TIMES JATIM, PACITAN – Di Desa Sidoharjo, Kecamatan/Kabupaten Pacitan, Jawa Timur terdapat sebuah petilasan Raden Tumenggung Notopuro, Bupati pertama Pacitan. Sampai sekarang keberadaannya masih dikeramatkan warga sekitar lantaran dinilai menyimpan cerita mistis.
Lokasi petilasan ini berada di RT 01/RW 01 Dusun Ngerjoso. Jika anda penasaran, dari JLS Pacitan-Lorok sekitar 500 meter tak jauh dari Balai Desa Sidoharjo.
Juru Kunci petilasan, Joko Wibowo (58) bercerita. Sebelum Raden Ngabehi Notopuro dari Ngrejoso diangkat menjadi tumenggung, daerah itu masih menjadi wilayah kekuasaan Keraton Surakarta Hadiningrat.
Masih di area Petilasan Raden Tumenggung Notopuro, terdapat empat batu umpak bekas bangunan Kabupaten Pacitan tempo dulu dan diyakini berdaya magic. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
"Menjadi bupati pertama bergelar tumenggung sekitar tahun 1740-1757. Setelah ditelisik, ternyata memang kadipaten pertama Pacitan, ya di area petilasan ini. Notopuro itu keturunan dari Ki Ageng Petung atau Kyai Niti Geseng," katanya, Rabu (23/8/2022).
Joko melanjutkan, setelah Raden Tumenggung Notopuro wafat, akhirnya dimakamkan di Dusun Karang, Desa kembang, Kecamatan Pacitan. Dan sampai sekarang makam menjadi pepunden ahli waris warga sekitarnya.
"Peninggalan yang masih ada berupa sumur. Namanya Sumur Njero. Satu lagi terdapat empat buah batu umpak yang merupakan ganjal bekas bangunan kadipaten era itu. Masih tertulis aksara Jawa dan sepertinya dipahat namun tak bisa dibaca karena sudah dimakan usia," terangnya.
Menurut pria yang masih keturunan ke-9 Raden Tumenggung Notopuro itu, Sumur Njero tersebut airnya tidak pernah habis meski dilanda kemarau panjang sekali pun. Hal itu terlepas dari kepercayaan warga setempat.
"Banyak yang percaya, kalau air sumur ini digunakan untuk berbagai keperluan. Seperti tradisi bersih desa dan upacara hari jadi Pacitan tiap tahun. Dulu orang sering datang ke sini dari berbagai daerah mulai kalangan pesantren, paranormal sampai pejabat," ucap Joko sambil menunjukkan sumur keramat berbentuk persegi di dalam petilasan.
Tampak sumur tersebut sepertinya belum lama direnovasi pada bagian atas. Demi keselamatan pengunjung. Sedangkan batu bata merah yang asli masih jelas terlihat.
"Pernah ketika bulan puasa, seorang santri bermaksud tirakat. Belum sampai tiga malam tidak kuat dan lari. Entah kenapa. Padahal saya sering tidur di sini biasa saja," ujar Joko.
Juru kunci, Joko Wibowo (kaos hitam) dan Kaur TU, Isno Sasonggo (berpeci) menunjukkan Petilasan Raden Tumenggung Notopuro di RT 01/RW 01 Dusun Ngerjoso, Desa Sukoharjo, Pacitan. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Dia menerangkan, di belakang petilasan tersebut dulunya ada bambu menghadap ke utara. Tiba-tiba berubah arah condong ke barat. Tak hanya itu, pejabat berpangkat tak ada yang berani masuk area petilasan.
"Paling cuma di luar petilasan," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Urusan Tata Usaha dan Umum Desa Sukoharjo, Isno Sasongko menambahkan. Saking dikeramatkannya petilasan tersebut, bahkan warga sekitar tidak ada yang berani masuk petilasan kecuali melalui juru kunci.
"Saya masih ingat, dulu sewaktu hari jadi Pacitan, kuda iring-iringan rombongan bupati tak mau bergerak untuk kembali ke pendopo kabupaten. Bahkan kamera sebuah televisi gagal mengambil gambar. Mobil pejabat juga mogok begitu lewat depan petilasan. Akhirnya berkat juru kunci, acara baru bisa berjalan normal," katanya kepada TIMES Indonesia di lokasi.
Selain itu, Kepala Desa Sukoharjo, Muh Anam mengatakan, keberadaan petilasan Raden Tumenggung Notopuro menjadi sugesti sekaligus keberkahan warganya. Terlepas dari cerita mistis, hampir seluruh penduduknya berprofesi sebagai petani padi.
"Alhamdulillah, Desa Sukoharjo terkenal lumbung padinya Pacitan. Soalnya dalam setahun bisa panen tiga kali. Jumlah penduduk sekarang 1.696, 527 KK. Wilayahnya terbagi empat dusun, yakni Ngerjoso, Jarum, Prambon dan Nitikan," ungkapnya.
Masih banyak cerita-cerita yang beredar di masyarakat terkait petilasan Raden Tumenggung Notopuro. Seperti, tidak pernah terdampak banjir meskipun rumah warga tergenang air.
"Pernah pas renovasi bagian atas sumur, tukangnya langsung sakit lambung. Terus, ada yang iseng memindah posisi umpak, yang mindah juga minger kepalanya," pungkas Muh Anam.
Demikianlah cerita mistis seputar petilasan Raden Tumenggung Notopuro yang merupakan Bupati pertama Pacitan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Sejarah dan Kisah Mistis Petilasan Raden Tumenggung Notopuro, Bupati Pertama Pacitan
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Faizal R Arief |