https://jatim.times.co.id/
Berita

Diversifikasi Sumber Protein Hewani untuk Atasi Stunting, Antarkan Generasi Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045

Kamis, 19 September 2024 - 23:00
Diversifikasi Sumber Protein Hewani untuk Atasi Stunting, Antarkan Generasi Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045 Ilustrasi ikan sebagai salah satu sumber protein hewani. (Foto: freepik)

TIMES JATIM, MALANGStunting masih menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia. Dari hasil Laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Kementerian Kesehatan RI, angka nasional prevalensi stunting tahun 2023 masih sebesar 21,5 persen.

Tingginya angka stunting ini ternyata berbanding lurus dengan rendahnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti ikan dan daging. Data dari Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI, Angka Konsumsi Ikan nasional pada 2023 hanya sebesar 56,48 kilogram per kapita. Jauh lebih rendah dari Singapura yang mencapai 90 kilogram dan Malaysia 80 kilogram per kapita pada periode yang sama.

Pun pada konsumsi daging, merujuk data Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) and the Food and Agriculture Organization (FAO) konsumsi daging sapi nasional 2023 sebesar 2,25 kilogram per kapita, sedangkan konsumsi daging ayam sebesar 8,37 kilogram per kapita. Padahal, angka konsumsi daging sapi di Malaysia mencapai 5,72 kg per kapita dan daging ayam sebesar 50,48 kg per kapita.

Fakta ini tentu menjadi hal yang miris, mengingat Indonesia adalah salah satu negara penghasil ikan terbesar dunia. Tugas untuk menekan angka stunting dan meningkatkan angka konsumsi ikan dan daging sudah seyogyanya menjadi tanggungjawab bersama.

Dalam menekan stunting, konsumsi protein hewani seperti ikan menjadi hal yang sangat krusial. Pakar Teknologi Hasil Perikanan Universitas Brawijaya (UB) Prof. Ir. Sukoso, M.Sc., Ph.D mengatakan, untuk meningkatkan minat masyarakat dalam mengonsumsi ikan, hal ini bisa dirangsang dengan diversifikasi produk perikanan.

"Diversifikasi produk perikanan memiliki peran penting untuk mencegah stunting pada anak-anak," ucapnya.

Dia mendefinisikan stunting tidak hanya sebagai gagal tumbuh untuk mencapai tinggi badan ideal sesuai dengan usia, namun ada dampak lain yang lebih mendalam. Karena stunting berkaitan dengan resiko rendahnya konsentrasi anak dalam belajar dan potensi penyakit kronis di usia tumbuh kembang serta usia produktif.

Dalam penelitiannya yang berjudul Kajian Penyelesaian Masalah Stunting Melalui Upaya Diversifikasi Olahan Produk Hasil Perikanan Dengan Pengkayaan Sumber Nutrisi, Prof Sukoso bersama tim meneliti tentang berbagai olahan hasil perikanan yang yang bisa menarik minat masyarakat untuk mengonsumsi protein hewani. Seperti pembuatan bakso ikan, nugget, dan lainya.

Produk olahan yang dihasilkan dari program ini berhasil menarik minat masyarakat umum, khususnya pelaku UMKM, generasi milenial, dan gen-Z.

Senada dengan hal itu, akademisi Universitas Mataram, M Junaidi bersama tim juga sempat meneliti tentang peran penting diversifikasi produk olahan ikan kekinian untuk pencegahan stunting pada tahun 2024 di Kabupaten Lombok Tengah. Dalam penelitian ilmiahnya, dia menyebut bahwa usaha pengolahan hasil perikanan melalui diversifikasi produk, selain dapat meningkatkan manfaat dan nilai tambah, juga dapat meningkatkan konsumsi ikan yang dapat mendukung penurunan stunting.

Diterangkan bahwa ikan merupakan bahan pangan yang memiliki kandungan zat gizi serta bermutu tinggi, dimana kandungan asam lemak pada ikan memiliki rantai panjang: omega-3 (DHA) yang bermanfaat bagi tubuh, dan tidak dimiliki oleh bahan pangan lainnya.

Jumlah asam amino pada ikan mempunyai komposisi sangat lengkap serta protein pada ikan lebih tinggi dibandingkan dengan daging ayam, sapi dan lainnya. Asam lemak esensial diperlukan untuk pertumbuhan serta fungsi normal seluruh jaringan, termasuk untuk perkembangan sel otak yang optimal. Ikan juga kaya akan vitamin dan mineral.

"Jika dalam menu sehari-hari kita menghidangkan ikan, maka kita memberikan sumbangan gizi yang tinggi pada jaringan tubuh kita," katanya.

Diversifikasi olahan ikan merupakan motivasi baru untuk memperkenalkan kepada masyarakat bahwa ikan yang biasanya dikonsumsi dalam bentuk digoreng, dibakar, atau dimasak dalam keadaan utuh dapat dibuat makanan yang lebih menarik dan tetap bergizi yang dapat dikonsumsi mulai dari anak-anak, dewasa, sampai usia lanjut.

"Beberapa produk diversifikasi hasil perikanan antara lain nugget ikan dan sempol ikan termasuk produk olahan kekinian yang memiliki bentuk yang disukai kalangan anak-anak dan ibu-ibu hamil," jelasnya.

Di Indonesia, sebenarnya masyarakat telah banyak difasilitasi oleh berbagai produk olahan sumber protein hewani yang telah terjamin kualitasnya. Salah satunya oleh PT Japfa Comfeed Indonesia. Ada berbagai diversifikasi produk sumber protein hewani yang telah mereka buat untuk masyarakat dunia. Baik yang berasal dari daging sapi, ayam, ikan, dan udang.

Keberadaan produk ini tentu menjadi keuntungan bagi masyarakat, khususnya bagi mereka yang tidak sempat atau tidak mampu membuat olahan protein hewani sendiri. PT Japfa Comfeed berhasil membuktikan kepada publik bahwa produk mereka mempunyai kualitas yang tinggi. Hal ini karena sistem pengolahan yang mereka terapkan telah terintegrasi dari hulu ke hilir.

Keberadaan produk sumber protein hewani yang berkualitas ini tentu harus didukung agar terus eksis sehingga bisa terus melayani masyarakat. Produk yang berkualitas akan membawa dampak positif bagi pemenuhan gizi masyarakat, yang pada akhirnya bisa menekan angka stunting di Indonesia, dan mengantarkan generasi bangsa menuju Indonesia Emas 2045. (*)

Pewarta : Achmad Fikyansyah
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.