TIMES JATIM, SURABAYA – Badan Eksekutif Mahasiswa Kristiani Seluruh Indonesia (BEM KSI) menyelenggarakan Seminar Nasional bertajuk “Menjadi Mahasiswa Paham Digital dan Siap Hadapi Transformasi AI” di Wisma Kementerian Agama Jakarta.
Kegiatan ini diselenggarakan sebagai respon terhadap perubahan besar yang terjadi dalam lanskap pendidikan, budaya, dan kehidupan sosial akibat revolusi kecerdasan buatan (AI) dan digitalisasi.
Seminar ini bertujuan untuk memberikan pemahaman serta dorongan bagi mahasiswa agar mampu beradaptasi, mengambil peran strategis, dan menjadi agen transformasi yang kritis dan kreatif di tengah perkembangan zaman.
Pembukaan dan Pernyataan Sikap dari BEM KSI
Seminar dibuka secara resmi oleh Koordinator Pusat BEM KSI, Charles Gilbert, yang dalam sambutannya menegaskan pentingnya kesiapan mental, etis, dan intelektual mahasiswa dalam menghadapi era digital dan kecerdasan buatan.
“Kita tidak bisa hanya menjadi penonton dalam arus besar teknologi ini. Mahasiswa harus menjadi subjek aktif dalam perubahan, memanfaatkan kecerdasan buatan untuk tujuan kemanusiaan, keadilan sosial, dan pelestarian budaya. Kita harus menjadi generasi yang tidak hanya paham teknologi, tetapi juga bijak dalam menggunakannya untuk kemaslahatan bersama,” ujar Charles Gilbert, Senin (4/8/2025).
Lebih lanjut, Charles menegaskan bahwa BEM KSI memiliki komitmen untuk mendorong kader-kader mahasiswa Kristiani agar terus aktif dalam isu-isu strategis nasional, termasuk teknologi, budaya, dan keadilan sosial.
Ia juga menekankan bahwa transformasi digital harus diimbangi dengan keberpihakan pada nilai-nilai inklusi, pluralisme, dan etika kemanusiaan.
Paparan Materi oleh Tokoh Mahasiswa Nasional
Seminar ini menghadirkan dua narasumber muda yang merupakan tokoh mahasiswa nasional. Lingga Pangayumi Nasution, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Mahasiswa Sumatera Utara (PB IMSU), menyampaikan materi berjudul “Mahasiswa dan Pemanfaatan Kecerdasan Buatan (AI) dalam Mempromosikan Budaya”.
Ia menekankan pentingnya teknologi sebagai alat pelestarian budaya di tengah arus globalisasi. Dalam paparannya, Lingga menjelaskan berbagai praktik penggunaan AI untuk mendokumentasikan bahasa lokal, seni tradisional, hingga peninggalan sejarah, khususnya di wilayah-wilayah yang selama ini kurang mendapat perhatian.
“Budaya tidak boleh menjadi korban dari modernitas. Justru dengan AI, kita bisa melestarikan warisan leluhur dengan cara yang lebih canggih dan mudah diakses. Mahasiswa harus menjadi jembatan antara teknologi dan identitas budaya lokal,” kata Lingga.
Emon Wirawan Harefa, Pengurus Pusat BEM KSI, tampil sebagai pemateri kedua dengan topik “Peran Mahasiswa sebagai Agen Transformasi Digital di Tengah Revolusi AI”.
Emon mengajak mahasiswa untuk tidak takut terhadap kemajuan teknologi, namun tetap kritis dan berpihak kepada masyarakat akar rumput.
“Transformasi digital tidak boleh hanya menguntungkan segelintir pihak. Mahasiswa harus hadir sebagai penyeimbang, sebagai pelindung nilai-nilai keadilan sosial di tengah disrupsi teknologi. Kita perlu menciptakan ruang digital yang ramah, adil, dan membangun,” ujar Emon.
Komitmen BEM KSI: Teknologi untuk Keadilan dan Budaya
Seminar ini menegaskan bahwa BEM KSI tidak hanya peduli pada isu-isu keagamaan atau sosial saja, tetapi juga aktif dalam menjawab tantangan zaman.
Melalui kegiatan ini, BEM KSI mengajak seluruh mahasiswa Kristiani di Indonesia untuk tidak tertinggal dalam perkembangan teknologi, sekaligus tetap memegang teguh nilai-nilai Kristiani yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan keberagaman.
Sebagai penutup, Charles Gilbert menyampaikan pesan penting bahwa transformasi digital dan perkembangan AI adalah keniscayaan.
"Tapi yang lebih penting adalah bagaimana kita, sebagai mahasiswa, bersikap terhadap perubahan ini. BEM KSI percaya bahwa teknologi harus menjadi alat untuk memperkuat solidaritas, bukan memperlebar jurang. Maka kami mendorong seluruh mahasiswa Kristiani di Indonesia untuk menjadi pelopor etika digital, pelindung budaya, dan agen transformasi sosial yang adil dan inklusif," ucapnya.
Kegiatan ini mendapat respons positif dari para peserta, yang berharap agar seminar serupa dapat terus diselenggarakan secara rutin oleh BEM KSI sebagai bentuk kontribusi nyata mahasiswa dalam merespons dinamika global yang terus berubah.(*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: BEM KSI Gelar Seminar Nasional, Mahasiswa Harus Siap Hadapi Transformasi AI dan Era Digital
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Deasy Mayasari |