TIMES JATIM, BANYUWANGI – Jika anda mencari tempat ngabuburit yang anti mainstream, Masjid Muhammad Cheng Hoo yang kental dengan nuansa tiongkok ini tentu bisa menjadi pilihan yang tepat untuk anda kunjungi. Karena dibalik keindahan arsitekturnya yang mempesona, terdapat pesan toleransi antar umat beragama yang sangat kuat dan menarik untuk ditelusuri.
Masjid Cheng Hoo (Zheng He) yang berada di Jalan Sutawijaya No. 31 A, Kelurahan Sumberejo, Banyuwangi, Jawa Timur ini, bisa dibilang unik. Bangunan masjid berukuran 28 x 26 meter ini memiliki perpaduan etnis Tionghoa, Jawa dan Islam.
Keberadaan keanekaragaman arsitektur antar suku di masjid tersebut sebenarnya ingin menunjukkan kerukunan antar umat beragama yang terkandung dalam nilai sila pertama Pancasila.
“Masjid ini dibangun sebagai simbol toleransi antar umat beragama,” kata, ketua takmir masjid Muhammad Cheng Hoo Banyuwangi, Ghifari Waldy Muhammad, pada TIMES Indonesia, Sabtu (1/4/2023).
Sekilas, memang masjid ini mirip dengan tempat peribadatan etnis tionghoa yaitu klenteng. Warna masjid Muhammad Cheng Hoo Banyuwangi, didominasi merah, kuning dan hijau. Selain itu, atap kubah berbentuk persegi 8, dengan 5 tingkat, selayaknya sebuah pagoda. Menarik Bukan?.
Nah anda bisa menunggu maghrib dengan menelusuri filosofi dari bangunan masjid ini, karena si arsitektur tidak secara sembarangan menentukan bilangan dalam proses pmbangunan, misalnya saja, 5 susun kubah diartikan sebagai simbol rukun islam. Kemudian, kubah persegi 8 mengandung filosofi 8 pintu surganya Allah SWT.
Gapura pintu masuk masjid Muhammad Cheng Hoo Banyuwangi. (FOTO: Fazar Dimas/TIMES Indonesia)
Selain itu, tiap warna yang tegores pun memiliki makna yang menjadi optimisme jamaah. Seperti merah sebagai simbol keberanian, keberuntungan dan kemakmuran. Hijau mempunyai arti kesuburan, keseimbangan dan kesegaran. Sedangkan warna kuning mengandung filosofi keanggunan, sikap loyal, energik dan optimis.
Masjid Ceng Hoo yang dibangun sejak tahun 2015 dan diresmikan pada tanggal 26 November 2016 oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menpolhukam) kala itu, Jenderal TNI Purn Wirantoini memiliki 20 pilar utama yang mempunyai makna 20 sifat Allah SWT.
Di dalam lingkungan masjid juga berdiri sebuah pondok pesantren yang bernama Haji Muhammad Cheng Hoo. Karena itu, setiap hari masjid ini tidak pernah sepi dari kegiatan. Jika sore hari, masjid Muhammad Cheng Hoo yang ke sepuluh di Indonesia ini digunakan sebagai taman pendidikan Qur’an (TPQ).
“Semua kegiatan keagamaan disini tanpa dipungut biaya, salah satunya seperti TPQ ini,” tuturnya.
Terlebih bulan Ramadan seperti sekaran. Setiap sore masjid Muhammad Cheng Hoo ramai akan pengujung. Mereka sengaja datang ke sana sambil menunaikan ibadah sholat ashar, sekaligus ngabuburit dengan cara selfie di lingkungan masjid.
Ustaz Ghifari sapaan akrab ketua takmir masjid Muhammad Cheng Hoo Banyuwangi, mengaku, jumlah wisatawan yang berkunjung di masjid ini pada bulan Ramadan meningkat.
“Pengunjung yang datang bukan hanya dari Banyuwangi saja. Apalagi pada saat mepet hari raya. Banyak para pemudik mampir kesini,” ujarnya.
Menariknya, Masjid Muhammad Cheng Hoo Banyuwangi juga menyediakan aula untuk pengujung yang beragama selain islam dan perempuan yang sedang haid. Dari pintu masuk masjid, tempat tersebut berada disebelah utara pojok timur.
“Kalau pengunjung yang non Islam dan wanita haid, itu hanya diperbolehkan masuk lingkungan masjid. Tapi tidak boleh masuk ke masjidnya. Karena itu kami menyediakan balai bengong,” urainya.
Sebagai informasi, dalam beberapa literatur disebutkan nama Cheng Hoo diambil dari nama Muhammad Cheng Hoo. Hal ini sebagai bentuk penghormatan kepada Muhammad Cheng Hoo, seorang laksamana Tiongkok yang dalam perjalanannya di kawasan Asia Tenggara bukan hanya berdagang, tetapi juga menyebarkan agama Islam.
Laksamana Cheng Hoo merupakan pelaut Muslim asal Yunnan, Tiongkok, dengan melakukan penjelajahan antara 1405 sampai 1433. Dia adalah orang kepercayaan Kaisar Ketiga Dinasti Ming, Kaisar Yongle, untuk melakukan pelayaran dengan tujuan memetakan wilayah yang mungkin bisa dijadikan kekuasaannya.
Sepanjang hayatnya, Laksamana Cheng Hoo telah melakukan tujuh kali pelayaran. Di Indonesia, dia sempat berlabuh di Jawa, Palembang, dan Sumatera. Disela-sela kegiatannya, dia juga aktif menyebarkan ajaran Islam. meskipun sebagian besar awak kapalnya menganut agama Buddha dan Taoisme.
Ustadz Ghifari berharap, dengan berdirinya masjid Muhammad Cheng Hoo, bisa memberikan manfaat kepada umat muslim. Tidak hanya di lingkungan sekitar masjid, bahkan di kabupaten paling ujung timur Pulau Jawa atau lebih luas lagi.
“Semoga masjid ini bisa mensyiarkan nilai-nilai pendidikan islam kepada para wisatawan dan anak-anak,” imbuhnya. (*)
Pewarta | : Fazar Dimas Priyatna |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |