https://jatim.times.co.id/
Opini

NU dan PMII, Refleksi Menuju Perjalanan Setengah Abad

Rabu, 12 Maret 2025 - 21:31
NU dan PMII, Refleksi Menuju Perjalanan Setengah Abad Mohammad Syauqi Hakiki, Wakil Sekretaris 3 PC PMII Kota Malang dan Magister Manajemen Pendidikan Islam UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

TIMES JATIM, MALANG – Tepat pada 17 April 2025 nanti organisasi kemahasiswaan berbasis keislaman dan keindonesiaan genap berusia 65 tahun. Di usia lebih dari setengah abad ini, PMII tetap mampu membuktikan eksistensinya sebagai sebuah organisasi kemahasiswaan dengan kuantitas kader dan kualitasnya.

Di usia yang tambah matang pula, semakin banyak anggota dan alumninya yang berada di pos-pos strategis; bidang pendidikan, ekonomi, budaya, politik, sosial maupun ekonomi.

Dari historis sejarahnya, PMII yang dilahirkan dengan spirit juang generasi muda NU pada 17 April 1960 di Surabaya ini menjadi salah satu aset terbesar dalam hal kaderisasi dan perjuangan NU kedepan.

Namun, semakin bertambah usia PMII, ia mulai berdinamika dengan NU, sehingga memutuskan untuk independen dari struktural NU sendiri. Ditambah lagi dengan kondisi Negara pada era itu, sehingga mengharuskan PMII untuk bersikap tegas untuk masa depannya.

Kemudian di tahun 1972 pada forum deklarsi Murnajati Malang, PMII bersikap secara tegas untuk independen dari NU. Artinya PMII sudah tidak ada kaitannya lagi dengan NU secara struktural meskipun kultural dan paham keagamaan Ahlusunah Wal Jamaahnya sama.

PMII seyogyanya secara karakter dan ideologi tidak jauh-jauh dari NU itu sendiri. Ibarat sifat dan karakter anak tidak akan jauh-jauh dari orang tuanya. Terlepas dari hubungan antara PMII dan NU secara struktural masih diperdebatkan, faktanya PMII dan NU tidak bisa dipisahkan baik secara kultural-ideologis maupun akses di lingkaran organisasi NU yang mayoritas didominasi oleh kader-kader PMII.

Dua organ ini juga saling membutuhkan satu sama lain. NU menganggap bahwa kontribusi terbesar kaderisasi NU di ranah kampus satu-satunya adalah PMII. PMII juga menganggap sejauh manapun dirinya berdinamika dan berproses, tetap akan membutuhkan sosok orang tua (NU) yang membimbing dan mengarahkan.

Sebagai salah satu organ yang berlandasan pada agama Islam, PMII dan NU sama-sama berupaya mempertahankan tradisi keislaman yang sudah melekat pada masyarakat.

Ahlussunnah Waljamaah menjadi semboyan dari PMII dan NU untuk melestarikan dan menjalankan agama yang diartikan sebagai metodologi berfikir (manhajul fikr) dan metodologi bergerak (manhajul harokah).

Maka dari itu, semangat keagamaan itulah menjadikan antara PMII dan NU sulit untuk dipisahkan. Ahlussunnah wal jamaah menjadi benang merah antara PMII dan NU.

Dua muktamar terakhir NU, di Jombang (2015) dan Muktamar NU Lampung (2021), disepakati bahwa PMII kembali menjadi badan otonom (banom) NU. Artinya bahwa NU menarik secara paksa PMII menjadi bagian dari keluarga besarnya.

Disisi lain, forum tertinggi PMII yaitu kongres, empat kongres PMII terakhir, Kongres PMII Jambi (2014), kongres PMII Palu (2017), Kongres PMII Balikpapan (20210, Kongres PMII Palembang (2024) tidak ada keputusan yang jelas dan final dari PMII apakah masuk kembali menjadi banom, atau tetap dengan jargon interdependensinya.

Jika dulu seluruh anggota dan kader PMII adalah kader muda NU, faktanya sekarang banyak dari anggota PMII yang non NU. Jika dulu proses kaderisasi PMII ada di Pesantren-pesantren, Musholla-musholla dan Masjid-masjid, yang sekarang terjadi adalah proses kaderisasi PMII banyak di vila-vila, dari dinas-dinas, dan bahkan hotel-hotel. Lantas apakah proses dinamika dan flesibeilitas organ ini tetap mempertahankan ajaran nilai-nilai leluhurnya?

Sejenak mari kita refleksi diri. Apakah kader-kader PMII sudah paham betul dengan esensi nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan yang ada di ajaran PMII? Apakah kader-kader PMII sudah mampu mengimplementasikan dan menejawantahkan nilai-nilai tersebut?

Hubungan PMII dan NU tidak sebatas hubungan historis belaka, tapi PMII yang era awal basis kantong kaderisasinya selain kampus adalah pesantren-pesantren. Dalam konteks era sekarang PMII seharusnya mampu kembali mengembangkan kembali organisasinya di lingkungan pesantren.

Dalam hal ini PMII dapat berafiliasi dengan kampus-kampus yang di bawah naungan pesantren seperti Ma’had Aly (Perguruan tinggi khas pesantren yang  spesifik mengkaji keilmuan Islam).

Disadari atau tidak PMII per hari ini dinilai hanya fokus pada pengembangan kaderisiasi di kampus-kampus umum negeri atau swasta, tapi lupa dengan kaderisasi dan pengembangan kader-kadernya di lingkup pesantren.

Padahal tidak sedirkit dari kader PMII yang punya konsentrasi dibidang ilmu-ilmu agama. Kader PMII di lingkungan pesantren erat kaitanya dengan tradisi intelektual NU yang berkembang, baik secara metodologis maupun dapat mengelaborasi secara komperhensif rujukan kitab-kitab turots.

Salah satu metode intelektual NU adalah bahsul masail. Yang tidak sedikit dari kader PMII yang konsen di bidang tersebut. Sayangnya dalam menyikapi realitas sosial, kader-kader PMII cenderung bertumpu pada teori-teori konvensional dan hukum positif untuk meligitimasi semua tindakannya.

Minimnya internalisasi nilai-nilai keislaman membuat PMII patah arah dalam mengimplementaasikan dan mengejawantahkan  Islam sebagai rahmatan lil alamin dari prespektif multidimensi.

Dengan demikian sama halnya PMII mereduksi nilai-nilai luhur yang selama ini menjadi landasan berpikir dan bergerak kader pergerakan.

***

*) Oleh : Mohammad Syauqi Hakiki, Wakil Sekretaris 3 PC PMII Kota Malang dan Magister Manajemen Pendidikan Islam UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id


______
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.