https://jatim.times.co.id/
Berita

Bioskop Keliling di Malang: Dari Gambar Idoep Sampai Layar Tancap (Bagian1)

Sabtu, 03 Mei 2025 - 06:30
Bioskop Keliling di Malang: Dari Gambar Idoep Sampai Layar Tancap (Bagian1) Ibu dan anak sedang menikmati layar tancap (FOTO: sinemakeliling.blogspot)

TIMES JATIM, MALANG – Jauh sebelum Cineplex 21 dan Netflix hadir, rakyat kecil di Malang Raya punya cara sendiri menikmati film. Mereka menikmati dengan cara yang jauh lebih meriah: bioskop keliling atau layar tancap. Arek Malang sering menyebut bioskop misbar (gerimis bubar).

Sebelum layar tancap ada, dulu alun-alun Malang dikenal sebagai pusat keramaian. Alun-alun saat itu tempat warga berkumpul menikmati tontonan tradisional seperti wayang kulit, topeng Malangan, ludruk, sandiwara (Toneel Melajoe), dan opera stambul. Namun, film membawa daya tarik berbeda. Apalagi setelah Belanda memperkenalkan bioscoop atau gambar idoep (gambar hidup).

Film pertama yang diputar di Hindia Belanda adalah Loetoeng Kasaroeng (1926). Sejak itu, industri film lokal mulai berkembang. Beberapa gedung bioskop pun berdiri. Konsumennya kalangan terbatas.

Bioskop-Keliling-di-Malang-b.jpgIlustrasi tayangan layar tancap (FOTO: Kaskus)

Baru pada era 1970-an bioskop keliling muncul. Ini jadi fenomena unik: menghadirkan film langsung ke kampung-kampung.

Lalu, seperti apa ceritanya bioskop keliling atau layar tancap bisa eksis di Malang?

Certita itu tak lepas fenomena bioscoop yang hanya bisa dinikmati elit Belanda dan Tionghoa. Seiring waktu, pribumi mulai tertarik. Karena tak semua mereka bisa menikmati bioscoop ke kota, muncul ide untuk membawa film ke desa-desa.

Nah, arek Malang yang lahir era 70-90 an, layar tancap yang digelar di lapangan terbuka di desa dan kampung saat itu adalah hiburan yang wajib didatangi. Biasanya, layar tancap digelar saat momen tertentu. Layar tancap diundang untuk meramaikan hajatan seperti perkawinan, sunatan, sampai memeriahkan HUT Kemerdekaan RI.

Sebuah layar putih besar dibentang di lapangan. Proyektor 16 mm berderik. Tua, muda, anak, pedagang kacang dan jagung rebus, sampai pedagang rokok sudah berkumpul usai isya di sana. Mereka duduk di tikar yang dibawa dari rumah. Tertawa dan bercanda sambil menikmati gambar idoep apa adanya.

Bagi sebagian arek Malang yang kini usianya 50-60 tahunan, suasana ini adalah kenangan manis. Tak terlupakan.

Bioskop-Keliling-di-Malang-c.jpgIlustrasi tayangan layar tancap (FOTO: Kaskus)

Gambar Idoep Masuk ke Malang

Sebelum cerita layar tancap, sebaiknya kita flash back dulu. Kita perlu tahu dulu seperti apa film pertama kali masuk ke Nusantara.

Begini sejarahnya...

Film pertama di dunia diputar oleh Lumiere Brothers di Prancis pada 1895. Sekitar tahun 1900-an, Belanda membawa teknologi ini ke Nusantara (Hindia Belanda).

Awalnya, film yang banyak ditayangkan adalah film dokumenter yang banyak mengisahkan soal kemajuan Belanda. Film tersebut diputar di bioscoop-bioscoop yang ada di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan kota-kota yang sudah berdiri gedung bioscoop.   

Di Malang, gedung bioscoop pertama muncul sekitar 1920-an.

Alhambra Theater adalah yang pertama dibangun pada 1928 oleh Hasan Surati. Gedungnya kini jadi komplek pertokoan Mitra 1 di Jalan KH Agus Salim, Kota Malang.

Kemudian ada Flora Cinema yang dibangun pada tahun 1928 juga. Letaknya sekarang di sudut Jl. KH. Agus Salim dan Jl. Zainul Arifin, yang sekarang jadi pertokoan. Dulu, selain bioskop, gedung Flora juga jadi tempat berkumpulnya orang Belanda untuk main bilyar dan juga sebagai restoran.

Lalu ada Emma Theater yang sekarang lokasinya di Jl. Laks. RE Martadinata 12.

Tiga bioskop tersebut awalnya hanya untuk orang Eropa dan Tionghoa. Tapi, lama-lama warga pribumi juga boleh nonton, meski di kelas terpisah.

Ketika Jepang menguasai Indonesia (1942–1945), diskriminasi itu dihapus. Semua orang boleh nonton, termasuk pribumi. Namun, pemerintah Jepang melarang film barat atau film buatan Belanda diyatangkan. Film diganti dengan film propaganda seperti Tonarigumi (yang mengenalkan sistem RT/RW).(Bersambung tulisan 2)

                                                              ---------------------------------------------------

- Sebagian tulisan ini disadur berdasarkan tesis berjudul "Bioskop keliling di Kota Malang tahun 1970-1995" karya Mariatul Ulfa Utami Putri, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Program Studi Ilmu Sejarah, Universitas Negeri Malang, April 2020

- Tulisan ini juga diambil dari beberapa sumber lain

Pewarta : TIMES Magang 2025
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.