TIMES JATIM, BONDOWOSO – Di Desa Prajekan Lor, Kecamatan Prajekan, Kabupaten Bondowoso, kreativitas warganya seakan tak pernah kehabisan bahan bakar. Alih-alih membeli material baru, mereka memilih memanfaatkan limbah sehari-hari untuk menghadirkan karya yang memukau, yakni gapura-gapura unik dari bahan bekas.
Total ada 10 gapura yang berdiri gagah di pintu masuk lingkungan desa. Namun, jangan bayangkan bentuknya seragam.
Setiap gapura tampil dengan karakter berbeda, sesuai imajinasi pembuatnya. Ada yang menyerupai burung Garuda, helikopter, benteng pejuang, bahkan tokoh robot Robocop yang gagah mengibarkan bendera Merah Putih.
“Bahan-bahannya beragam. Ada botol bekas, sak semen yang dikeraskan, limbah bangunan, limbah perbengkelan, hingga sampah rumah tangga,” jelas Kepala Desa Prajekan Lor, Fandi Shofan Hidayat, Kamis (4/9/2025).
Pria yang juga seorang seniman tersebut menegaskan, di balik kemeriahan gapura ini, tersimpan pesan mendalam, yakni pelestarian lingkungan.
Pemerintah desa memang tengah gencar mengampanyekan pengelolaan sampah terpadu. Apalagi, selama ini ada bantuan mesin pengelolaan sampah nonorganik yang belum bisa difungsikan karena keterbatasan lahan.
“Kita yang utama kampanyenya. Lewat gapura ini, kita ingin warga terbiasa melihat bahwa sampah bisa dikelola dan bermanfaat,” tutur Shofan.
Salah satu karya paling menarik perhatian adalah gapura berbentuk Garuda. Miniatur burung perkasa itu dibuat dari potongan limbah kayu mebel yang disusun rapi, lalu diperkuat dengan campuran kertas semen bekas yang dihancurkan. Hasilnya, sebuah simbol kebanggaan yang menjulang di atas gerbang desa.
Tak hanya soal estetika kata dia, pembangunan gapura juga menjadi ajang mempererat kebersamaan warga. Proses panjang mengumpulkan, mengolah, hingga menyusun limbah menjadi karya seni melibatkan banyak tangan dan ide.
“Seni itu kan dibuat dari proses yang rumit, tapi disajikan dalam bentuk sederhana. Sama halnya dengan gapura ini. Di balik tampilannya yang sederhana, ada kerja keras dan kekompakan warga,” ungkapnya.
Festival inovasi gapura ini sejatinya digelar dalam rangkaian perayaan HUT Kemerdekaan RI. Meski puncaknya sudah berlalu, banyak warga enggan membongkar karya mereka.
Gapura-gapura itu tetap berdiri, menjadi simbol kebanggaan dan bukti bahwa dari sampah pun, seni bisa lahir.
“Kalau dilihat, hasilnya memang sederhana. Tapi karena dibuat dari sesuatu yang sering dianggap tak berguna, karya ini terasa jauh lebih berharga,” pungkasnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Dari Sampah Jadi Seni: Warga Prajekan Lor Bondowoso Sulap Limbah Jadi Gapura Unik
Pewarta | : Moh Bahri |
Editor | : Imadudin Muhammad |