TIMES JATIM, SURABAYA – Dalam rangka mendukung pengelolaan sampah dari sumbernya untuk mengurangi timbulan sampah yang diangkut ke TPA serta mewujudkan ekonomi sirkular, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat melaksanakan kunjungan kerja ke Kampung Oase Songo, Kelurahan Simomulyo Baru pada Rabu, 18 Desember 2024.
Kegiatan ini bukanlah yang pertama, karena kunjungan antara Jawa Barat dan Surabaya sudah dilakukan berkali-kali serta kerja sama sudah dilakukan sejak tahun 2014. Kunjungan kali ini melibatkan 26 orang peserta, termasuk penyuluh lingkungan, tim penegakan hukum, serta sekretariat humas dari DLH Jawa Barat. Fokus utama kunjungan adalah berbagi pengalaman, menggali inspirasi, serta memperbarui strategi pengelolaan lingkungan, khususnya dalam penerapan ekonomi sirkular yang berhasil diterapkan di Surabaya yang nantinya bisa dilakukan sistem ATM (Amati, Tiru, Modikasi.)
Nita Nilawati Walla, S.P., M.Si. selaku Plt. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat turut hadir untuk melihat langsung.
"Surabaya ini kan konsisten terus. Jawa barat sempat stuck sebentar, sekarang kita bangkit lagi bawa perubahan lingkungan, Intinya bisa kita tiru, ATM, itu yang kita lakukan." Nita juga menambahkan bahwa kolaborasi akan tetap selalu ada dan akan terus berkembang.
Kegiatan ini didukung penuh oleh PERBANUSA DPD I JAWA TIMUR, DPP IFTA JELAJAH INDONESIA, KAMPOENG OASE SUROBOYO GROUP dan HPAI DPW Kota Surabaya serta Mahasiswa MSIB Marketing & Promotion Eduwisata KaSurBoyo Batch 7 yang aktif berkontribusi penuh yakni Jihan Fitri Husniyah, Sefila Nesya Dewanti, Aflakhul Muzakka, Irma Jauzalia Maheswari, Nafidzah Salsabila Firdausi dan Muhammad Farhan.
Yaning Mustikaningrum, S.Pd. selaku ketua RT mengakui bahwa membangun perubahan selama 11 tahun di suatu kampung bukanlah hal mudah. Namun, konsistensi yang ia tunjukkan berhasil membangun ekonomi sirkular berbasis sampah. Salah satu contoh implementasinya adalah pengolahan sampah organik menjadi maggot yang digunakan untuk pakan ikan dan tanaman, sehingga menghasilkan nilai ekonomi yang lebih tinggi dan mendukung ketahanan pangan.
Selain pengelolaan sampah organik, Kampung Oase juga memberdayakan bank sampah yang mengelola sampah anorganik seperti botol plastik.
Kunjungan ini juga sejalan dengan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) poin 11 tentang kota yang berkelanjutan dan poin 17 tentang kemitraan untuk mencapai tujuan.
"Program lingkungan tidak bisa hanya bermitra dengan satu instasi saja, jadi kita bisa pikul bersama," jelas Adi Candra.
Adi berharap dengan adanya langkah kecil dari Kampung Oase ini dapat menginspirasi daerah lain untuk menerapkan sistem ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) yang tentunya disesuaikan dengan kearifan lokal masing-masing dalam menjaga lingkungan.
"Semoga kita bisa mewariskan lingkungan yang hijau, bersih dan asri bagi generasi yang akan datang," ucapnya. (*)
Pewarta | : Pingkan Ary (MG) |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |