TIMES JATIM, MALANG – Menteri Pendidikan Tinggi, Sains & Teknologi (Dikti Saintek), Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro, telah menyampaikan bahwa salah satu kebijakan prioritas Kementerian Dikti Saintek adalah melakukan reformasi terhadap tata kelola (governansi) pada Perguruan Tinggi (PT) menuju PT yang lebih otonom.
Hal ini disampaikan Menteri Dikti Saintek dalam beberapa kesempatan seperti “Insight with Desi Anwar CNN”, “Kontroversi Metro TV” dan dalam beberapa kesempatan lainnya.
Menteri Dikti Saintek menyampaikan bahwa selama ini PT seringkali masih dianggap sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Kementerian, sehingga pendekatan birokratis masih sangat kuat. Prof. Satryo menegaskan bahwa PT bukanlah UPT dari Kementerian, sehingga perlu didorong untuk lebih otonom.
Otonomi PT dapat meningkatkan budaya akademik yang unggul, fleksibilitas pengelolaan sumber daya, memperkuat inovasi, dan meningkatkan pelibatan pemangku kepentingan.
Otonomi Perguruan Tinggi
Beberapa literatur seperti University Governance: Autonomy, Structures and Inclusiveness oleh Pruvot & Estermann (2018), The Challenge of Establishing World-Class Universities oleh Salim (2009).
Managing Good Governance in Higher Education oleh Shattock (2006), telah memberikan kerangka reformasi governansi PT, khususnya terkait otonomi PT. Dari berbagai literatur tersebut, memang telah disebutkan bahwa otonomi PT sangat penting untuk dilaksanakan bagi kemajuan pendidikan tinggi.
Pertama, otonomi PT bisa memperkuat budaya akademik yang unggul. Dengan adanya otonomi, PT bisa memiliki fleksibilitas kurikulum, inovasi riset dan menarik talenta-talenta terbaik untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian.
Kedua, otonomi PT bisa meningkatkan efisiensi sumber daya, khususnya keuangan. PT dapat mengelola keuangan secara efektif, mengalokasikan dana kepada bidang-bidang prioritas dan mendapatkan pendanaan melalui kerjasama dan investasi.
PT juga bisa mengeksplorasi kesempatan pendanaan diluar alokasi pemerintah seperti dana abadi dan kolaborasi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
Ketiga, otonomi PT memperkuat fleksibilitas tata kelola. Institusi PT dapat melakukan formulasi dan implementasi kebijakan untuk mengelola kebutuhan riset. PT bisa memperkuat tata kelola sesuai dengan keunikan dan peluang sesuai dengan kondisi masing-masing.
Keempat, otonomi PT dapat meningkatkan inovasi. PT dapat mengembangkan program dan inisiatif yang dapat memperkuat inovasi, kewirausahaan dan transfer teknologi.
Kelima, otonomi PT dapat meningkatkan pelibatan pemangku kepentingan yang lebih intensif. Otonomi PT dapat meningkatkan inklusivitas untuk mengatasi berbagai tantangan lokal dan nasional.
Reformasi Governansi Menuju Otonomi Perguruan Tinggi
Reformasi governansi PT sangat penting untuk mewujudkan otonomi PT. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian adalah kepemimpinan & visi strategis, transparansi, akuntabilitas, budaya organisasi, dan adaptasi teknologi.
Kepemimpinan berbasis visi strategis pada PT dibutuhkan untuk otonomi PT. Pimpinan PT harus memiliki visi yang jelas untuk masa depan institusi. Transparansi dalam proses pengambilan keputusan, pengelolaan dan alokasi anggaran serta kinerja akademik dan non akademik juga sangat penting dilakukan.
Dari sisi akuntabilitas, PT harus bisa mempertanggungjawabkan otonomi yang telah diberikan. PT harus mengukur dan melaporkan secara berkala keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai target yang telah ditetapkan.
Budaya organisasi PT juga harus ditingkatkan. Budaya organisasi yang berbasis prestasi dan sistem merit-bukan berdasarkan kepentingan politik atau golongan, berorientasi pada hasil dan menekankan kolaborasi global harus menjadi dasar yang kuat dalam mengelola PT.
Disisi lain, adaptasi terhadap kemajuan teknologi informasi dan artificial intelligence (AI) harus diintegrasikan dalam governansi PT.
Otonomi PT adalah hal penting bagi pembangunan dunia pendidikan tinggi di Indonesia. Otonomi PT dapat meningkatkan budaya akademik unggul, fleksibilitas pengelolaan sumber daya, memperkuat inovasi, dan pelibatan pemangku kepentingan.
Namun, terdapat berbagai tantangan yang perlu menjadi perhatian diantaranya kepemimpinan, visi strategis, transparansi, akuntabilitas, budaya organisasi dan adaptasi teknologi.
Apabila berbagai tantangan tersebut dapat diselesaikan, maka tujuan otonomi PT untuk kemajuan dunia pendidikan tinggi di Indonesia dapat tercapai.
***
*) Oleh : Oscar Radyan Danar, Ph.D., Dosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, Founder and Chief Executive Officer SmartID Indonesia.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |