TIMES JATIM, JOMBANG – Suasana penuh keakraban dan rasa ingin tahu tampak terpancar dari wajah para mahasiswa Program Studi Gizi semester 1 STIKES Husada Jombang, Kamis (23/10/2025).
Mereka tampak berkeliling dan berdialog hangat di Klenteng Hong San Kiong, sebuah rumah ibadah tua yang berdiri megah sejak tahun 1938 di Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang.
Kunjungan ini bukan sekadar wisata religi. Di bawah bimbingan Rohmadi, M.Pd, dosen mata kuliah Agama Islam, para mahasiswa datang untuk belajar langsung tentang moderasi beragama, sebuah konsep penting yang menanamkan sikap adil, seimbang, dan menghormati perbedaan keyakinan di tengah masyarakat majemuk.
Di klenteng berarsitektur khas Tionghoa tersebut, rombongan mahasiswa disambut hangat oleh Nanik Indrawati, rohaniawan Klenteng Hong San Kiong. Ia menjelaskan sejarah berdirinya klenteng yang telah menjadi salah satu simbol kerukunan antarumat beragama di Jombang.
Para mahasiswa saat melihat tempat peribadahan umat Tionghoa di Klenteng Hong San Kiong, Gudo, Jombang, Kamis (23/10/2025). (FOTO: Rohmadi/TIMES Indonesia)
“Klenteng ini sudah lama menjadi tempat beribadah sekaligus simbol harmoni. Di sini kami tidak hanya menyambut umat Tri Dharma, tetapi juga masyarakat dari berbagai latar belakang. Semangatnya adalah saling menghargai,” kata Nanik di hadapan para mahasiswa.
Para mahasiswa tampak antusias mendengarkan penjelasan tentang ritual, simbol, dan nilai-nilai kemanusiaan yang dijunjung tinggi dalam ajaran Konghucu, Tao, dan Buddha. Beberapa dari mereka bahkan bertanya mengenai makna dupa, lilin merah, serta filosofi warna dalam arsitektur klenteng.
Rohmadi, sang dosen pendamping, menegaskan bahwa kunjungan ini merupakan bagian dari pembelajaran kontekstual yang bertujuan mengasah kepekaan sosial mahasiswa terhadap keberagaman.
“Moderasi beragama tidak cukup hanya dipelajari di ruang kelas. Mahasiswa perlu melihat langsung realitas sosial dan berinteraksi dengan masyarakat lintas agama. Dari sana, mereka akan memahami bahwa perbedaan itu adalah anugerah, bukan ancaman,” ungkapnya.
Di bawah langit Gudo yang sedikit mendung, para mahasiswa pulang membawa kesan mendalam, bahwa di tengah keberagaman, manusia tetap bisa berjalan berdampingan dalam cinta dan hormat.
Belajar moderasi beragama di Klenteng Hong San Kiong, Gudo, Jombang, Kamis (23/10/2025). (FOTO: Rohmadi/TIMES Indonesia)
“Semoga kegiatan seperti ini bisa terus dilakukan, agar mahasiswa kita menjadi insan yang berilmu, terbuka, dan berakhlak moderat,” pungkasnya.
Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa juga berlatih mempraktikkan sikap toleransi dan empati. Mereka berdialog dengan penuh hormat, menjaga adab di tempat ibadah, serta menunjukkan rasa ingin tahu tanpa prasangka.
Bagi sebagian mahasiswa, kunjungan ini menjadi pengalaman pertama mereka memasuki rumah ibadah non-Muslim. Namun suasana hangat dan penerimaan dari pengurus klenteng membuat mereka merasa nyaman dan terbuka.
Selain itu, para mahasiswa juga melihat musium Potehi. Sebuah budaya asli khas warga Tionghoa yang tetap lestari di bumi pertiwi Indonesia.
“Ternyata banyak nilai kemanusiaan universal yang sama. Kami belajar bahwa menghargai orang lain adalah bagian dari ajaran agama kami juga,” ujar Jono salah satu mahasiswa dengan wajah sumringah. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Belajar Moderasi Beragama, Mahasiswa STIKES Husada Jombang Kunjungi Klenteng Hong San Kiong
Pewarta | : Sholihin Nur |
Editor | : Deasy Mayasari |