Kopi TIMES

Meningkatkan Elektabilitas dengan Spirit Widow's Day dan Pemberdayaan Janda Indonesia

Jumat, 02 Juni 2023 - 09:21
Meningkatkan Elektabilitas dengan Spirit Widow's Day dan Pemberdayaan Janda Indonesia Mohammad Cholil, Ketua IKA PMII Unipdu Jombang dan Dosen Ma'had Aly Darul Ulum Jombang.

TIMES JATIM, JOMBANG – Imamah Rusli adalah janda berusia 43 tahun, ia ditinggal mati suaminya saat tragedi Covid-19 yang sangat ganas pada bulan April 2021. Kepergian suami Imamah Rusli menjadi tangisan para tetangga sekitarnya bukan karena kepergiannya, melainkan mereka menangisinya karena ia meninggalkan empat anak-anaknya yang masih kecil (yatim).

Tetangga tidak begitu memikirkan kematian suaminya, karena kematian memang sudah pasti terjadi dan tentu sesuai dengan garis taqdirnya masing-masing.

Justru perhatian dan empati tetangga terhadap Imamah Rusli karena mereka khawatir terhadap kehidupan keempat anaknya yang masih kecil. Siapa yang akan menanggung biaya hidupnya dan biaya  pendidikan keempat anaknya?.

Dulu, Imamah Rusli dan suaminya, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya berkerja sebagai kuli bangunan harian lepas. Setelah ditinggal mati suaminya, Imamah Rusli kini bekerja ART (Asisten Rumah Tangga) yang upah bayarannya jauh panggang dari api untuk bisa memenuhi kebutuhan diri dan empat anaknya.

Problema kehidupan Imamah Rusli janda empat anak ini laksana gunung es, kelihatan kecil tapi nyatanya besar. Jika mau menyelidikinya lebih mendalam, maka kita akan menemukan  banyak janda lain yang problemnya sama seperti janda Imamah Rusli. Seperti masalah ekonomi, pendidikan anak-anaknya, tekanan psikologis dan biologis yang melilit mereka.

Momentum Widow's Day (hari janda sedunia) yang diperingati setiap tanggal 23 Juni adalah momen tepat bagi para politisi untuk memperjuangkan dan melindungi hak-haknya melalui jalur politik kejandaan.

Politik kejandaan adalah pendekatan politik yang diimplementasikan oleh para politisi santri Indonesia untuk mendorong seluruh elemen konstitusi negara ikut memperjuangkan nasib serta mengangkat martabat para janda Indonesia ke depan.

Jejak perjuangan pembelaan janda sudah ada sejak dahulu kala. Kongres  perempuan Indonesia, tanggal 22-25 Desember 1928 yang diikuti oleh perkumpulan perempuan Indonesia merupakan wujud nyata perjuangan menuntut hak-haknya kala itu (Doc. Biografi Perempuan Indonesia). Kongres perempuan Indonesia melahirkan tiga mosi tuntutan kepada pemerintah Hindia Belanda (sekarang Indonesia) dalam memperjuangkan perempuan dan janda, yaitu:

Pertama, tuntutan kepada pemerintah Hindia Belanda agar membentuk sekolah khusus untuk anak-anak perempuan Indonesia. Tuntutan ini merupakan upaya mengangkat derajat perempuan dalam menyerap ilmu pengetahuan. Kedua, mengusulkan adanya shighat ta'lik nikah, yaitu janji dan syarat-syarat perceraian. Usulan ini merupakan bentuk pembelaan perempuan atas dirinya dari sesuka-sukanya kaum lelaki dalam menceraikan istrinya. Ketiga, mengusulkan diadakan peraturan sokongan janda pegawai negeri dan anak yatim piatu.

Jumlah janda Indonesia kian hari kian bertambah, tentu ini perlu perhatian serius dari politisi santri Indonesia. Dilansir dari situs resmi viva.co.id,  jumlah janda Indonesia tahun 2015 sudah mencapai 9,4 juta jiwa, menduduki urutan kelima janda terbanyak di dunia. Kemungkinan besar pasca musibah Covid-19 janda Indonesia makin bertambah.

Merestorasi issu pemberdayaan dan perlindungan janda adalah bagian issu strategis untuk meningkatkan elektabilitas suara para politisi saat ini. Apalagi para politisi mampu meyakinkan mereka dan menguatkannya dengan political commitment sebagai wujud keseriusan dalam melindungi dan membela hak-hak para janda Indonesia di hadapan kunstituen.

Di samping spirit Widow's Day, pemberdayaan janda juga merupakan motivasi dogma agama. Dinukil dari Abu Hurairah, dari Nabi Muhammad Saw, beliau bersabda:

"Orang yang berusaha membantu janda dan orang miskin sama seperti mujahid yang berjuang di jalan Allah. Saya (Abu Hurairah) menganggapnya seperti orang yang berdiri di malam hari tanpa henti dan seperti orang yang berpuasa tanpa berbuka." [Muttafaq Alaih].

Politisi santri Indonesia yang betul-betul ikhlas memperjuangkan janda yang lemah, melalui jalur regulasi politik konstitusi dan kebijakan keberpihakan, maka diyakini atau tidak, mereka disetarakan derajatnya dengan orang yang berperang dijalan Allah SWT. 

Ditengah problema janda yang begitu rumit dan kompleks, maka yang menjadi pikiran besar penulis adalah bagaimana solusi mengatasi tekanan biologis mereka itu? 

***

*) Oleh: Mohammad Cholil, Ketua IKA PMII Unipdu Jombang dan Dosen Ma'had Aly Darul Ulum Jombang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.