TIMES JATIM, PONOROGO – Hampir separuh populasi ternak sapi di Kecamatan Pudak Ponorogo turun akibat terserang wabah penyakit mulut dan kuku (PMK). Dan ini membuktikan bahwa penyakit akibat virus tersebut sangat cepat dimana dalam interval waktu tidak kurang dari sepuluh hari ratusan ekor sapi terserang.
Erwan Santoso Kepala Desa Krisik Kecamatan Pudak Ponorogo menyatakan awal serangan hanya 11 ekor saja, "Tapi kini ada 500 ekor sapi yang terpapar dari populasi sekitar 1200 ekor. Dari jumlah sapi yang kena PMK sudah 25 ekor sapi yang mati," kata Erwan Santoso kepada TIMES Indonesia Rabu (15/6/2022).
Menurutnya berbagai upaya telah dilakukan termasuk lockdown wilayah hingga pemberian obat-obatan. "Yang jadi kendala pemberian obat-obatan terlambat dari pemerintah karena tidak ada stok. Dan para peternak akhirnya urunan untuk membeli obat-obatan," ulas Erwan Santoso.
Ia pun menjelaskan bahwa saat ini kalangan peternak sudah mengeluarkan biaya cukup banyak untuk penanganan sapi yang terserang PMK. "Di wilayah kami tenaga kesehatan hewan sangat terbatas dan tidak sebanding dengan jumlah ternak yang terserang PMK, karena setiap hari selalu ada kasus baru," jelas Kepala Desa Krisik Kecamatan Pudak Ponorogo Erwan Santoso.
Sementara petugas kesehatan hewan dari Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Ponorogo mengaku kewalahan dalam menangani ribuan ekor sapi di Ponorogo yang terjangkit PMK.
"Bagaimana tidak jika dalam sehari ada penambahan puluhan ekor sapi yang terjangkit virus untuk satu wilayah saja," ungkap Didik Rohyudin, paramedik veteriner Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Ponorogo.
Menurutnya setiap hari ada 30 sampai 40 ekor sapi yang sakit, "Sehingga kami harus allround dari pagi hingga petang hari, itupun belum selesai," papar Didik Rohyudin.
Ia juga menambahkan, perkiraan sapi yang terjangkit PMK akan sembuh 14-20 hari asal diobati dan sapi mau makan. (*)
Pewarta | : M. Marhaban |
Editor | : Irfan Anshori |