TIMES JATIM, PACITAN – Alam seperti sedang mengajak wilayah Kabupaten Pacitan bercanda, tapi bercanda yang tidak lucu.
Sejak Januari hingga awal Maret 2025, bencana datang bertubi-tubi, menggasak rumah, jalan, talud, bahkan nyawa.
Jumlahnya? 88 kejadian. Orang-orang mungkin mengira ini angka keberuntungan, tapi bagi warga Pacitan, ini angka yang bikin kepala pening.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Pacitan, Radite Suryo Anggoro, seperti biasa, harus menyampaikan kabar buruk dengan wajah serius. Barangkali angkanya terlalu besar, atau mungkin masih dihitung pakai sempoa.
“Secara teknis kami sudah merekap peristiwa bencana yang masuk beserta dampaknya. Total kerugian finansialnya belum bisa kami sampaikan,” ujarnya, Kamis (6/3/2025).
Bencana di Pacitan ini ibarat menu prasmanan, ada tanah longsor (62 kejadian), pohon tumbang (8 kejadian), kebakaran (3 kejadian), banjir, tanah ambles, erosi, sampai angin kencang. Semua lengkap, tinggal pilih mau yang mana.
Rumah-rumah pun ikut kena getahnya. Sebanyak 59 rumah rusak total, sisanya ada yang rusak berat, sedang, ringan dan sangat ringan. Tapi bagi pemiliknya, kerusakan tetap saja kerusakan. Kalau atap bocor, ya tetap basah, meskipun cuma setetes.
Tak hanya rumah, fasilitas umum juga babak belur. Jalanan rusak di 26 titik, talud ambrol di 7 titik, irigasi terganggu di 1 titik. Yang paling menyedihkan, dua nyawa melayang, empat orang harus mengungsi, dan beberapa lainnya luka-luka.
Musim Hujan Siap Pergi, Pancaroba Mengintip
Radite memberi sedikit kabar baik. “Maret ini masih musim hujan, tapi mulai landai dan debitnya menurun. April nanti pancaroba atau peralihan,” katanya.
Pancaroba ini biasanya bawa oleh-oleh: angin ribut, hujan tiba-tiba, dan perubahan cuaca yang bikin badan linu-linu.
Orang-orang tua mungkin mulai mengeluarkan minyak gosok, sementara BPBD sibuk menghitung potensi bencana berikutnya.
Yang jelas, masyarakat diminta tetap waspada. Sebab, bencana ini seperti tamu tak diundang yang suka datang tiba-tiba. Tidak ada ketukan pintu, tahu-tahu tanah longsor sudah menutup jalan.
Pacitan, kota kecil yang akrab dengan bencana, mungkin sudah terbiasa. Tapi terbiasa bukan berarti pasrah. Pemerintah daerah terus berupaya, BPBD berjaga dan warga tetap berjuang.
Yang belum terbiasa, barangkali, adalah menghitung total kerugian akibat bencana di Kabupaten Pacitan. Sebab, seperti yang sudah disampaikan, jumlahnya masih misterius, entah karena besar sekali atau memang belum ada kalkulator yang cukup canggih untuk menghitungnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Pacitan Dihajar 88 Bencana, Masih Dihitung Berapa Kerugiannya
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Ronny Wicaksono |