TIMES JATIM, AUSTRALIA – Pada 11 Oktober 2023 bertempat di Australia National Maritime Museum (ANMM) Sydney, NSW, telah diselenggarakan peresmian pemasangan plakat Black Armada.
Peresmian ini merupakan momen bersejarah yang menandai pentingnya mengenang kembali blokade Black Armada Belanda oleh Indonesia dan Australia.
Blokade Black Armada adalah aksi boikot yang dilakukan para pekerja pelabuhan Australia bersama para pelaut Indonesia, India dan Tiongkok. Blokade dilakukan terhadap ratusan kapal Belanda yang hendak membawa pasukan dan suplai logistik militer ke Indonesia untuk menjajah kembali pada 1945.
Acara ini diselenggarakan oleh Maritime Union of Australia (MUA) dan dihadiri oleh Mr. Paddy Crumlin, National Secretary MUA; Warren Smith, Deputy National Secretary MUA; Konsul Jenderal Vedi Kurnia Buana dan Michael Baldwin, Deputi Direktur ANMM.
Juga hadir Mathias Tambing, Ketua Umum Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI); I Dewa Nyoman Budiasa, Sekjen KPI; Neil Smith, Australia Indonesia Association (AIA); Emeritus Professor University of Technology Sydney (UTS), Heather Goodall beserta tamu undangan lainnya.
Dengan kehadiran lebih dari 100 tamu undangan termasuk perwakilan komunitas dan diaspora Indonesia, acara ini tidak hanya menjadi peringatan tapi juga simbol dari hubungan yang kuat antara Indonesia dan Australia.

Sebagai penyelenggara peresmian, Paddy Crumlin dalam sambutannya menjelaskan bagaimana pelaut Indonesia dan pelaut negara lain bersama-sama melakukan gerakan dan menunjukkan persatuan antar bangsa dan solidaritas melawan kekuatan kolonial.
Ia pun menyampaikan kebanggaan atas blokade Black Armada yang didukung pekerja pelabuhan Australia. "MUA bangga terhadap aksi blokade Black Armada melawan persenjataan maritim Belanda, dan kami bangga atas perjuangan melawan kolonialisme yang ingin merampas kemerdekaan Indonesia," ujar Paddy.
Pesan yang sama juga disampaikan Emeritus Professor UTS, Heather Goodall. Heather berpesan bahwa solidaritas yang timbul dari pelaut Australia dan pelaut asing lainnya di Sydney saat itu didasarkan atas kesamaan visi dalam perjuangan melawan kolonialisme.
Sebagai perwakilan AIA, Anggota Komite AIA Neil Smith dalam sambutannya menceritakan bagaimana peran AIA, organisasi dua masyarakat yang terbentuk bahkan sebelum kemerdekaan Indonesia, dalam mendukung blokade serta menceritakan kronologis sejarah peristiwa Black Armada.
Termasuk peristiwa bagaimana para pelaut dan pekerja menggunakan perahu motor kecil berupaya mengejar dan mencegah satu kapal Black Armada seperti terlukis dalam plakat yang dipasang. "Anda bisa melihat perahu motor kecil itu sedang berupaya mencegah kapal besar di plakat," ujarnya.

Mewakili Pemerintah RI, Konsul Jenderal Vedi Kurnia Buana dalam sambutannya menyampaikan bahwa peresmian plakat ini bukan hanya sekadar memperingati suatu kejadian di masa lalu, namun juga menjadi pengingat akan solidaritas dan kerja sama yang telah terbina selama ini antara Indonesia dan Australia.
"Tidak hanya diplomasi, sejarah kerja sama dan solidaritas kedua masyarakat membuat hubungan dua negara semakin kuat," ungkap Konsul Jenderal Vedi.
Senada dengan hal tersebut I Dewa Nyoman Budiasa Sekjen Kesatuan Pelaut Indonesia menyatakan bahwa sejarah menjadi referensi untuk langkah kita ke depan dan berpesan kepada generasi muda.
"Jangan pernah melupakan sejarah dan jasa para pahlawan, tidak boleh apatis dan harus berperan bagi negara, khususnya dalam mempersiapkan diri menuju Indonesia emas 2045," katanya.

Tujuan dari pembukaan plakat ini adalah untuk menghormati dan mengenang perjuangan bersama antara Indonesia dan Australia dalam menghadapi kolonialisme. Gerakan Black Armada adalah manifestasi dari solidaritas dan kerja sama, dua nilai yang tetap relevan hingga hari ini.
Dengan adanya plakat ini, diharapkan masyarakat kedua negara dapat terus mengingat dan memperkokoh hubungan jangka panjang berdasarkan rasa hormat dan solidaritas.
Acara peresmian diakhiri dengan harapan bahwa plakat Black Armada akan menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda kedua negara untuk terus menjalin kerja sama dan mempererat hubungan antara Indonesia dan Australia.

Australia National Maritime Museum berkomitmen untuk mempromosikan pengetahuan maritim dan sejarah kelautan, termasuk peristiwa-peristiwa bersejarah yang mempengaruhi hubungan antara negara-negara di kawasan ini.
Ini satu-satunya museum dari 9 museum nasional milik Australia yang berlokasi di Sydney, selebihnya berlokasi di Canberra, ibu kota negara.
Di Museum Nasional Maritim Australia ini dipamerkan koleksi, pameran, penelitian, dan arkeologi maritim termasuk salah satunya adalah model replika kecil perahu suku Makassar. Terdapat lebih dari 850.000 pengunjung setiap tahun termasuk keluarga, turis antarnegara bagian dan internasional. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Pemasangan Plakat Black Armada, Bukti Sejarah Dukungan Australia pada Kemerdekaan RI
Pewarta | : Sholihin Nur |
Editor | : Ronny Wicaksono |