TIMES JATIM, NGAWI – Pusat panggilan atau call center darurat di Kabupaten Ngawi belum aktif. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ngawi, Anang Heri Prabowo menyebut, call center darurat akan diupayakan aktif di tahun 2023 mendatang.
"Tahun depan mudah-mudahan bisa terlaksana," kata Anang sapaan kepala BPBD Ngawi kepada TIMES Indonesia, Jumat (14/10/2022).
Anang menjelaskan, saat ini BPBD Kabupaten Ngawi terus berkoordinasi dengan dinas terkait agar call center kedaruratan itu bisa segera dilaksanakan. Terlebih mengingat potensi terjadinya bencana di Kabupaten Ngawi.
"Ini kita koordinasikan dengan Kominfo (Dinas Komunikasi Informatika, Statistik dan Persandian) yang terkait IT nya. Kita minta, mudah-mudahan tahun depan akan terlaksana," kata Anang.
Saat pusat panggilan pengaduan terkait kedaruratan dan kebencanaan itu sudah tersedia, masyarakat Kabupaten Ngawi bisa melakukan panggilan darurat di nomor yang ditetapkan. "Terkait pengaduan nanti di nomor 112," jelas Anang.
Adapun kebutuhan call center kedaruratan dirasa cukup dibutuhkan. Mengingat Kabupaten Ngawi, dalam data Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) tahun 2021 terbitan BNPB, termasuk beresiko sedang terhadap bencana. Dikutip dari IRBI tahun 2021, Kabupaten Ngawi masuk kategori risiko sedang dari multi ancaman bencana, dengan skor 132,30.
Secara spesifik bencana hidrometeorologi seperti banjir, Kabupaten Ngawi masuk kategori kelas risiko tinggi, dengan skor 30,56. Sementara untuk tanah longsor, Kabupaten Ngawi masuk kelas kategori sedang dengan skor 10,19.
Kabupaten Ngawi juga masuk kategori risiko tinggi dari bencana gempa bumi, dengan skor 18,34. Kategori risiko tinggi juga terhadap bencana kebakaran hutan dan lahan dengan skor 30,56. Indeks risiko kekeringan juga masuk kelas kategori tinggi dengan skor 20,37.
Pacu Pertumbuhan Destana
Kepala BPBD Kabupaten Ngawi, Anang Heri Prabowo mengatakan, menyikapi potensi terjadinya bencana, Desa Tangguh Bencana (Destana) menjadi hal krusial yang diharapkan segera terbentuk di setiap desa/kelurahan di Kabupaten Ngawi.
Hingga saat ini, Destana di Kabupaten Ngawi baru terbentuk 44 titik dari total keseluruhan 217 desa/kelurahan. Diharapkan oleh Anang, hingga tahun 2023 mendatang, seluruh desa/kelurahan telah terbentuk Destana.
"Mudah-mudahan bisa tercapai. Saat ini masih kita bicarakan dengan camat dan kepala desa terkait pembentukan Destana, bagaimana pentingnya Destana apabila terjadi bencana," kata Anang.
Dari 44 titik Destana yang ada di Kabupaten Ngawi, masih belum mencakup 19 kecamatan secara keseluruhan. Masih ada sejumlah kecamatan yang sama sekali belum memiliki Destana.
"Belum seluruh kecamatan ada Destana. Seperti di Kecamatan Gerih, Pitu. Tapi rata-rata sudah ada Destana di masing-masing kecamatan selain itu," kata Anang.
Di samping itu, relawan kebencanaan di Kabupaten Ngawi juga cukup banyak. Anang menyebut, hingga saat ini terdata ada 25 kelompok relawan atau organisasi yang tersebar di seluruh Kabupaten Ngawi.
"Kalau personil relawan kebencanaan di Kabupaten Ngawi banyak, ada ratusan orang," papar Kepala BPBD Ngawi, Anang Heri Prabowo, terkait call center darurat. (*)
Pewarta | : Muhammad Miftakul Falakh |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |