https://jatim.times.co.id/
Kopi TIMES

Gotong Royong Membangkitkan Ekonomi Bangsa

Senin, 06 Maret 2023 - 16:03
Gotong Royong Membangkitkan Ekonomi Bangsa Bery Manurung, Penulis buku nulis aja kok repot dan daya ungkit bonus demografi Indonesia.

TIMES JATIM, JAKARTA – Indonesia membutuhkan persiapan yang komprehensif agar kebijakan yang diterapkan mampu mendorong recovery ekonomi akar rumput usai pandemi. Dibutuhkan upaya ekstra agar mengobarkan semangat warga tetap optimis bekerja dan berwirausaha sehingga roda ekonomi tumbuh progresif.

Kita tentu tahu, salah satu sektor ekonomi paling berdampak dan jatuh berdebam adalah sektor pariwisata. Ditambah lagi, sektor tersebut memiliki multiplier effect kepada 17 subsektor (pengembang permainan, arsitektur, desain interior, musik, seni rupa, desain produk, busana, kuliner, film, animasi dan video, fotografi, desain komunikasi visual, televisi dan radio, kriya, periklanan, seni pertunjukan, aplikasi dan penerbitan)  yang pada umumnya digerakkan UMKM. Mengingat masa sulit pandemi dan kebijakan PPKM, jumlah kunjungan wisata nyaris nihil sehingga lingkaran gerak ekonomi tersebut mandek. Untuk itu dibutuhkan upaya yang keras agar bangkit kembali.

Saat ini terlihat ketika kebijakan PPKM dicabut, ekonomi akar rumput mulai menggeliat. Perlahan tapi pasti, kelompok usaha kecil kembali gigih menggenjot kembali usahanya. Tidak ketinggalan pula, kebijakan pemerintah melalui salah satu Kementerian yaitu Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memberikan beberapa stimulus agar 17 subsektor kembali bergairah seperti pengembangan UMKM kriya, kuliner dan fesyen dengan inkubasi karena diperkirakan 75 persen penyumbang Produk Domestik Bruto ( PDB ) dari subsektor ekonomi kreatif.

Selain itu, ada pula gerakan nasional Bangga Buatan Indonesia ( BBI ) yang diharapkan masyarakat bangga membeli produk kreatif lokal.
Kebijakan pasca pandemi terkait pariwisata, Kemenparekraf memproyeksi paling tidak aka nada 4 tren. Cultur immersion (desa wisata), wellness tourism (peningkatan kesehatan), work from destination (bekerja dari destinasi wisata ), off grid travel (berlibur di alam bebas).

Tentu saja kita berharap, tren tersebut terus di advokasi dan didorong pemerintah daerah melalui dinas terkait, sehingga serapan anggaran produktif, tidak lagi seperti tahun lalu, dimana banyak serapan anggaran daerah tidak optimal. Dibutuhkan sinergi antar stoke holder dan membuka kolaborasi kepada generasi muda di daerah masing-masing agar destinasi wisata semarak kembali dengan kehadiran wisatawan Nusantara bahkan wisatawan mancanegara.

Khusus terkait melibatkan generasi muda dalam ekosistem pariwisata merupakan langkah taktis, dimana kita tahu, pada tahun 2019 ( KPU), usia produktif pemilih kaum muda (usia 17-35 tahun) diproyeksi mencapai sekitar 100 juta jiwa.

Energi generasi muda tersebut tentu saja menyebar di setiap daerah. Karena itu, dibutuhkan kesempatan serta dukungan agar turut mendorong laju pariwisata dan ekonomi kreatif. 

Kaum muda memiliki culture dan cara-cara yang unik dengan generasi sebelumnya. Kita tahu, inovasi teknologi platform media sosial telah menjadi wadah baru dalam interaksi. Saat ini, cukup dengan berbagai media sosial, narasi, video, audio, gambar dengan berbagai topik dan kreativitasnya, terbukti efektif mengangkat suatu isu bahkan tidak jarang pula kita ketahui, melalui kanal platform tersebut informasi menjadi viral.

Para pemegang kebijakan perlu beradaptasi dengan hal diatas dengan terus menginisiasi dan memfasilitasi ragam skill yang dibutuhkan dalam mempromosikan destinasi wisata dan ekonomi kreatif. Misal, membuka pelatihan pemasaran, kreasi konten seperti video, fotografi, website developer, dan tentu saja menulis agar narasi konten ataupun pesona destinasi disampaikan lebih keren diberbagai platform tersebut sehingga menarik minat pelancong.

Pariwisata berkelanjutan dan pentahelix

Pariwisata berkelanjutan sangat relavan saat ini, apalagi hal tersebut terkait dengan target agenda global yang dikenal dengan SDGs (Sustainable Developments Goals). Fokus dari pariwisata berkelanjutan memiliki empat poin utama. Pertama terkait pengelolaan yang berkelanjutan. Kedua, ekonomi yang berkelanjutan. Ketiga adalah keberlanjutan budaya, dan terakhir, keberlanjutan aspek lingkungan. 

Dari ke-4 hal tersebut, pariwisata berkelanjutan yang saat ini diterapkan di Indonesia untuk pembangunan desa perlu perhatian khusus, mengingat kebijakan program dana desa belum begitu menggembirakan dalam pemerataan kesejahteraan sesuai dengan prinsip SDGs yaitu no one left behind. Tantangannya, dengan jumlah 83.441 desa, dibutuhkan upaya kegigihan berbagai pihak dengan komunikasi, koordinasi dan kolaborasi agar porsi nilai potensi desa wisata dapat adil dan merata sehingga mandiri membangun ekonomi lebih produktif.

Model pentahelix (ABCGM) yang melibatkan sinergi antara academy, business, community, government, media sudah menjadi keharusan. Melibatkan perhimpunan hotel, restoran, ataupun pemasaran produk adalah bagian dari bisnis. Sedangkan melibatkan konsultan dan pendampingan pengembangan pariwisata dari perguruan tinggi merupakan keterlibatan dari akademisi.

Tidak ketinggalan, publikasi tentu saja membutuhkan peran media sehingga destinasi semakin dikenal. Pemangku kebijakan pemerintahan pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa dan tentu saja dinas pariwisata sebagai pendorongnya dalam bentuk regulasi, alokasi anggaran, izin, dukungan jaringan kemitraan dan hal-hal yang terkait pengembangan dan pembangunan infrastruktur. Terakhir, tentu saja tidak ketinggalan, komunitas yang bisa menjadi akselerator. Komunitas dapat menjadi perantara atau konektor antar pemangku kepentingan. Apalagi komunitas merupakan penjaring orang-orang memiliki minat yang sama sehingga tidak heran, banyak produk ataupun layanan, marketingnya justru dari komunitas. Uniknya, cenderung inisiator dan penggeraknya adalah generasi milenial dan generasi Z.

Salah satu bagian dari pentahelix tersebut adalah KAMI Foundation (Yayasan Karya Anak Milenial Indonesia) yang salah isu dan programnya adalah pariwisata dan ekonomi kreatif yang juga didukung oleh Sandiaga Uno selaku Kemenparekraf.  

Programnya melibatkan ratusan kaum muda dari berbagai propinsi. Banyak lagi yang terlibat dalam gerakan-gerakan sosial terkait pariwisata. Misal, yayasan Astra dengan binaan desa wisatanya. Politeknik Wilmar Bisnis Indonesia dengan membuka jurusan Pengelolaan Konvensi dan

Acara yang diarahkan berbisnis di industri event dan pariwisata. Adapula Yayasan Bhakti Bangsa yang peduli akan tantangan bonus demografi dengan mendorong generasi muda membentuk komunitas peduli bonus demografi dan salah satu strategi pelaksanaan programnya mendorongnya terbentuknya Skill Development Center ( SDC ) di setiap propinsi sehingga usia produktif kaum muda lebih berdaya sekaligus dengan keterampilan yang dikuasai mampu memamfaatkan dengan jeli potensi pariwisata dan ekonomi kreatif dengan lebih optimal.

Tentu saja, kita berharap, semakin banyak lagi ikon penggerak di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif sehingga paling tidak mewujudkan sila ke-3 yaitu Persatuan Indonesia. Gotong royong sebagai bakti kemerdekaan membangun bangsa. Ubi amicia ibi opes. Di mana ada kawan, di situ ada kekuatan!

***

*) Oleh: Bery Manurung, Penulis buku Nulis aja kok Repot dan Daya Ungkit Bonus Demografi Indonesia.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.