TIMES JATIM, BONDOWOSO – Perkumpulan lelaki seks lelaki (LSL) atau gay di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, kian meresahkan. Bahkan puluhan diantaranya sudah terkonfirmasi positif HIV.
Data diterima TIMES Indonesia, total ada 729 orang yang masuk dalam komunitas LSL di Bondowoso. Sementara 44 anggota terkonfirmasi positif HIV.
Aktivitas anggota LSL ini bervariatif, seperti arisan, pertemuan rutin dan kegiatan lainnya. Mereka sering berkumpul di kafe-kafe, tempat olahraga, di Alun-alun RBA Ki Ronggo dan di beberapa tempat umum lainnya.
Komunitas LSL ini merupakan salah satu perkumpulan yang menjadi media penyebaran HIV yang cukup massif.
Ketua Pokja TB-HIV Bondowoso, Funky Indra Ayu Santi menjelaskan, ada berbagai faktor mereka menjadi anggota LSL. Diantaranya karena broken home.
Bahkan kata dia, mereka memiliki latar belakang beragam. Mulai dari masyarakat biasa, ASN (Aparatur Sipil Negara) dan beberapa pegawai instansi negara yang lain.
Menurutnya, rekrutmen untuk menjadi anggota perkumpulan LSL ini cukup massif. Mereka mengintai calon korban untuk dijadikan anggota.
“Kalau misalnya ada orang yang sudah masuk kriteria itu diintai, dan dipengaruhi agar bergabung dengan mereka,” kata dia saat dikonfirmasi, Rabu (5/3/2025).
Dia juga memaparkan, bahwa ketika masuk komunitas tersebut maka susah keluar. Sebab jika ada anggota yang ingin berhenti, akan mendapatkan intimidasi.
“Bukan hanya fisik. Ancamannya ada yang mau dibunuh,” jelasbetu usai rapat dengar pendapat di Ruang Rapat Gabungan DPRD Bondowoso.
Sementara Bidang Edukasi Pokja TB-HIV Bondowoso, Siwin Soleha menambahkan, untuk mengubah penyimpangan seksual mereka tidak mudah, karena yang akan diubah adalah perilaku.
Menurutnya, sosialisasi ini harus terus dilakukan. Dia berharap pemerintah daerah memberikan edukasi melalui banner atau videotron di pinggir jalan.
“Sehingga masyarakat tahu betul, perkembangan HIV dan pencegahannya seperti apa,” jelas dia.
Menurutnya, pencegahan terhadap penyimpangan seksual dan HIV ini bukan hanya menjadi tugas orang kesehatan. Tetapi menjadi tugas bersama termasuk tokoh agama, masyarakat, serta lintas sektor harus bersinergi bersama.
“Jika menyasar anak-anak, maka akan merusak generasi emas Indonesia,” tegas dia.
Sementara Plt Kepala Dinkes Bondowoso, dr. Mohammad Jasin menjelaskan, saat ini harus memahami pola penularan HIV agar pencegahan dapat dilakukan dengan tepat.
"Kita harus memastikan penularan terjadi di mana agar intervensi yang kita lakukan tidak salah sasaran," katanya.
Termasuk harus ada sosialisasi ke sekolah-sekolah. Termasuk jika penyebaran terjadi di komunitas maka sosialisasi harus dilakukan ke mereka.
“Maka kita harus mengajak mereka berdialog agar penyebaran ini tidak semakin meluas," terang dia.
Sementara penanganan ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS kata dia, di Pemkab Bondowoso sudah memiliki 12 fasilitas layanan kesehatan yang memberikan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP).
Fasilitas tersebut terdiri dari dua rumah sakit, yakni RSUD dr. Koesnadi dan RS Bhayangkara. Kemudian ada 10 puskesmas yang tersebar di berbagai kecamatan, yakni di Maesan, Tenggarang, Prajekan, Kota Kulon, Tlogosari, Sumberwringin, Jambesari Darusollah, Curahdami, Tamanan, dan Tapen.(*)
Pewarta | : Moh Bahri |
Editor | : Imadudin Muhammad |