https://jatim.times.co.id/
Opini

Renungan Minggu; Utang, Mazmur 37: 18 – 26

Minggu, 26 Juni 2022 - 14:01
Renungan Minggu; Utang, Mazmur 37: 18 – 26 Ketua Badan Musyawarah Antar Gereja (Bamag) Banyuwangi, Jawa Timur, Pendeta Anang Sugeng Sulistyanto, S Th. (FOTO : Dokumentasi TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, BANYUWANGI – Mana yang benar, utang atau hutang? Kata hutang adalah bentuk kata tidak baku. Kata yang benar antara hutang dan utang, adalah utang. Utang merupakan kata baku yang terdaftar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Utang diartikan sebagai uang yang dipinjam dari orang lain. Kita akan membahas utang dalam kehidupan sehari- hari. Bukan utang negara, bukan utang perusahaan.

“Orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali, tetapi orang benar adalah pengasih dan pemurah”, Mazmur 37 : 21.

Pemazmur berbicara masalah orang yang suka berhutang, tapi tidak mau bayar disamakan dengan orang fasik. Orang fasik menurut Alkitab adalah mereka yang berdosa namun tidak mau mengakui dosanya. Dalam arti lain, orang fasik disebut juga sebagai orang yang tidak beriman. Mereka mengetahui keberadaan Tuhan, namun enggan mematuhi Firman-Nya. Ada juga yang mengartikan fasik adalah jahat, atau buruk kelakuannya.

Mari kita melihat kebiasaan atau gaya orang yang suka utang:

Waktu pinjam, sikapnya manis, ramah, selalu memuji – muji. Tiap hari menyapa dan perhatian dan memelas. Tapi ketika utang ditagih, dia marah dan ganas. Saat tiba  waktu untuk harus mengembalikan utang, dia langsung hilang entah kemana. Bila di jalan berpapasan, kelihatan dari jauh, sudah berusaha menghindar agar tidak berpapasan.

Waktu pinjam janjinya seminggu dikembalikan. Tapi sampai setahun tidak ada beritanya. Pura - pura lupa. Ya, bilangnya pinjam tapi niatnya tidak mau mengembalikan atau tidak mau bayar. Kalau ditagih selalu mengulur waktu karena memang niatnya tidak mau membayar atau mengembalikan. Ketika ditagih uring - uringan, garang, suaranya keras bahkan menjelek - jelekkan dihadapan orang lain. Alias memfitnah orang yang sudah memberi utang. Padahal dia yang berutang lho.

Aneh ya? Lebih aneh lagi bagi orang yang memang suka utang atau punya budaya utang. Meski punya duit tetap saja utang sampai akhirnya utangnya menumpuk. (rupanya kalau tidak utang orang demikian tidak bisa tidur). Bila tiba saatnya harus membayar, dia sembunyi, ngumpet.

Berhentilah bergaya hidup seperti orang kaya atau berduit. Belajarlah hidup sederhana, hidup lumrah – lumrah saja. Maka hati tenang, damai penuh syukur. Ada juga orang yang mau utang memakai ayat firman Tuhan sebagai senjata untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Dan bila tidak mendapatkan apa yang diinginkan terucap kata “Dimana kasihmu”. Wow, rohani sekali ya.

Yang membuat kadang harus mengelus dada adalah saat orang yang meminjam atau utang tidak mengembalikan dan berkata : ‘Masa uang segitu saja harus dikembalikan’. Padahal dia mengunggah foto di sosmed sedang jalan - jalan, beli macam - macam barang, foto makan - makan bersama keluarga dengan hidangan yang beragam menu. Bahkan merayakan ulang tahun anaknya dengan “Wah” tapi untuk membayar utang atau mengembalikan pinjaman berkata belum punya uang. (Jadinya emosi ya, hati - hati lho).

Jadi, agar tidak membuat emosi atau sakit dan panas hati karena utang tidak dibayar, ya jangan memberi utang. Kalau ada uang berikan saja semampunya. Kalau tidak ada ya jangan mengada - ada.

Kata Pemazmur : “Tetapi orang benar adalah pengasis dan pemurah”.

Apa artinya? Pengasih berarti punya kasih untuk mengasihi orang yang mau pinjam. Sedang pemurah artinya bersifat murah hati. Namun bukan berarti pemurah harus memberikan uang sebanyak – banyaknya. Tetapi memberi dengan hikmat, sebisa yang kita mampu.

Dari pada memberi utang, bila ada, lebih baik bermurah hati memberi uang. (Ingat sebisa yang kita mampu, jangan mengada - ada kalau tidak ada bilang saja terus terang tidak ada).

Sebab itu, bagi yang punya utang atau meminjam, ingat lah untuk membayar atau mengembalikan. Jangan menjadi orang fasik.

Firman - Nya mengatakan: “Sebab Tuhan mencintai hukum, dan Ia tidak meninggalkan orang - orang yang dikasihi - Nya. Sampai selama - lamanya mereka akan terpelihara, tetapi anak cucu orang - orang fasik akan dilenyapkan”, Mazmur 37 : 28.

Cara menghindari kebiasaan atau gaya suka utang, belajarlah untuk dapat membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Seberapapun, berkat Tuhan jika dipergunakan untuk “keperluan hidup“ pasti cukup. Namun sebesar apapun berkat Tuhan bila dipergunakan untuk “gaya hidup “ tidak akan pernah cukup. (*)

Penulis adalah Ketua Badan Musyawarah Antar Gereja (Bamag) Banyuwangi, Jawa Timur, Pendeta Anang Sugeng Sulistyanto, S Th.

 

 

Pewarta : Syamsul Arifin
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.