TIMES JATIM, JAKARTA – Memasuki musim peralihan dari kemarau ke penghujan (musim pancaroba), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi memberikan peringatan dini terkait potensi peningkatan ancaman bencana hidrometeorologi seperti angin kencang.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Banyuwangi, Danang Hartanto mengimbau, memasuki musim peralihan, masyarakat diimbau untuk lebih waspada terhadap adanya potensi bencana hidrometeorologi.
"Kita imbau untuk agar masyarakat lebih berhati-hati, baik ketika diluar rumah maupun dilingkungan rumah, karena musim peralihan dan potensi bencananya," katanya, Senin (3/11/2025).
Saat ini BPBD Banyuwangi telah melakukan mitigasi adanya potensi bencana hidrometeorologi sebelum masuk musim peralihan. Salah satunya dengan melalukan pemotongan dahan pohon yang tinggi, tentu saja hal ini dimaksudkam untuk mengurangi kejadian pohon tumbang akibat hujan yang disertai angin kencang.
"Kita telah memaksimalkan mitigasi seperti perempesan pohon, hingga pemeliharaan drainase agar mencegah banjir terjadi," tutur Danang.
Upaya mitigasi akan terus dilakukan dan dimaksimalkan, mengingat bencana hidrometeorologi seperti hujan lebat disertai angin kencang telah terjadi di Banyuwangi. Akibatnya sejumlah rumah di tiga kecamatan seperti Siliragung, Pesanggaran dan Glenmore rusak berat hingga ringan.
Berdasarkan data dari BPBD ada 24 rumah rusak di Desa Seneporejo, Kecamatan Siliragung, lalu 2 rumah rusak di Pesanggaran, dan 1 rumah rusak di Glenmore akibat hujan deras disertai angin kencang. Total sementara 27 rumah rusak berat hingga ringan karena bencana tersebut.
Kerusakan parah terjadi di Kecamatan Siliragung hingga membuat atap rumah ambruk tak bersisa. Melihat itu BPBD Banyuwangi telah menyalurkan bantuan kebutuhan dasar kepada warga terdampak.
"Pada Senin, (3/11/2025) kita telah mengirimkan bantuan kebutuhan dasar berupa sembako, paket kebersihan, family kit dan terpal kepada semua korban," ungkap Danang.
"Sementara masih kebutuhan dasar, nanti petugas yang terjun akan bertanya kebutuhan lainya seperti kebutuhan material, seperti asbes dan lainya," imbuhnya.
Sementara itu, Prakirawan BMKG Kelas III Banyuwangi, Agung Dwi Nugroho menyampaikan, Bumi blambangan telah masuk musim peralihan. Terlebih pada dasarian pertama di bulan November 80 persen wilayah Banyuwangi sudah diguyur hujan.
"3 hari kedepan Banyuwangi akan diguyur hujan lebat, untuk itu masyarakat diharapkan waspada terhadap angin kencang dan bencana Hidrometeorologi lainya," ujarnya.
Agung menjelaskan, untuk bencana seperti angin lebat kerap terjadi di tanah lapang. Di Banyuwangi angin puting beliung kerap terjadi di Kecamatan Srono, Cluring, Rogojampi dan lainya. Sedangkan longsor dan banjie berpotensi terjadi di wilayah dataran tinggi seperti Kalibaru, Glenmore, Lincin, termasuk Songgon.
"Untuk tanda-tanda terjadi angin kencang atau puting beliunh sendiri biasanya pagi sampai siang terasa gerah, dan muncul awan cumulonimbus," terangnya.
"Kami imbau agar masyarakat terus memantau update cuaca BMKG," imbuh Agung. (*)
| Pewarta | : Anggara Cahya |
| Editor | : Ferry Agusta Satrio |