TIMES JATIM, JOMBANG – Krupuk Opak Samiler khas Jombang tetap bertahan di tengah ekonomi masyarakat yang menurun akibat pandemi Covid-19 yang masih belum berakhir sampai saat ini.
Kerupuk yang terbuat dari singkong ini masih menjadi salah satu camilan andalan di Kota Santri ini.
Seperti yang terlihat di sentra produksi opak di Desa Kayangan, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur ini. Nampak berjejer jemuran olahan opak samiler dihalaman rumah setiap warga Desa Kayangan.
Irfandi Darmawan (19) salah satu produsen samiler bercerita, pada tahun ini penjualan opak samiler alami peningkatan setelah tahun lalu dihajar pandemi Covid-19.
"Alhamdulillah, omset mengalami peningkatan dibandingkan tahun kemarin. Apalagi waktu Lebaran Idul Fitri kemaren banyak pesanan," katanya kepada TIMES Indonesia, Selasa (25/5/2021).
Panganan olahan yang dibuat menggunakan bahan utama dari singkong ini. Sempat mengalami kesulitan pemasaran pada saat pandemi Covid-19. Namun sejak Januari 2021, rumah produksi samilernya stabil dengan menghabiskan 20-40 kilogram singkong dan bertahan sampai saat ini.
"Kini sehari bisa terjual mulai 10 kilogram dari 20 kilogram samiler yang diproduksi. Kalau pas rame-ramenya corona kemaren tidak sampai segitu," ungkapnya.
Meningkatnya penjualan tahun ini bisa dilihat dari produksi samiler yang terus stabil dan tidak menurun, namun tetap menyesuaikan permintaan pasar. Irfandi menuturkan pada tahun ini ketersediaan bahan baku juga tidak mengalami masalah.
"Singkong masih mudah didapat, harganya juga masih stabil,” jelasnya.
Proses pengolahan singkong menjadi samiler yang dilakukan Irfandi juga masih menggunakan teknik manual. Terdapat dua varian rasa, original dan pedas. Dengan beragam ukuran mulai dari ukuran kecil, sedang hingga agak besar.
“Biasanya dijual ke sekitar Jombang. Kadang juga kirim ke luar kota sekitar Jombang," ujarnya.
Selain menggunakan peran tengkulak, Irfandi Darmawan juga tak jarang menerima pesanan melalui berbagai platform media sosial. Para pemesan rata-rata adalah pengusaha toko, hingga pembeli yang mencari oleh-oleh. Selama proses produksi, kendala utama yang sering ia hadapi adalah cuaca. Maklum saja, butuh sinar matahari agar samiler yang dijemur benar-benar kering.
“Kendalanya lebih ke cuaca dan juga pandemi seperti saat ini. Jadi kadang agak sedikit menghambat juga,” kata mahasiswa Stikes Pemkab Jombang ini.
Usaha Irfandi Darmawan tersebut sudah berdiri sejak lima tahun lalu. Di rumahnya, proses produksi samiler dilakukan bersama kedua orangtua dan satu adiknya. Irfandi Darmawan juga memiliki satu orang karyawan yang tak lain adalah tetangganya sendiri.
Pernyataan sama juga diutarakan Anik Purwanti, produsen kerupuk samiler lain di Desa Kayangan. Perempuan 41 tahun ini bersyukur penjualan samiler meningkat pada lebaran tahun ini. “Lumayan meningkat, tahun lalu ya sepi pembeli,” katanya.
Dibantu suami dan satu orang karyawan, dalam sehari Anik bisa memproduksi 20 kilogram samiler. Samiler buatannya dikirim ke sejumlah daerah di luar Jombang, seperti Sidoarjo, Krian, dan Porong. Selama Ramadan, ia menyebut permintaan samiler tidak menentu. Namun Anik memastikan setiap hari selalu ada pesanan, dari 10-30 kilogram.
Hampir sama dengan produsen lain, Krupuk Opak Samiler yang dijual anik dipatok dengan harga Rp 25-26 ribu untuk kemasan 1 kilo rasa bawang. Sedangkan untuk rasa pedas harganya Rp 28-29 ribu per kilo. “Setiap hari produksi terus, jadi selalu sedia minimal 20 kilogram buat stok,” terang Anik Purwanti. (*)
Pewarta | : Rohmadi |
Editor | : Faizal R Arief |