TIMES JATIM, JOMBANG – Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU) Tambakberas menorehkan sejarah penting. Tahun 2025 menjadi momentum bersejarah karena pesantren legendaris ini resmi berusia dua abad.
Usia panjang tersebut menjadi bukti nyata konsistensi pesantren dalam meneguhkan perannya sebagai pusat pendidikan dan peradaban Islam di Nusantara.
Sebagai puncak peringatan, PPBU menggelar Talkshow bertajuk “Transformasi Pesantren” di Gedung Serbaguna KH Hasbullah Said, Rabu (15/10/2025).
Acara tersebut menghadirkan tokoh nasional, di antaranya Menteri Agama RI Prof. Nasaruddin Umarbeserta jajaran Kemenag, serta 30 guru besar dari berbagai universitas ternama di Indonesia, sebagian besar di antaranya merupakan alumni Bahrul Ulum.
Ketua Umum Yayasan PP Bahrul Ulum, KH Wafiyul Ahdi, menuturkan bahwa perjalanan dua abad ini merupakan wujud dari dinamika dan keteguhan pesantren dalam menghadapi zaman.
“Pada abad pertama, ada Mbah Sihah yang menjadi perintis berdirinya Pondok Pesantren Bahrul Ulum. Sedangkan di abad kedua, Mbah Wahab membawa pesantren ini mampu menyeimbangkan antara pendidikan keagamaan dan pendidikan nasional,” ungkapnya seperti dikutip dari chanel Youtube resmi TambakberasTV, Jumat (17/10/2025).
Menurut KH Wafiyul, peringatan dua abad bukan sekadar seremoni, tetapi momentum reflektif bagi seluruh santri dan masyarakat pesantren.
“Momen ini menjadi bahan muhasabah bagaimana pesantren bisa bertahan selama dua abad dan bagaimana langkah strategis untuk mengembangkannya di masa mendatang,” ujarnya.
Sementara itu, Menteri Agama RI, Prof. Nasaruddin Umar, dalam sambutannya menegaskan bahwa setiap masa memiliki tempat lahirnya tokoh-tokoh besar, dan Bahrul Ulum adalah salah satu di antaranya.
“Dalam setiap abad, selalu lahir tokoh hebat dari lembaga besar. Barangkali Bahrul Ulum adalah salah satunya, tempat lahir para tokoh dan pemikir bangsa,” ucapnya di hadapan ribuan peserta.
Prof Nasaruddin kemudian menjelaskan bahwa setiap lembaga besar akan melalui empat fase kepemimpinan: pendiri, pembangun, penikmat, dan penghancur.
“Pesantren juga mengalami empat fase itu. Jika ingin terus eksis, maka pesantren harus dirawat dan dikembangkan dengan sungguh-sungguh,” tegasnya.
Lebih lanjut, Menag menyoroti bahwa sistem pendidikan pesantren sesungguhnya menjadi fondasi pendidikan modern dunia.
“Saat ini sistem pendidikan asrama yang berkembang di Inggris dan Australia sejatinya terinspirasi dari sistem pesantren. Di pesantrenlah nilai pendidikan sejati dijalankan, yakni belajar dengan dasar spiritual dan moral sebagaimana wahyu pertama: Iqra’ bismirabbik,” tutur Prof Nasaruddin.
Menag Prof. Nasaruddin menutup sambutannya dengan apresiasi terhadap Bahrul Ulum yang tetap menjadi penjaga tradisi keilmuan Islam sekaligus pelopor transformasi pendidikan di era modern.
“Pesantren adalah tempat belajar yang memanusiakan manusia, memadukan ilmu, akhlak, dan pengabdian. Bahrul Ulum telah membuktikannya selama dua abad, dan insyaallah akan terus berlanjut hingga abad-abad berikutnya,” pungkasnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Dua Abad Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Menag RI: Tempat Lahir Tokoh Hebat
Pewarta | : Rohmadi |
Editor | : Deasy Mayasari |