaikan bahwa krisis iklim kini dirasakan di seluruh dunia dan membutuhkan respons yang menyeluruh dan inklusif. Ia memastikan bahwa semua upaya yang  dilakukan mencakup semua pihak, termasuk perempuan.

“Krisis iklim telah mempengaruhi kehidupan kita dari gagal panen, banjir, hingga kerusakan lingkungan. Kami percaya bahwa solusi berbasis kearifan lokal sangat penting untuk menjawab tantangan ini secara efektif,” ujarnya, Rabu (09/07/2025).

Nielsen mengaku bangga bisa menjadi bagian dari program yang memanfaatkan kearifan lokal seperti di Banyuwangi ini. Di mana lahan-lahan tidak produktif diubah menjadi pertanian wanatani atau agroforestri yang terpadu yang ramah lingkungan.

“Kami akan mengedukasi bagaimana lahan tidak produktif ini menjadi pertanian terpadu yang mendukung ketahanan pangan dan melibatkan perempuan dalam posisi yang strategis,” kata Nielsen.

Managing Director Wahid Foundation, Siti Kholisoh menambahkan, program ini bagian dari Proyek WE CARE (Women Empowering Communities Against Rising Environmental Threats) yang digagas oleh Wahid Foundation.

Program ini diikuti 300 perempuan Banyuwangi di tiga desa yakni Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Desa Grajagan Kecamatan Purworejo dan Desa Barurejo Kecamatan Siliragung.

Di Desa Bangsring lahan Wanatani (agroforestry) menggunakan lahan bekas tambang pasir yang berada di Desa Bangsring seluas 3 hektar. 

“Dalam mengelola lahan tersebut, para perempuan akan didampingi oleh perguruan tinggai yang menjadi mitra. Mulai dari pembibitan, hingga budidaya dan panen. Program ini akan berlangsung sampai September 2025. ” kata Siti Kholisoh.

Selain program tersebut, juga ada program Eco Space. Di program ini masyarakat khususnya kaum perempuan mendapatkan edukasi dan pelatihan budidaya tanaman sayur dan beternak hingga membuat pupuk organik yang berasal dari limbah rumah tangga dan kotoran ternak.

“Tujuan program ini untuk menghasilkan nilai tambah ekonomi bagi keluarga,” ujarnya.

Wakil Bupati Banyuwangi, Mujiono, menyampaikan apresiasi atas inisiatif ini dan menyebutnya sebagai langkah konkret dalam menghadapi tantangan perubahan iklim di tingkat lokal.

“Kegiatan ini adalah bentuk ikhtiar nyata untuk memulihkan kembali lingkungan berbasis  local wisdom. Tempat ini akan jadi pusat edukasi, dialog dan aksi lingkungan bagi masyarakat Banyuwangi. Harapannya ini terus berkelanjutan,” ungkap Mujiono.

“Terima kasih kepada Pemerintah Denmark dan Wahid Foundation yang melaksanakan program ini di Banyuwangi,” tutupnya. (*)

Pewarta : Syamsul Arifin
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.