TIMES JATIM, BATU – Rasa letih menempuh perjalanan ribuan kilometer dari Kota Batu menuju Pidie, Aceh, seakan lenyap begitu saja ketika empat anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kota Batu akhirnya menapakkan kaki di kamp pengungsian. Di hadapan mereka, puluhan anak korban bencana alam duduk berkerumun—sebagian masih memeluk satu sama lain, sebagian lain menatap kosong, mencoba memahami kehilangan yang terlalu besar untuk usia mereka.

Namun adegan itu berubah pelan-pelan ketika Darto, Basuki, Sunaryo, dan Yogi Tristyawan mulai mendekat. Empat pemuda ini menyingkirkan rasa penat mereka, lalu menyalakan kembali tawa anak-anak lewat permainan kecil, aktivitas outbound sederhana, hingga membagikan door prize dan makanan ringan.

“Rata-rata kondisinya memang down. Banyak yang trauma karena kehilangan rumah, bahkan ada yang kehilangan anggota keluarga,” tutur Darto, relawan asal Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji. “Kami mencoba menghibur mereka, memberi ruang aman supaya mereka bisa tersenyum lagi.”

4000 Bungkus Makanan, Dua Kali Sehari

Tak berhenti pada pendampingan psikososial, tim Tagana Kota Batu juga ditugasi memperkuat dapur umum Tagana di Kantor Bupati Pidie Jaya. Setiap hari, mereka harus memastikan 4000 bungkus makanan tersaji untuk satu kali makan—dan tugas itu dilakukan dua kali dalam sehari.

“Delapan ribu bungkus harus siap hari ini,” kata Darto sembari tersenyum lelah. Angka itu bukan hanya menunjukkan besarnya kebutuhan di lokasi bencana, tetapi juga betapa seriusnya kerja kemanusiaan yang mereka jalankan.

Selain dapur umum, mereka turut membantu proses droping logistik BPBD Aceh ke sejumlah titik yang masih sulit dijangkau.

Tugas 20 Hari di Tanah Bencana

Penugasan ini datang langsung dari Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, sebagai bentuk dukungan bagi penanganan bencana hidrometeorologi yang melanda Aceh. Empat anggota Tagana Kota Batu tersebut ditetapkan bertugas selama 20 hari, mulai 10 hingga 31 Desember 2025.

Mereka diterbangkan dari Kota Batu pada 8 Desember 2025, dilepas secara resmi oleh Kepala Dinas Sosial Kota Batu, Lilik Fariha, untuk bergabung dengan rombongan besar Tagana Jatim di Dinsos Provinsi.

“Kami berangkat bersama 18 anggota Tagana kabupaten/kota lain dan 5 anggota Pordam Jatim. Totalnya 27 orang,” jelas Darto.

Gelombang ini merupakan pengiriman kedua. Sebelumnya, Dinsos Jatim telah mengirim enam personil ke Aceh Tamiang.

Malam Panjang Menuju Pidie Jaya

Setibanya di Bandara Sultan Iskandar Muda Aceh pukul 18.24 WIB, rombongan langsung bergerak menuju Kantor Bupati Pidie Jaya. Perjalanan yang harusnya berlangsung singkat berubah menjadi ujian tersendiri. Hujan deras mengguyur tanpa jeda, lampu jalan padam, dan sinyal telekomunikasi terputus sepanjang jalur yang mereka lalui.

“Perjalanan hampir empat jam lebih, penuh gelap dan hujan,” kenang Darto.

Baru pada pukul 23.50, rombongan Tagana Jatim akhirnya tiba di Mako Tagana Pidie Jaya. Namun tantangan belum usai. Mako tersebut tengah mengalami kelangkaan air bersih, membuat relawan harus menyesuaikan diri sambil tetap melanjutkan tugas kemanusiaan mereka.

Menguatkan yang Rapuh

Di tengah segala keterbatasan, empat anggota Tagana Kota Batu ini menjalani hari-hari mereka dengan satu komitmen: menguatkan mereka yang rapuh. Anak-anak yang kehilangan tawa, keluarga yang kehilangan rumah, serta warga yang kehilangan jejak kesehariannya.

Di tanah bencana itu, di bawah hujan deras dan gelap malam yang sepi sinyal, Darto dan rekan-rekan memilih untuk hadir. Hadir tidak hanya sebagai relawan, tetapi sebagai dukungan emosional, tenaga, dan secercah harapan yang menyala untuk Aceh.(*)