TIMES JATIM, JAKARTA – Setelah lama tidak terdengar kabarnya, Chilla Kiana—penyanyi yang dikenal lewat proyek Disney Asia—kini kembali dengan identitas baru. Ia memilih nama panggilan masa kecilnya, Ara Grace, sebagai tanda babak baru dalam hidup. Nama itu dianggap lebih elegan, berani, dan lepas dari kesan kekanak-kanakan, selaras dengan visinya saat ini.

Meski sempat vakum dari dunia tarik suara saat pandemi, Ara tidak benar-benar berhenti berkarya. Justru di masa itu ia banyak menantang diri, keluar dari zona nyaman, dan mulai menapaki jalur baru sebagai entrepreneur.

Beberapa bulan terakhir, ia dipercaya memimpin JJ Group Jakarta, sebuah perusahaan periklanan terintegrasi yang menaungi lebih dari 300 talenta lintas bidang, mulai dari riset pasar, strategi merek, konten kreatif, media digital, hingga teknologi berbasis AI.

Tantangan ini tentu tidak ringan. Di usia yang masih di bawah 30 tahun, Ara harus membuktikan dirinya mampu menjalankan bisnis dengan standar global. Namun, semangat dan kecerdasannya membuat ia percaya diri membawa nama Indonesia ke panggung dunia.

Sejak menjabat sebagai CEO, Ara telah memenangkan berbagai pitch besar dan merancang kampanye untuk merek-merek ternama, dari FMCG, fintech, hingga teknologi. Ia memadukan kreativitas artistik dengan strategi berbasis data, menguji ide secara real-time, lalu mengeksekusinya lintas kanal dengan kolaborasi cepat. Hasilnya nyata: brand awareness meningkat, engagement naik, dan ROI melampaui target.

“Setiap brand punya potensi untuk menang. Tantangannya adalah menemukan cerita, medium, dan momentum yang tepat,” jelasnya, Senin (25/8/2025).

Gaya kerjanya dikenal efisien, kolaboratif, dan berani bereksperimen, membuat banyak pihak kagum pada sosoknya yang masih sangat muda namun visioner.

Meski sibuk di dunia bisnis, Ara menegaskan musik tetap menjadi bagian penting dalam hidupnya. Ia bahkan sedang menyiapkan proyek musik baru yang disebutnya unpredictable, yang merupakan refleksi identitas barunya. 

Kini Ara menjalani dua peran besar sekaligus: memimpin strategi bisnis di siang hari dan mencipta karya musik di malam hari. Baginya, ini memang tidak mudah, tapi tekad dan konsistensi adalah kunci.

“Music is my passion, dan saya tidak akan meninggalkannya,” tegasnya.

Ara menjelaskan, unpredictable music project, bukan sekadar soal vokal, tetapi refleksi identitas barunya. Sebuah kolaborasi lintas negara sudah disiapkan, yang nanti akan dibagikan ketika waktunya tiba

Kini, Ara sedang berjuang untuk meraih dua mimpi untuk menaklukan dua panggung sekaligus: memimpin strategi bisnis di siang hari dan mencipta karya musik di malam hari. "Tidak mudah memang, tapi semua ini akan dijalankan dan diusahakan dengan maksimal," kata Ara sungguh sungguh.

Kisah perjalanan Ara Grace menunjukkan bahwa passion dan visi bisa berjalan beriringan, saling menguatkan satu sama lain. Ia menjadi bukti bahwa generasi muda Indonesia mampu bersaing di level global, asalkan berani keluar dari zona nyaman dan konsisten mengejar mimpi.

The reinvention is real—and this is just the beginning. (Reinvention ini nyata—dan ini baru permulaan). (*)