TIMES JATIM, BANYUWANGI – Sebutan si raksasa manis memang harus disematkan pada varietas tebu cening hasil budidaya PT Tirta Harapan, Perkebunan Bayu Kidul, Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, Banyuwangi, yang juga telah siap panen.

Meskipun baru empat tahun terakhir dikembangkan di kebun seluas 400 hektar ini, tebu varietas cening cocok dan telah teruji bisa bertumbuh setinggi lebih dari 4 Meter, mulai dari masa tanam hingga berusia satu tahun atau masa panen di wilayah Perkebunan Bayu Kidul.

“Dan perkiraan panen tebu cening yang merupakan tanam awal ini yakni tanggal 22 Mei. Di bulan Juli tanaman tebu jenis Cening ini sudah bersih,” kata pemilik PT Tirta Harapan, Perkebunan Bayu Kidul, Sunarsis melalui Staf bagian kebun, Sugeng pada Sabtu (3/5/2025).

Wilayah Songgon sendiri Sugeng menerangkan, dengan curah hujan yang mendukung, perawatan yang terukur, dan ketinggian yang pas yakni 550-750 meter diatas permukaan laut (Mdpl), terbukti menjadi "rumah" ideal bagi tebu varietas Cening. Sehingga tumbuh sedikit lebih tinggi dari rata-rata tebu pada umumnya.

Untuk itu, tahun 2025 diharapkan dari panen tebu cening ini bisa menghasilkan 1500 Kuintal per hektar atau setara kurang lebih 12 truck. Termasuk bisa menghasilkan kadar gula atau bisa disebut brix minimal 17 sampai 18, karena hal tersebut juga menjadi salah satu syarat tebu bisa dipanen.

Pengecekan ditengah kebun tebu dengan kendaraan jeep. (Foto : Anggara Cahya/TIMES Indonesia)

“Tebu varietas cening sendiri memang cocok ditanam tahap awal, untuk tahap tengah hingga akhir biasanya tebu varietas BL,” terang Sugeng.

Perawatan intensif menjadi kunci keberhasilan pertumbuhan tebu cening. Prosesnya dimulai dari pemuliaan tanah melalui pembersihan dan pembajakan lahan, kemudian pembuatan kairan atau larikan dengan jarak yang telah ditetapkan. Dilanjutkan dengan pemberian pupuk dasar NPK sebanyak 300 kilogram per hektar nya dan mulailah proses penanaman. 

Tak luput seminggu setelah proses penanaman, herbisida pra tumbuh atau pre-emergence herbicide bisa dapat diaplikasikan untuk mencegah gulma tumbuh dan tak mengganggu perkembangan tebu. Sedangkan untuk kebutuhan air, Perkebunan yang mulai membudidayakan tebu sejak tahun 1996 itu masih mengandalkan hujan. 

Setelah tebu cening berumur tiga bulan, Sugeng menjelaskan, dilakukan pemupukan kedua menggunakan pupuk ZA sekitar 700 kilogram per hektar dan tak lupa pemberian herbisida kembali di bumbunan.

Di umur empat bulan tebu telah memiliki setidaknya 5 sampai 8 ruas batang. Dimasa ini tebu mulai dilakukan pekerjaan ‘rewos’ atau pembersihan daun kering bawah dan membuang anakan tebu yang tidak produktif atau tidak bisa besar.

“Untuk klentek ada tiga tahap biasanya saat tebu umur 6, 9, dan 11 bulan, barulah tebu bisa ditebang untuk panen,” jelas Sugeng.

Dengan tingginya tebu cening itu, rahasia agar tebu bisa kuat, kokoh dan tidak roboh terletak pada bumbunan tebu. Yakni dengan meninggikan bumbunan tebu akan lebih kuat dan mengikat tanah lebih banyak.

Meski perawatan dan iklim termasuk geografis yang sudah ideal bagi tebu cening untuk bertumbuh baik. Permasalahannya muncul pada hama yang kerap menyerang tebu di pagi hari, yang tak lain adalah kera.

“Biasanya kera gerombolan muncul dan menyerang menggerogoti tebu pada pagi hari, dan cara paling ampuh untuk mengusirnya adalah menggunakan anjing penjaga yang sudah terlatih,” tutur Sugeng.

Dengan pengalaman berkebun tebu selama 29 tahun itu, PT Tirta Harapan Kebun Bayu Kidul semakin memantapkan diri sebagai salah satu produsen tebu berkualitas di Banyuwangi, dengan tebu Cening sebagai primadona baru yang siap memberikan hasil panen manis bagi Bumi Blambangan. (*)