https://jatim.times.co.id/
Berita

Watan, Tradisi Kaum Arab Lokal Probolinggo di Hari Fitri

Senin, 31 Maret 2025 - 22:40
Watan, Tradisi Kaum Arab Lokal Probolinggo di Hari Fitri Para tokoh Habaib saat berkunjung ke salah satu rumah jemaah Watan. (Foto: Fafa Harowy/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, PROBOLINGGO – Warga keturunan Arab di Indonesia punya tradisi yang terus dijalani saat Idul Fitri. Tak terkecuali di Kabupaten Probolinggo, Jatim. Mereka menyebutnya dengan tradisi Watan.

Seperti apa tradisi ini dan bagaimana keseruan para jemaahhya di Probolinggo? 

Tradisi Watan menghadirkan suasana penuh kehangatan dan kebersamaan. Seperti yang berlangsung pada Idul Fitri kali ini, di Kampung Arab, Desa Patokan, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo.

Tradisi ini dimulai sejak pagi setelah pelaksanaan salat Idul Fitri. Pukul 08.00 WIB, habaib dan tokoh masyarakat berkumpul di kediaman Habib Hasyim bin Husein Alhabsyi, pengasuh Ponpes Tarbiyatul Akhlaq.

Bergeser ke kediaman Habib Husein Ba'aly dan Habib Anis bin Hamid Alhabsyi, Pengasuh Ponpes Nurul Qur'an. Para jamaah bergiliran, berkunjung dari rumah ke rumah kerabat dan sahabat.

Tak hanya jamaah dari Kraksaan, Habib Syauqi bin Alwi Alhabsyi, pengasuh Ponpes Alkhairot dari Kebonagung, hingga puncak kegiatan, berakhir di kediaman Habib Ahmad bin Abdurrahman Ba’aly, pengasuh Ponpes Anwarus Sholihin, Desa Alastengah, Kecamatan Besuk.

Tak butuh waktu lama, di setiap rumah yang dikunjungi suasana religius begitu terasa. Berbagai qasidah munajah dilantunkan serentak di dalamnya.

Habaib.jpg

Sebelum keluar beralih ke rumah selanjutnya, pembacaan do'a oleh Habib Hasyim Alhabsyi, tak lupa lantunan qasidah kembali disenandungkan oleh Habib Abdullah Ba'aly.

Dengan pengeras suara, diikuti para jamaah, "Allah Allahu.. Rabbi faj'alna minal akhyaar!," seru mereka ciptakan suasana kompak nan meriah.

Menariknya, setiap rumah yang menerima kunjungan memiliki ciri tersendiri dalam menjamu tamunya. Mulai dari hidangan khas seperti roti maryam, kabsah, bubur harisah, hingga suguhan kejutan berupa pembagian angpao untuk anak-anak.

Tak mau ketinggalan, para jamaah dewasa pun ikut meramaikan momen tersebut dengan berebut angpao yang dibagikan.

“Di rumah Habib Ali bin Hamid Alhabsyi ini tiap tahun pasti ada bagi-bagi angpao, dan jumlahnya tidak sedikit,” ujar Rusdy Alkaf sambil menunjukkan amplop berisi uang Rp 50 ribu.

Tidak hanya itu, salah satu tuan rumah yang memiliki usaha, membagikan ratusan produknya berupa Dupa Ibn Ahmad sebagai bentuk kebahagiaan.

Ada pula kejadian unik ketika seorang habib 'menjarah' toko milik tuan rumah, yang justru menjadi momen penuh canda tawa dan kebahagiaan bagi semua yang hadir.

Habib Hasyim bin Husein Alhabsyi menjelaskan, tradisi ini telah ada sejak ia kecil, diwariskan dari generasi ke generasi.

"Tradisi ini tidak lain hanya untuk memperkuat tali persaudaraan, menambah keberkahan hidup. Biasanya memang hanya diikuti kaum laki-laki, untuk kaum perempuan beda sendiri," jelas Habib Hasyim.

Sementara itu, Habib Anis bin Hamid Alhabsyi, menjelaskan bahwa istilah “Watan” berasal dari bahasa Arab “Iwad”, yang berarti kembali, selaras dengan makna Idul Fitri.

Habib Anis mengatakan, Watan ada dua macam, berkumpul dalam satu tempat, biasanya diisi dengan acara haul seorang tokoh, seperti yang dilakukan di kota lain. Atau berkunjung dari rumah ke rumah seperti yang dilakukan dalam momen ini.

"Adapun qasidah atau do'a-do'a yang dibaca di kegiatan ini, sesuai permintaan tuan rumah, bisa berupa tahlil singkat, atau qasidah-qasidah, tak ada tuntutan khusus," imbuh Habib Anis.

Habib Syauqi Alhabsyi menambahkan, bahwa menjamu tamu adalah sebuah ladang keberkahan.

"Terkadang, ada orang yang enggan menjamu tamunya karena menganggapnya sebagai beban atau khawatir akan menambah pengeluaran. Padahal, sejatinya tidaklah demikian," ujar Habib Syauqi.

Menurutnya, setiap tamu yang datang telah membawa rezekinya sendiri dan tidak akan sedikit pun mengurangi rezeki tuan rumah. Justru, ketika tuan rumah mengeluarkan biaya untuk menjamu tamunya, itu adalah rezeki si tamu yang telah dititipkan melalui tangannya.

"Jika seorang tamu dijamu dengan hidangan yang mewah, maka itulah rezeki yang dibawanya. Sebaliknya, jika ia dijamu dengan hidangan sederhana, maka itulah rezekinya yang telah ditetapkan," lanjutnya.

Beliau juga mengutip sebuah hadits Nabi Muhammad SAW,

إِذَا دَخَلَ الضَّيْفُ عَلَى الْقَوْمِ دَخَلَ بِرِزْقِهِ وَإِذَا خَرَجَ خَرَجَ بِمَغْفِرَتِهِمْ

"Saat tamu datang, maka ia datang dengan disertai rizkinya sendiri. Dan ketika ia keluar dari rumah itu, maka hilanglah dosa-dosa tuan rumah," jelas Habib Syauqi.

Maka, menerima dan menjamu tamu bukanlah suatu beban, melainkan bentuk keberkahan dan ladang kebaikan bagi tuan rumah.

Sekitar pukul 14.10 WIB kegiatan berakhir. Dengan semangat kebersamaan dan keberkahan yang terpancar dari setiap kunjungan, tradisi Watan terus hidup sebagai perwujudan dari nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para pendahulu.

Silaturahmi bukan sekadar ritual tahunan, tetapi menjadi bagian dari identitas dan budaya komunitas Arab lokal di Indonesia.(*)

Pewarta : Abdul Jalil
Editor : Muhammad Iqbal
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.