TIMES JATIM, SURABAYA – Pemanfaatan teknologi dan digitalisasi merupakan hal yang tidak boleh diremehkan pada era saat ini. Literasi digital terus digaungkan oleh berbagai elemen masyarakat, tak terkecuali prihal lingkungan.
Novita Rahayu Purwaningsih, seorang penggiat Ecosociopreneur yang menjadi narasumber menyebut, selain mengubah sampah menjadi barang yang bernilai, branding melalui media sosial juga penting untuk dilakukan.
Hal tersebut ia sampaikan dihadapan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bontang, Kalimantan Timur saat berkunjung ke Kota Surabaya untuk belajar terkait permasalahan lingkungan.
"Branding kampung melalui media sosial sangat penting. Gali potensi yang ada. Dan yang terpenting, foto semenarik mungkin dan di edit," jelasnya yang juga seorang desainer, Minggu (17/11/2024).
Menurut Novita, konsisten posting dan menambahkan tagar merupakan hal yang tidak boleh dilupakan. "Dan satu lagi, produknya harus terus diperbarui," imbuhnya.
Sementara itu, Sabransyah Ketua KSM Gunung Elai Berseri Kota Bontang mengatakan bahwa permasalahan lingkungan dan pengelolaan juga diperlukan literasi digital.
"Karena dengan digitalisasi informasi bisa menjangkau lapisan masyarakat baik nasional maupun internasional," katanya.
Mantan Kepala Bidang Kebersihan dan Persampahan DLH ini juga mengaku bahwa Kota Bontang masih jauh dari kata digitalisasi. Sehingga diperlukan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas.
"Nantinya kami akan mengadopsi apa yang sudah diterapkan di Surabaya, terutama digitalisasi. Kalau hanya melalui sosialisasi itu sangat lambat dan kurang efektif. Karena era sekarang dituntut harus mudah beradaptasi," jelasnya.
Terpisah, Kepala DLH Kota Bontang Heru Triatmojo menyambut baik pelatihan yang dilakukan kader lingkungan Surabaya. Menurutnya, KSM ini ujung tombak pengelolaan sampah dari sumbernya.
"Nantinya para peserta yang merupakan kader dari Kecamatan Bontang Utara ini akan kami dijadikan pilot project dari apa yang telah dipelajari di Surabaya," ujarnya.
Surabaya, menurut Heru, merupakan icon dalam hal kebersihan. Ia berharap, semangat dan inovasi yang telah dikembangkan oleh beberapa kampung pemain urban farming di wilayah perkotaan ini, bisa diterapkan di Kota Bontang.
"Semoga KSM bisa lebih berinovasi dalam pengelolaan sampah," tandasnya. (*)
Pewarta | : Siti Nur Faizah |
Editor | : Deasy Mayasari |