https://jatim.times.co.id/
Ekonomi

Soal Penutupan Tempat Wisata Buatan, Ini Kata Disbudpar Jatim

Senin, 25 Januari 2021 - 17:36
Soal Penutupan Tempat Wisata Buatan, Ini Kata Disbudpar Jatim Ilustrasi penutupan tempat wisata buatan. (Foto: Khusnul Hasana/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, SURABAYA – Beberapa tempat wisata buatan mulai dilakukan penutupan, seperti SCNM (Suraboyo Carnival Night Market) dan TRS (Taman Remaja Surabaya). 

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur, Sinarto mengatakan bahwa penutupan tempat wisata buatan selain karena pandemi Covid-19 juga karena faktor kurangnya diversifikasi atau keberagaman konsep tempat wisata buatan.

Penutupan Tempat Wisata 2

"Teman-teman kabupaten kota harus serius memilih keberagaman. Jadi kontennya itu ya jangan sama. Supaya orang itu memilih," ujar Sinarto.

Artinya, bukan hanya tentang bagaimana pihak pengelola membangun tempat wisata saja, tapi pengelola harus memiliki konsep yang berbeda dengan tempat wisata buatan lain. Sehingga tempat wisata itu pun bisa menjadi pilihan bagi para wisatawan.

"Sekarang, orang makan bakso saja memilih ke Malang. Kenapa? Karena udaranya segar, panorama juga bagus. Selain itu, mereka juga bisa jalan-jalan, tidak kepanasan juga (karena hawa di Malang begitu sejuk dan dingin, red). Jadi, aspek kenyamanan lingkungan dari Kabupaten atau Kota juga mempengaruhi,” ujarnya.

Selain konsep yang berbeda, harga dan akses yang mudah dijangkau juga mempengaruhi keberlangsungan tempat wisata buatan. Tak hanya itu, branding kota juga mempengaruhi tempat wisata buatan. Suasana yang sejuk akan berbeda dibanding dengan suasana kota yang panas.

"Saya pesan ke teman Kabupaten Kota, kalau mau bikin destinasi baru buatan, lihat daerah tetangga. Jangan bikin produk yang sama. Nanti itu wisatawan pasti akan membandingkan. Salah satunya bisa kalah dengan persaingan," ungkap Sinarto.

Sinarto juga mengatakan bahwa perlunya penguatan manajemen pengelola tempat wisata buatan tersebut, agar lebih banyak mempertimbangkan konten, lokasi, keberagaman dan kenyamanan Kabupaten/Kota sebelum membuka tempat wisata buatan baru. Jangan hanya mengelola tempat, tapi juga mengelola konten.

Selain pihak swasta yang mengelola tempat wisata buatan, pemerintah Kabupaten Kota juga harus memperhatikan hal ini. Jika pemerintah daerah memilih daerahnya sebagai daerah wisata, maka juga harus berfikir secara konprehensif. Terutama soal kelembagaan.

Sinarto juga mengatakan, perlu pula ada keterkaitan antara satu jenis pariwisata dengan jenis pariwisata lain. Misal ketika pagi hari wisatawan bisa menikmati matahari terbit, siang menikmati kuliner, dan malam menikmati pertunjukan-pertunjukan.

"Kepariwisatawan itu dapat dimerngerti sebagai perjalanan, orang berjalan dari satu tempat ke tempat lain, kira-kira apa yang bisa ia nikmati di perjalanan itu. Transportasinya menarik atau tidak, ketika perjalanan jauh tempat istirahat apa ada yang bisa dinikmati, berbelanja apa ketika dia berhenti, itu jadi satu kesatuan," jelasnya.

Hal ini tentu kata Sinarto, pihaknya selalu berkordinasi dengan pihak swasta. Namun, kata Sinarto setiap daerah lagi-lagi kurang memperhatikan diversifikasi. Sehingga ada persaingan antara satu tempat wisata dengan tempat wisata lain di Kota atau Kabupaten yang sama.

Paket perjalanan wisata menjadi salah satu alternatif mengintegrasikan wisata satu dengan wisata yang lain. Sehingga dengan adanya paket perjalanan wisata bukan hanya satu tempat wisata saja yang ramai, akan tetapi tempat wisata lain pun ikut ramai. (*)

Pewarta : Khusnul Hasana (MG-242)
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.