TIMES JATIM, PACITAN – Membicarakan destinasi wisata di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur seolah tak ada habisnya. Khususnya Sungai Maron yang terletak di Dusun Maron, Desa Dersono, Kecamatan Pringkuku ini memiliki nilai sejarah unik dan berbalut keindahan surga yang wajib dikunjungi.
Mengenai asal-usul, Kepala Dusun Maron, Agus Priyanto bercerita dahulu kala ada dua orang pengembara berjalan melewati tanjakan Sengkan Nanas menuju ke arah Ngiroboyo di tengah terik matahari untuk membuat jembatan dari bambu.
"Karena sudah pagi yang ditandai dengan ayam berkokok kedua orang tersebut mengurungkan niat untuk membuat jembatan, malah bambunya ditanam di Pantai Ngiroboyo. Akhirnya menyeberang tanpa menggunakan jembatan," katanya kepada TIMES Indonesia, Senin (6/12/2021).
Agus menambahkan, karena waktu sudah pagi kedua orang tersebut membuat tumpeng yang kelak berubah wujud menjadi sebuah batu yang kini dikenal dengan sebutan Watu Tumpeng.
"Di tengah perjalanan menyusuri sungai ke arah timur, kedua orang tersebut menemukan sebuah isi mangga lalu diperebutkan sambil tertawa, makanya di sisi selatan sana ada sawah yang dinamakan Sawah Cengis," imbuhnya.
Lebih lanjut Agus meneruskan cerita di tengah perjalanan dilihat seperti banyak kedaton kerajaan dan esampainya di batu Togog, kedua orang itu berhenti untuk berunding memikirkan cara untuk membagi isi mangga menjadi dua bagian. Kini batu tersebut dinamakan Watu Togog yang berada di tengah-tengah arus sungai.
Ayunan Cinta jadi spot foto terfavorit Sungai Maron Pacitan. (Foto: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia).
"Namun karena isi mangga hanya satu jika dibelah tidak akan hidup, akhirnya ditanam hingga tumbuh menjadi buah mangga dan buah puh. Berangkat dari kisah itu hingga sekarang masyarakat menyebut tempat ini Dusun Maron," Jelasnya.
Selain kaya akan nilai sejarah, pengunjung akan diajak menyusuri Sungai Maron sepanjang 4.5 kilometer dengan menyewa perahu milik warga lokal yang sudah tersedia beserta sopir profesional. Satu perahu bermesin diesel ini berkapasitas empat penumpang dibanderol cukup murah, yakni Rp 100 ribu dengan durasi sekitar 45 menit.
Pemandangan di sepanjang sungai berdiri pohon kelapa dan jambu yang sangat asri kontras dengan air yang berwarna kehijauan menyegarkan. Sontak menakjubkan pandangan mata.
Di tengah perjalanan menyusuri sungai, terdapat spot foto menarik dan instagramable yaitu sebuah ayunan yang dinamakan Ayunan Cinta. Tak jarang setiap pengunjung akan berhenti di sana untuk merasakan sensasi berfoto ria sambil menikmati pemandangan.
Di Sungai Maron ini juga terdapat ceruk sungai keramat yang dihuni oleh kerajaan jin, oleh masyarakat dinamakan Kali Sirah. Uniknya lagi saat musim kemarau tampak fenomena ikan kakap merah yang hanya di Sungai Maron. Konon tidak ada satu pun warga yang berani menangkap ikan air tawar tersebut.
Tak perlu khawatir, tour guide yang sangat ramah akan mengarahkan tempat mana yang bikin pengunjung terpukau. Pelayanannya sangat baik, bahkan jika anda mau berenang, mereka dengan sabar menunggu. Bagi yang takut tenggelam, tenang, setiap orang dibekali pelampung khusus yang nyaman.
Aliran Sungai Maron ini bermuara di Pantai Ngiroboyo yang memiliki keunikan tersendiri yaitu adanya pasir hitam yang mendominasi sebagian besar Pantai. Ketika terpapar sinar matahari, pasir hitam tersebut nampak berkilauan, apalagi setelah tersapu ombak laut. Tidak berlebihan jika pantai ini diibaratkan bagai mutiara hitam, tidak begitu mencolok, tetapi menyimpan pesona yang luar biasa.
Suasana hijau Sungai Maron dari atas.
Sepanjang aliran Sungai Maron ini ditumbuhi pepohonan yang rimbun di kedua sisinya. Anda akan memandang barisan pohon kelapa menambah nuansa kesegaran alami sehingga pengunjung seolah benar-benar merasakan suasana Amazon di Amerika Selatan.
Objek wisata yang dapat dijangkau sekitar 45 menit dari pusat Kota Pacitan ini memiliki alam yang masih sangat natural dan tropis.
Deretan perahu-perahu yang tertambat di dermaga setelah pintu masuk di depan area parkir membuat gairah wisatawan untuk segera menyusuri keindahan Sungai Maron.
Tiket masuk hanya Rp 5 ribu per orang. Fasilitasnya cukup lengkap, seperti ruang ganti, MCK, ruang tunggu antrian perahu juga tersedia.
Usai menyusuri Sungai Maron, wisatawan juga bisa memilih menu masakan kuliner yang khas seperti ikan laut goreng atau bakar ditambah sambal korek yang memanjakan lidah. Jangan lupa beli oleh-oleh seperti peyek udang khas maron yang renyah dan gurih untuk keluarga di rumah.
Seolah tak ada habis berbicara soal keindahan dan keunikan Sungai Maron. Tak heran banyak wisatawan akan benar-benar terkesan dengan suguhan surga dunia yang hanya ada di Pacitan.
Rute ke Sungai Maron ini harus melalui jalan yang berliku cukup memacu adrenalin. Jarak dari pusat Kota Pacitan sekitar 45-60 menit perjalanan. Dari Jalan Raya Pacitan-Solo, lalu mengambil arah ke Desa Dersono saat melewati pertigaan Desa Ngadirejan dan ikuti petunjuk arah.
Waktu kunjungan yang sangat cocok adalah saat cuaca cerah sehingga spot-spot alam yang eksotis bisa dinikmati bersama orang terdekat. Biasanya paling ramai wisatawan pada hari Sabtu dan Minggu. Objek wisata Sungai Maron memang surga dunia yang hanya ada di Kabupaten Pacitan. (*)
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |