TIMES JATIM, MALANG – Suara tawa dan percakapan ibu-ibu terdengar riuh di Balai Desa Lebakharjo, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang. Di sana, puluhan anggota PKK tengah serius persiapan mengikuti pelatihan membatik cap, bagian dari rangkaian kegiatan non-fisik TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-126 Kodim 0818 Malang–Batu, Jumat (17/10/2025).
Tidak hanya sekadar menggoreskan malam di atas kain, pelatihan ini membawa pesan penting: bahwa pembangunan tidak selalu soal jalan dan jembatan, melainkan juga tentang membangun manusia dan keterampilannya.
Pelatihan membatik cap ini diinisiasi oleh Satgas TMMD 126 sebagai bagian dari program pemberdayaan ekonomi perempuan desa. Tujuannya sederhana tapi berdampak besar: menciptakan keterampilan baru yang bisa jadi sumber pendapatan keluarga sekaligus menjaga jati diri bangsa lewat batik.
Kapten Arh Akhmad Zainuri, Danramil 0818/17 Ampelgading, menyebut pelatihan ini adalah bentuk komitmen TNI untuk menghadirkan manfaat nyata bagi masyarakat, tidak hanya lewat pembangunan fisik.
“TMMD tidak hanya membangun jalan dan jembatan, tetapi juga membangun sumber daya manusia agar masyarakat lebih mandiri dan produktif,” ujarnya.
Sebanyak 30 peserta dari 11 KWT se-Desa Lebakharjo terlihat antusias mengikuti setiap tahap pelatihan — dari mengenal pola batik, teknik pewarnaan, hingga proses pengeringan. Di sela aktivitas, terdengar tawa dan percakapan ringan, menandakan betapa kegiatan ini membawa suasana baru bagi ibu-ibu yang biasanya akrab dengan sawah dan dapur.
Perempuan Desa, Penjaga Warisan Bangsa
Salah satu peserta, Ibu Sumarti, menatap hasil batiknya dengan mata berbinar. Cap bunga yang ia tekan masih sedikit miring, tapi baginya itu karya yang membanggakan.
“Selama ini cuma tahu batik dari baju. Sekarang bisa buat sendiri, rasanya senang sekali,” ujarnya.
Bagi mereka, pelatihan ini bukan hanya sekadar belajar seni, melainkan kesempatan untuk berdaya. Batik cap yang dihasilkan nantinya akan dijual melalui platform digital dengan dukungan DPRD Kabupaten Malang.
DPRD Malang Dukung Pemasaran Digital
Dukungan penuh datang dari anggota DPRD Kabupaten Malang, Zulham Akhmad Mubarok, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut. Ia menyebut pelatihan ini sebagai “sinergi ideal antara TMMD dan potensi lokal.”
“Ini terobosan penting. Batik tidak hanya dilihat dari sisi budaya, tapi juga dari nilai ekonominya. DPRD siap membantu dalam hal pemasaran digital agar hasil karya ibu-ibu KWT Lebakharjo bisa menembus pasar yang lebih luas,” katanya.
Menurut Zulham, pemasaran online adalah kunci agar produk-produk lokal desa tidak hanya dikenal di Malang, tapi juga bisa masuk ke pasar nasional, bahkan internasional. “Dari desa, untuk dunia,” ujarnya penuh semangat.
Sinergi Kodim 0818 dan Masyarakat Desa
Kegiatan nonfisik TMMD ke-126 ini seolah menegaskan bahwa TNI bukan hanya hadir di medan pembangunan, tapi juga di medan pengabdian sosial dan kebudayaan. Kodim 0818/Malang–Batu tidak sekadar membangun sarana fisik seperti jalan desa dan jembatan penghubung, tapi juga menyiapkan pondasi ekonomi kreatif masyarakat.
Kapten Arh Zainuri menegaskan, pelatihan ini adalah investasi jangka panjang.
“Kita ingin agar ibu-ibu PKK dan KWT tidak berhenti di pelatihan saja. Setelah ini, kita dorong mereka membentuk kelompok batik desa agar bisa berproduksi secara berkelanjutan,” jelasnya.
Ia menambahkan, hasil pelatihan akan dikurasi untuk mengikuti pameran lokal dan menjadi bagian dari kegiatan TMMD Expo mendatang.
Menganyam Kemandirian di Tengah Tradisi
TMMD ke-126 membawa warna baru bagi Desa Lebakharjo. Dari desa yang sebelumnya hanya dikenal lewat potensi pertaniannya, kini muncul potensi baru — batik cap karya tangan perempuan desa.
Pelatihan yang digelar sederhana ini membuka ruang besar bagi perempuan desa untuk ikut berkontribusi dalam pembangunan. Batik menjadi medium yang menghubungkan tradisi dan masa depan. Dari selembar kain, lahirlah harapan baru: ekonomi yang tumbuh dari tangan-tangan kreatif desa.
Zulham menutup acara dengan pesan singkat namun bermakna.
“Jangan remehkan karya kecil dari desa. Dari sinilah ekonomi bangsa bisa tumbuh dengan karakter dan budaya yang kuat.”
Sementara itu, dari balik deretan kain batik yang tergantung di dinding Balai Desa, tampak senyum ibu-ibu yang baru saja menemukan arti baru dari kata mandiri. Mereka mungkin belum tahu apa yang akan terjadi setelah pelatihan ini berakhir, tapi satu hal pasti: semangat mereka telah menjadi bagian dari pembangunan negeri.(*)
Pewarta | : Imadudin Muhammad |
Editor | : Imadudin Muhammad |