https://jatim.times.co.id/
Sosok

Anggi Famelia Jadi Perawat di Jerman Modal Rp0

Senin, 20 Oktober 2025 - 18:50
Kisah Anggi Famelia, WNI yang Jadi Perawat di Jerman Modal Rp0 Anggi Famelia, bekerja, hidup, dan liburan di Jerman. Berkesempatan mengunjungi Austria dan Perancis. (Foto: Anggi Famelia for TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, MOJOKERTO – Profesi perawat kini hampir dibutuhkan di seluruh belahan dunia. Tak terkecuali di Negara Jerman. Bermodalkan skills dan pengalaman, Anggi Famelia, Warga Negara Indonesia (WNI) itu memilih menekuni profesinya sebagai perawat di Pforzheim, Jerman Barat. Diaspora Indonesia kelahiran Jakarta ini bisa sampai ke Jerman dengan bermodalkan Rp0. Emang bisa?

Anggi (25) dulunya adalah mahasiswi D3 Poltekkes Kemenkes Jakarta 3 dan lulus di tahun 2021. Pasca studi kampusnya, ia berprofesi sebagai perawat di sebuah rumah sakit di daerah Jakarta. Anggi juga sempat berpindah rumah sakit sebelum akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke Jerman. 

Pengalaman pahit bekerja sebagai perawat di Indonesia menjadikan kebulatan tekadnya untuk merantau ke Jerman. “Pas sakit dan posisi di IGD, masih ditanya apakah masih sanggup bekerja besok?” kata Anggi kepada TIMES Indonesia. 

Alasan utama Anggi memilih Jerman sebagai tempat dia bekerja adalah karena Jerman menjunjung tinggi kesetaraan, kemanusiaan, dan hak kewarganegaraan. Tak terkecuali dalam bidang pekerjaan. Menurut Anggi Jerman sangat memanusiakan manusia. 

“Kita disini difasilitasi untuk milih dokter pribadi. Kalau kita merasa kurang enak badan, tinggal telepon ke tempat kita kerja dan ditanya mau tidak masuk kerja berapa hari?,” kisah Anggi dengan senyum merekah. 

“Besoknya saya janjian sama dokter pribadi gitu. Terus aku datang ke dokter untuk pemeriksaan kesehatan,” sambungnya. 

Anggi tidak menyangka mendapat perlakuan yang sangat istimewa. Dimana sangat berbeda dengan pekerjaannya dulu ketika di Indonesia. Sambil menyeka sedikit tetes air mata. “Aku sangat beruntung tinggal disini,” kisah Anggi dalam teleconference bersama TIMES Indonesia kala itu. 

Biaya Hidup dan Tinggal di Jerman 

Hidup dan tinggal di Jerman menurut Anggi dalam kategori murah, jika dibandingkan dengan gaji ‘UMR’ di Jerman. Rata-rata gaji di Jerman berkisar antara € 3.500 - 5.000. Sementara untuk biaya hidup bulanan hanya cukup merogoh kocek antara € 1.000 - 1.200 Euro. 

“Kalau sewa apartemen disini € 500 tiap bulan. Kalau public transport kita cukup bayar € 58 tiap bulannya dan bebas transportasi umum macam bus atau kereta. Bahkan aku sampai ke Perancis dan Austria itu pakai transportasi itu,” ceritanya bersemangat. 

Anggi-Famelia-2.jpgAnggi Famelia dalam pelatihan dan orientasi dalam program penyetaraan ijazah untuk bisa bekerja di Jerman. (Foto: Anggi Famelia for TIMES Indonesia)

Untuk makan dan kehidupan sehari-hari, Anggi cukup mengeluarkan antara € 200 - € 300 tiap bulannya. “Itu sudah bisa sih sambil nongkrong-nongkrong gitu disini,” jelasnya. 

Anggi mencontohkan beberapa harga bahan kebutuhan pokok selama tinggal di Jerman. Telur 10 biji di harga € 1.99. Saus berada di harga € 0.99. Daging sapi 1 kg € 4.66. Daging kalkun dengan harga € 4.99. Keju dengan harga € 1.49. Buah-buahan berkisar antara € 1.5 - 4. “Kalau kurs euro saat ini sih, hampir Rp20 ribu ya untuk 1 euronya. Jadi seminggu tuh 300 aja udah bisa hidup layak,” katanya. 

Berlibur ke negara tetangga Jerman pun bisa dikatakan sangat terjangkau. Anggi berkisah, untuk berlibur ke Perancis saja cukup merogoh kocek hanya € 30 dan untuk makan siang. 

“Kalau ke Austria kemarin satu hari aku nginep di Müncen sekitar € 153. Kan berenam dibagi 6 tuh. Terus dari münchen ke Austria naik kereta Gratis. Kalau transportasi dari Austria ke tempat wisatanya sih € 6 udah pulang pergi,” jelasnya. 

Pajak Tinggi dan Reward Tinggi

Anggi juga berkisah kalau bekerja di Jerman itu tidak selalu enak. Ada sisi yang harus dipertambangkan. Contohnya adalah tingginya pajak. “Kalau aku disini pajak aku 30% dari penghasilan karena aku single kan. Tapi kalau sudah menikah itu 20%, tapi semuanya itu sebanding sama fasilitas yang aku dapetin disini,” jelas Anggi. 

Tapi menurut Anggi, pajak itu dikembalikan lagi ke kebijakan-kebijakan disini. Kalau penduduk Jerman memiliki anak akan mendapatkan uang tunjangan bahkan untuk uang pendidikan anaknya akan ditanggung semuanya oleh pemerintah Jerman. Hingga pengangguran pun diberikan uang oleh pemerintah setiap bulannya.

“Jadi kayak imigran-imigran korban perang, kan banyak yang nganggur, itu kalau disini hidupnya dicukupi gitu. Menurut aku sih, sekarang Jerman banyak penduduk usia tua ya, sedangkan yang muda itu memilih untuk tidak punya anak, jadinya untuk kerjaan, pasti ada, asal bisa bahasa Jerman loh ya,” terang Anggi.

Disamping itu, ada berbagai asuransi-asuransi yang mesti dibayar oleh pekerja Jerman. Ada puluhan jenis asuransi dan kalau ditotal itu bisa hampir mencapai € 500 euro untuk setiap bulannya.

“Tapi kita bisa kok, jenis asuransi apa saja yang mau kita pakai. Misalnya, asuransi kesehatan, kecelakaan kerja, pengangguran, perawatan, asuransi jiwa, asuransi pensiun, dan banyak lagi,” jelas Anggi.

Gaji dan Benefit Menjadi Perawat di Jerman 

Rata-rata gaji perawat di Jerman cukup bervariasi. Disamping itu terdapat beragam benefit yang didapatkan selama bekerja sebagai perawat di Jerman. 

Rata-rata gaji perawat di Jerman berkisar antara € 2.400 - € 4.500 setiap bulannya. Atau berkisar antara Rp 46.397.520 - Rp 86.995.350. Benefit lainnya yang didapatkan juga mencakup pengalaman kerja yang lebih baik, pengembangan skills melalui berbagai pelatihan, kualitas hidup yang lebih baik, hingga berbagai tunjangan yang cukup menarik. 

“Kalau aku disini sih, € 3.000 kotor ya sebelum pajak. Jadi semakin kita memenuhi kualifikasi, pengalaman, dan kemampuan kita, gaji kita pasti naik,” terangnya. 

Anggi awalnya tidak memiliki cukup modal untuk bisa pergi ke Jerman. Karena ia telah mengikuti program penyetaraan ijazah di Indonesia jalan Menuju ke Jerman menjadi terbuka lebar. Perusahaan-perusahaan menawarinya bekerja di Jerman melalui email pribadinya. 

“Jadi saya dapat milih kerja dimana, gajinya berapa, ada uang biaya hidup, asuransi, bahkan tiket pesawat pun disediakan,” kisahnya bersemangat. 

“Karena saya mulai dari 0 jadi saya memilih yang memberi uang saku untuk bisa hidup di Jerman, waktu itu dikasih untuk 2 bulan,” sambungnya bersemangat. 

Modal Rp 0

Anggi mendapatkan informasi dari media sosial, kemenp2mi terkait lowongan pekerjaan perawat di Jerman. Setelah memenuhi semua persyaratan berupa upload berkas-berkas penting, Anggi memutuskan untuk resign dari pekerjaannya. 

Tak berselang ia diterima sebagai perawat di Jerman dengan catatan. “Harus mengikuti kursus Bahasa Jerman selama kurang lebih 9 bulan dan biayanya ditanggung seluruhnya oleh Pemerintah,” jelas Anggi. 

Biaya itu berlaku untuk kursus kelas expert Bahasa Jerman termasuk biaya ujian kemahiran Bahasa Jerman atau dikenal dengan Goethe-Zertifikat untuk kebutuhan sehari-hari. Anggi menekuni belajar bahasa Jerman dengan tempo 5 hari dalam sepekan dan kelas dimulai pukul 08.00 - 12.00 WIB. 

“Bahasa Jerman dikenal sebagai bahasa tersulit di dunia jadinya butuh effort lebih sih menurut aku,” katanya. 

Tahun 2023 Anggi telah dikategorikan kompeten dalam berbahasa Jerman. Anggi mulai mengikuti orientasi yang mengisyaratkan untuk menyepadankan kriteria di Indonesia dengan di Jerman. “Jadi ijazah atau sertifikat keahlian di Indonesia itu masih dilatih lagi di Jerman biar nanti muncul sertifikat yang berlaku disini,” cerita Anggi mengenang. 

Anggi adalah sekian dari kisah diaspora Indonesia di Jerman, Eropa. Kisah Anggi adalah bukti bahwa tanpa bermodalkan cuan, setiap orang bisa menempuh jalan hidup yang lebih baik. Asalkan memiliki pengalaman dan kemampuan. (*)

Pewarta : Thaoqid Nur Hidayat
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.