https://jatim.times.co.id/
Opini

Anak Muda dan Masa Depan Buruh di Era Gig Ekonomi

Kamis, 01 Mei 2025 - 18:21
Anak Muda dan Masa Depan Buruh di Era Gig Ekonomi Ferry Hamid, Peraih Anugerah Tokoh Pemuda Inspiratif Kota Malang 2024

TIMES JATIM, MALANG – Setiap 1 Mei, suara perjuangan buruh kembali menggema di berbagai kota. Spanduk, toa, dan orasi jadi pemandangan rutin. Tapi satu hal yang mulai mencolok: makin banyak wajah muda ikut turun ke jalan. Mereka hadir bukan cuma numpang lewat, tapi membawa kegelisahan baru tentang masa depan kerja.

Hari ini, jadi pekerja tak melulu soal pabrik, helm proyek, atau jam kerja pukul delapan sampai lima. Dunia kerja sudah berubah drastis. Anak muda bisa kerja dari mana saja, kapan saja—tapi justru makin tak jelas nasibnya.

Ini realitas yang sedang dihadapi generasi muda. Dunia kerja makin fleksibel, tapi juga makin tidak pasti. Banyak dari mereka yang bekerja tanpa kontrak tetap, tanpa jaminan kesehatan, bahkan tanpa tahu apakah bulan depan masih punya pekerjaan atau tidak.

Fenomena ini bukan sekadar data statistik. Ini soal kecemasan yang nyata. Anak muda kini harus bertarung di pasar kerja yang ketat, sambil menerima kenyataan bahwa status "pekerja tetap" makin langka. Mereka diminta adaptif, tapi sering dibiarkan sendirian menghadapi sistem.

Banyak yang bekerja sebagai freelance, driver ojol, content creator, atau admin online shop. Kelihatannya keren dan bebas, tapi kenyataannya: kerja panjang, kadang dibayar murah, dan tanpa perlindungan hukum yang jelas.

Lalu siapa sebenarnya buruh hari ini? Pertanyaan ini penting. Karena definisi buruh kini sudah bergeser. Buruh bukan cuma mereka yang bekerja di industri, tapi juga mereka yang menjual tenaga, waktu, dan keahlian—apapun bentuknya.

Anak muda harus mulai sadar bahwa mereka juga bagian dari wajah baru buruh. Bukan sekadar obyek pasar kerja, tapi subyek yang punya hak, punya suara, dan bisa memperjuangkan masa depannya sendiri.

Sayangnya, banyak yang belum paham soal ini. Dunia pendidikan masih ketinggalan jauh. Kita dididik untuk cari kerja, bukan untuk memahami sistem kerja. Akibatnya, banyak anak muda yang merasa sendiri saat menghadapi dunia kerja yang keras.

Kesadaran akan posisi sebagai pekerja itu penting. Bukan supaya anak muda jadi tukang demo setiap hari, tapi supaya mereka paham: kerja itu hak, dan setiap hak ada perlindungannya. Termasuk soal upah layak, jam kerja manusiawi, dan jaminan sosial.

Di sinilah pentingnya edukasi ketenagakerjaan yang dekat dengan realitas anak muda. Harus ada ruang belajar soal hak-hak pekerja, regulasi ketenagakerjaan, hingga cara menyuarakan aspirasi dengan cara yang cerdas dan strategis.

Komunitas, organisasi buruh, bahkan media sosial bisa jadi alat bantu. Lewat konten edukatif, diskusi daring, hingga kolaborasi kampanye, anak muda bisa bangun solidaritas baru. Karena zaman boleh berubah, tapi perjuangan tetap perlu wadah.

Pemerintah juga perlu menyesuaikan diri. Jangan sampai regulasi hanya mengatur pekerja konvensional, tapi lupa pada jutaan pekerja digital yang tak punya perlindungan hukum. Anak muda harus diajak bicara, bukan hanya dihitung sebagai angka statistik.

Perusahaan pun tak boleh lepas tangan. Fleksibilitas kerja bukan alasan untuk abaikan kesejahteraan. Justru sekarang waktunya membangun budaya kerja yang lebih sehat, suportif, dan punya nilai kemanusiaan.

Hari Buruh adalah pengingat bahwa kerja bukan sekadar cari nafkah. Ini soal martabat. Dan anak muda punya hak untuk mendapatkan masa depan kerja yang adil, aman, dan memberi harapan.

Maka, tugas kita hari ini bukan hanya memperingati Hari Buruh, tapi juga menyiapkan generasi muda agar siap menghadapi dunia kerja yang baru—dengan pengetahuan, keberanian, dan solidaritas. Karena masa depan buruh, ada di tangan anak muda.

***

*) Oleh : Ferry Hamid, Peraih Anugerah Tokoh Pemuda Inspiratif Kota Malang 2024.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.