TIMES JATIM, PROBOLINGGO – Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Probolinggo, Jatim, pada Rabu (5/2/2025) malam mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah dan menyisakan kerusakan parah. Salah satu dampak terbesarnya adalah ambruknya jembatan di Desa Seboro, Kecamatan Krejengan, yang menyebabkan 215 jiwa di Dusun Gilih terisolir tanpa akses keluar.
Banjir kali ini melanda tujuh kecamatan, yakni Maron, Gading, Krejengan, Pajarakan, Kraksaan, Krucil, dan Pakuniran. Selain merendam ratusan rumah, bencana ini juga mengakibatkan kerusakan infrastruktur, termasuk tiga jembatan utama yang menjadi penghubung antarwilayah.
Jembatan yang terdampak adalah Jembatan Desa Brabe, Jembatan Sumbersuko di Kecamatan Maron, dan Jembatan Seboro di Kecamatan Krejengan.
Jembatan di Desa Seboro yang memiliki panjang sekitar 50 meter itu putus akibat derasnya arus sungai yang meluap. Padahal, jembatan ini merupakan satu-satunya jalur utama bagi warga Dusun Gilih untuk beraktivitas ke luar desa.
Dengan terputusnya akses ini, warga kini kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk mendapatkan bahan makanan, layanan kesehatan, dan akses pendidikan bagi anak-anak mereka.
Kepala Desa Seboro, Mostain, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi warganya yang kini terisolasi akibat putusnya jembatan.
“Jembatan ini satu-satunya akses utama warga Dusun Gilih untuk keluar desa. Sekarang mereka benar-benar terisolir, dan ini sangat menghambat aktivitas mereka sehari-hari,” ujarnya.
Selain itu, putusnya jembatan juga berdampak pada perekonomian warga. Banyak dari mereka yang bergantung pada sektor pertanian dan perdagangan kecil-kecilan, sehingga akses yang terputus membuat mereka kesulitan untuk membeli kebutuhan pokok di luar desa.
Rumah Warga Rusak, Lahan Pertanian Terendam
Tak hanya infrastruktur yang terdampak, banjir juga merusak banyak rumah warga di berbagai kecamatan. Beberapa rumah bahkan mengalami kerusakan parah hingga ambruk. Warga yang terdampak kini harus menerima banyak kerugian.
Selain itu, lahan pertanian yang menjadi sumber penghidupan sebagian besar masyarakat juga mengalami kerusakan serius. Sawah dan kebun yang baru ditanami terendam banjir, menyebabkan petani mengalami kerugian besar.
Sementara itu, pihak BPBD juga melakukan pendataan terhadap jumlah rumah yang rusak serta lahan pertanian yang terdampak. Perbaikan jembatan dan infrastruktur lainnya akan segera dibahas untuk mengembalikan kondisi desa seperti semula.
“Kami masih menunggu laporan lengkap dari petugas di lapangan. Saat ini, fokus utama kami adalah memastikan warga terdampak mendapatkan bantuan yang dibutuhkan, serta mencari solusi terbaik untuk membuka kembali akses ke Dusun Gilih,” pungkas Oemar Sjarief, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Probolinggo. (*)
Pewarta | : Abdul Jalil |
Editor | : Muhammad Iqbal |