TIMES JATIM, SURABAYA – Nuansa diplomasi budaya terasa begitu hidup ketika delegasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur atau UPNVJT melangkahkan kaki di Thailand pada awal Oktober 2025 melalui BRIDGE Program 2025—BIPA Research, Innovation, Development, and Global Education Program.
Serangkaian kegiatan akademik, pengabdian, dan penandatanganan kerja sama internasional yang berlangsung di berbagai institusi pendidikan tersebut terselenggara berkat kerja sama kolegial antara Dewi Puspa Arum dari UPN “Veteran” Jawa Timur (UPNVJT), Dr. Suhailee Sohnui dari Faculty of Humanities Chiang Mai University (CMU); dan Dr. Rattanaporn Muhry dari Sarasas Suvarnabhumi Institute of Technology (SSVIT).
Kegiatan ini bukan sekadar seremoni internasional, melainkan momentum strategis yang menandai era baru kolaborasi antarnegara di bidang pendidikan bahasa dan budaya.
Dua dokumen penting ditandatangani dalam kesempatan ini: MoA antara Fakultas Ilmu Sosial, Budaya, dan Politik (FISBP) UPNVJT dan Faculty of Humanities Chiang Mai University (CMU) pada 6 Oktober 2025, serta MoU antara UPNVJT dan Sarasas Suvarnabhumi Institute of Technology (SSVIT) pada 10 Oktober 2025.
Korprodi D4 Bahasa Inggris untuk Komunikasi Bisnis dan Profesional, Laksmi Diana, S.S., M.Pd., menegaskan, kerja sama ini menjadi tonggak penting dalam mewujudkan visi global universitas.
“Kerja sama ini adalah bentuk nyata dari komitmen UPN Veteran Jawa Timur untuk menghadirkan wajah Indonesia yang ramah, terbuka, dan inovatif melalui bahasa dan budaya. Kami percaya, pengajaran BIPA adalah gerbang strategis untuk memperkenalkan Indonesia di kancah internasional,” ujarnya.
Kegiatan penandatanganan di Bangkok turut disaksikan oleh Dr. Rattanaporn Muhry, Assistant Head of English Language Center di SSVIT, yang menilai kolaborasi tersebut sebagai langkah progresif.
“BRIDGE Program adalah model kerja sama pendidikan yang berorientasi pada kemanusiaan. Bahasa menjadi pintu masuk untuk saling memahami dan menghargai perbedaan. Kami bangga dapat menjadi bagian dari inisiatif global yang digagas oleh UPNVJT,” tutur Dr. Rattanaporn.
Sementara itu, di Chiang Mai, kolaborasi juga disambut hangat oleh Dr. Suhailee Sohnui, Dosen di Department of Oriental Languages, Faculty of Humanities, Chiang Mai University.
Ia menyebut kegiatan ini sebagai momen penting bagi penguatan riset dan diplomasi budaya Asia Tenggara. “Kolaborasi ini tidak hanya memperkuat studi bahasa Asia, tetapi juga menciptakan ruang belajar lintas budaya yang saling memperkaya,” ujarnya.
Selama berada di Thailand, dosen-dosen UPNVJT aktif berbagi inspirasi dalam Guest Lecture Series yang digelar di dua kampus ternama. Di Chiang Mai University, tiga dosen tampil dengan tema-tema inovatif dalam pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA).
Dewi Puspa Arum, S.Pd., M.Pd., Koordinator BIPA KNB UPNVJT, membuka sesi pertama dengan topik “BIPA in Pictures: See it, Say it – See and Say Experience Indonesian Language and Culture”, yang menekankan pendekatan visual dan partisipatif dalam pembelajaran bahasa. Materi ini mendorong mahasiswa untuk memahami konteks budaya di balik kosa kata, bukan sekadar menghafal struktur gramatikal.
Sesi berikutnya dibawakan oleh Laksmi Diana, dengan topik “The Art of Indonesian Hospitality – Navigating Invitations and Gatherings.” Ia menjelaskan konsep keramahtamahan Indonesia yang terwujud dalam bahasa sehari-hari, mulai dari tata cara undangan hingga interaksi sosial dalam acara keluarga.
Terakhir, Syifa Syarifah Alamiyah, S.Sos., M.Commun., Kepala UPA Bahasa UPNVJT, memaparkan “Cross-Cultural Understanding in Bahasa Indonesia Learning for Thai Students.” Ia menyoroti pentingnya memahami perbedaan nilai budaya agar proses pembelajaran menjadi lebih inklusif.
“Mahasiswa kami sangat antusias karena mereka tidak hanya belajar bahasa, tetapi juga memahami kepribadian masyarakat Indonesia,” kata Dr. Suhailee Sohnui menanggapi kegiatan tersebut. “Ini adalah bentuk diplomasi akademik yang lembut, tetapi berdampak jangka panjang.”
Tidak berhenti di ruang kelas, kegiatan International Community Service menjadi wahana belajar lintas budaya yang penuh interaksi. Di CMU, dosen dan mahasiswa Thailand berpartisipasi dalam kegiatan bertajuk “DODOLAN: Indonesian Language Market Day.”
Mereka belajar melakukan transaksi jual beli menggunakan bahasa Indonesia, mengenal angka, uang rupiah, hingga praktik menawar layaknya di pasar tradisional Indonesia. “Kami ingin menciptakan pengalaman otentik, agar mereka tidak hanya mendengar bahasa Indonesia, tapi juga menggunakannya dalam konteks sosial yang nyata,” ujar Syifa Syarifah Alamiyah.
Beberapa hari kemudian, di Sarasas Witaed Bangbon School, kegiatan bertajuk “RASA BAHASA RASA NUSANTARA – Flavors of Indonesia in BIPA and Culinary Diplomacy” memperkenalkan diplomasi rasa.
Dosen dan siswa memasak bersama berbagai hidangan khas Indonesia seperti ayam geprek, lemper, kolak, kopi Bali, dan wedang uwuh. “Masakan Indonesia bukan hanya soal rasa, tetapi juga identitas. Di setiap rempahnya tersimpan nilai gotong royong, keberagaman, dan cinta tanah air,” ungkap Dewi Puspa Arum.
Keceriaan juga tampak pada kegiatan “DOLANAN INDONESIA – Playing Across Nations.” Anak-anak Thailand belajar permainan tradisional seperti dakon, engkle, yoyo, dan egrang batok. “Permainan ini mengandung filosofi kerja sama dan keseimbangan. Lewat dolanan, kami menanamkan nilai-nilai karakter bangsa Indonesia dengan cara yang menyenangkan,” ujar Laksmi Diana.
Momentum puncak kegiatan terjadi pada 1st International Conference Sarasas Suvarnabhumi Institute of Technology pada 10 Oktober 2025. UPNVJT hadir sebagai co-host, mengirimkan tiga dosen dan lima mahasiswa untuk mempresentasikan riset kolaboratif dalam bidang pendidikan bahasa, komunikasi, dan kebudayaan.
Diskusi lintas negara ini memperkuat jejaring akademik antarperguruan tinggi di Asia Tenggara dan membuka peluang untuk penelitian bersama di masa depan.
Seluruh rangkaian kegiatan tersebut bernaung di bawah BRIDGE Program 2025, sebuah inisiatif global yang dikembangkan oleh UPNVJT untuk memperluas jejaring riset, inovasi, dan pengajaran BIPA secara internasional.
Program ini melibatkan kolaborasi strategis antara UPNVJT, Chiang Mai University, Sarasas Suvarnabhumi Institute of Technology, Sarasas Affiliated School, Universitas Negeri Surabaya, dan Institut Mpu Kuturan Bali.
Sebagai tindak lanjut konkret, pada tahun 2026, delegasi dosen dan mahasiswa dari Thailand direncanakan akan datang ke Indonesia untuk mengikuti kursus singkat bahasa dan budaya Indonesia selama dua minggu. Program ini akan berlangsung di beberapa universitas mitra dan menitikberatkan pada praktik komunikasi, seni, dan kuliner nusantara.
“Kami tidak ingin program ini berhenti di seremoni. BRIDGE harus menjadi gerakan akademik berkelanjutan yang membuka ruang pertemuan lintas bangsa,” tegas Syifa Syarifah Alamiyah.
Di tengah tuntutan internasionalisasi akademik, UPN Veteran Jawa Timur berhasil menunjukkan bahwa diplomasi tidak harus berwujud pidato di forum besar. Kadang, bermula dari meja kelas, dari permainan tradisional, dari sepiring ayam geprek, atau dari tawa anak-anak yang bermain egrang batok.
Melalui International BRIDGE Program, UPNVJT berupaya menghadirkan itu semua, memendar rasa Indonesia—menghubungkan bangsa-bangsa lewat semangat kemanusiaan, keberagaman, dan persahabatan. (*)
Pewarta | : Agus Miftahurrahman |
Editor | : Muhammad Iqbal |