TIMES JATIM, PROBOLINGGO – Pegiat sejarah di Kota Probolinggo, Jawa Timur, berharap pemerintah pusat tetapkan dr. Mochammad Saleh sebagai salah satu pahlawan nasional. Jasa dr. Mochammad Saleh di dunia kesehatan, sekaligus salah satu pendiri organisasi Boedi Oetomo, menjadi salah satu pertimbangannya.
Harapan itu berdasar data literasi dan jejak sejarah yang ada. Jejak sejarah, ada di museum dr. Saleh, Kelurahan Tisnonegaran, Kanigaran, Kota Probolinggo. Museum itu, dulunya adalah rumah dinas pemerintah kolonial. Serta kediaman dr. Mochammad Saleh beserta 11 anaknya.
Generasi terakhir yang mendiami rumah itu adalah Abu Bakar Saleh, anak ke 10 mendiang dr. Mochammad Saleh dan Emma Naimah.
“Salah satu semangat itu kami tunjukkan dengan ziarah ke makam dr. Mochammad Saleh di Astono Mulyo ini. Agar generasi muda itu tahu, jika beliau wafat dan dikebumikan di Probolinggo. Bukan di luar kota,” kata salah satu pegiat sejarah Boemi Banger, Zulfikar Imawan, Jumat (21/5/2021).
Ironis memang. Ketika zaman sudah sedemikian maju. Tapi banyak warga Probolinggo sendiri yang tidak mengetahui siapa sebenarnya dr. Mochammad Saleh itu. Bahkan keberadaan makamnya di Astono Mulyo, Wiroborang pun, sedikit yang tahu.
Untuk itulah, pegiat sejarah di Probolinggo berupaya untuk mengusulkan dr. Mochammad Saleh untuk menjadi salah satu pahlawan nasional. Langkah awal yang ditempuh adalah membangun komunikasi dengan pihak keluarga keturunan dr. Saleh. Serta mengumpulkan catatan sejarah. Serta data pendukung lainnya.
Mengapa upaya itu dilakukan, karena dr. Mochammad Saleh merupakan salah satu pendiri organisasi perjuangan, Boedi Oetomo. Dr. Mochammad Saleh pertama di Probolinggo pada tahun 1930-an. Beliau lulusan STOVIA, perkembangan dari sekolah dokter Jawa.
Awal dinas, beliau di Jakarta. Lalu ke Boyolali, Sulawesi Tengah, Bondowoso, Pasuruan dan terakhir di Probolinggo sampai meninggal. Beliau lahir di Simo Jawa Tengah, 15 Maret 1888. Anak termuda dari 5 bersaudara. Wafatnya di Probolinggo, 2 Maret 1952. Sementara istrinya bernama Emma Naimah (Nyak Em), lahir di Jakarta 1883. Wafatnya di Probolinggo, 26 Juli 1949.
Hingga akhir hayatnya, dr. Saleh menempati rumah di jalan Laoet 1 (sekarang jalan dr. Mochammad Saleh). Usai meninggal, rumah itu ditempati anak nomor 10 dr. Saleh. Yakni Abu Bakar Saleh, yang meninggal di Probolinggo pada 12 Pebruari 2008.
“Jadi rumah itu kosong sejak tahun 2008-2012. Baru 2013, menjadi museum. Cucunya tidak ada yang di Probolinggo, semua ada di Jakarta atau di kota-kota besar,” jelas lelaki yang akrab disapa Iwan ini.
Sebelum rumah tersebut ditempati oleh Dr. Mohammad Saleh, rumah tersebut milik Pemerintah Hindia Belanda. Jadi, rumah dinas pegawai Hindia Belanda yang ada di Probolinggo. Peninggalannya, ada berupa buku-buku tatanegara, pemerintahan dan lain-lain.
Ziarah ke makam dr. Mochammad Saleh yang dilakukan pun, untuk mengingatkan kembali pada khalayak. Bahwa salah satu pendiri Boedi Oetomo ada di Kota Probolinggo. Serta sebagai salah satu upaya untuk menyusun langkah. Mengusulkan dr. Mochammad Saleh sebagai salah satu pahlawan nasional. (*)
Pewarta | : Ryan |
Editor | : Faizal R Arief |