TIMES JATIM, MALANG – Malam puncak Chinese Festival (ChiFest) 2025 Universitas Ma Chung menghadirkan rangkaian pertunjukan seni budaya yang memadukan unsur Tionghoa dan Nusantara. Bertempat di halaman utama kampus pada Sabtu (26/7/2025), ChiFest Machung 2025 menampilkan sejumlah penampilan mulai dari tari tradisional, musik klasik, hingga pertunjukan teatrikal dan atraksi api.
Panggung malam hari dibuka oleh kelompok Golden Lotus, yang terdiri dari alumni Ma Chung yang sudah tidak muda lagi, dengan tarian kipas yang anggun dan terstruktur. Penampilan dilanjutkan oleh grup Fu Qing, yang membawa koreografi khas Tibet klasik dengan gerakan yang penuh energi, membangkitkan semangat di awal malam.
Api menyembur dari mulut pemain di sisi kiri, sementara banteng di sebelah kanan bergerak lincah dengan kembang api menyala di kedua tanduknya. Aksi ini menjadi penutup dramatis di panggung ChiFest Ma Chung, Sabtu (26/7/2025). (Foto: Qarina Vitri Aulia/TIMES Indonesia)
Dratamari Ramayana menjadi penampilan selanjutnya. Diiringi musik tradisional, para penari membawakan kisah klasik dengan kombinasi gerak tari dan ekspresi wajah yang kuat. Perpaduan unsur tradisional dan teatrikal membuat penampilan ini terasa segar meskipun mengangkat cerita yang sudah dikenal luas.
Dari sisi musik, satu penampilan solo berbahasa Hakka menjadi salah satu titik tenang di antara rangkaian acara. Dengan teknik vokal khas musik klasik Tionghoa, penyanyi membawakan lagu dalam nada tinggi dan penuh penghayatan.
Menjelang akhir, suasana berubah lebih dinamis dan intens. Penampilan tari api dan bantengan menutup acara dengan nuansa yang lebih teatrikal. Gendang ditabuh cepat, bau khas dari minyak tanah mulai tercium, dan hawa panas terasa saat penari api menyemburkan nyala api ke udara. Aksi ini dikombinasikan dengan gerakan khas bantengan yang atraktif.
Menurut Tania Auwalys Manitra, salah satu panitia acara, ChiFest tahun ini merupakan hasil kolaborasi beberapa program studi di Ma Chung, dan menjadi bagian dari ujian akhir semester.
“Biasanya hanya satu prodi, sekarang kami bertiga yang kolaborasi. Meskipun persiapannya hanya satu bulan karena berdekatan dengan ujian, antusiasme mahasiswa luar biasa, dan dukungan dari berbagai pihak sangat terasa,” jelasnya.
ChiFest sendiri telah menjadi agenda tahunan sejak berdirinya kampus. Tahun ini, festival juga menghadirkan pameran karya mahasiswa serta puluhan tenda UMKM. Konsep pemisahan jalur halal dan non-halal juga diterapkan pada area kuliner untuk menjaga kenyamanan pengunjung dari berbagai latar belakang.
Antusiasme pengunjung pun cukup tinggi. Salah satu penonton, Reynaldi, mengaku senang bisa menyaksikan langsung pertunjukan seperti ini.
“Acara seperti ini jarang banget saya temui. Biasanya cuma ada kalau pas Imlek. Jadi saya antusias datang karena ingin lihat langsung budaya yang berbeda tapi tetap terasa dekat,” ungkapnya.
Tania menambahkan, ChiFest tidak hanya bertujuan memperkenalkan budaya Tionghoa, tetapi juga menjadi ruang pertemuan budaya yang inklusif.
“Kami ingin festival ini menjadi ajang untuk saling mengenal, memahami, dan menghargai perbedaan budaya yang ada di Indonesia,” tutupnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Meramu Warna-warni Budaya, ChiFest Ma Chung 2025 Hadirkan Kolaborasi Lintas Tradisi
Pewarta | : Qarina Vitri Aulia (MG) |
Editor | : Deasy Mayasari |