TIMES JATIM, SURABAYA – Sampah plastik, salah satu jenis limbah yang memiliki waktu paling lama untuk bisa terurai secara alami. Kantong plastik misalnya, membutuhkan waktu 10 hingga 1000 tahun dan botol plastik membutuhkan waktu sekitar 450 tahun.
Salah satu upaya untuk menekan penumpukan sampah plastik adalah dengan beralih menggunakan material berkelanjutan, seperti botol minum tumbler dan tas kain, sebagai pengganti produk plastik sekali pakai. Tapi bagaimana dengan produk makanan atau minuman yang masih menggunakan kemasan plastik? Edible plastic jawabannya.
Badan Eksekutif Mahasiswa atau BEM Petra Christian University (PCU) melalui Kampung Binaan Mahasiswa (KBM) IX mengajak para warga Kelurahan Siwalankerto untuk membuat edible plastic.
“Mahasiswa dan warga saling belajar langkah demi langkah proses pembuatan edible plastic secara sederhana, yaitu dengan mencampurkan bahan-bahan alami seperti tepung tapioka, gliserol, dan air, kemudian dipanaskan hingga membentuk lembaran plastik yang dapat terurai dan bahkan aman untuk dikonsumsi,” ungkap Ketua Panitia, Marcell Nathaniel Julian, beberapa waktu lalu.
Menariknya, plastik yang dibuat ini langsung diujicobakan. Para peserta menggunakannya sebagai wadah untuk menampung teh, kopi, dan gula, kemudian langsung menyeduhnya. Kegiatan ini tidak hanya memberikan keterampilan baru, tetapi juga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya inovasi dan gaya hidup yang bertanggung jawab dalam pelestarian lingkungan.
Selain belajar mengenai edible plastic, KBM IX juga mengajak membuat ecobricks. Sebanyak 33 tim mahasiswa membuat ecobricks dengan mengisi botol plastik bekas menggunakan sampah plastik hingga menjadi padat. Setelah itu disusun menjadi pot atau wadah tanam. Bersama-sama, mereka saling menanam bibit cabai di dalamnya.
“Ecobricks tersebut kemudian diberikan kepada warga di Gang Pisang,” imbuh Marcell.
Gang Pisang yang terletak di wilayah Siwalankerto, Surabaya, adalah kawasan permukiman padat penduduk dengan ruang terbuka hijau yang terbatas. Kondisi ini memberi peluang besar untuk pengembangan penghijauan yang lebih optimal, guna meningkatkan kualitas lingkungan dan kenyamanan warga.
Lebih lanjut, ia berharap, kegiatan tersebut bisa menjadi wadah bagi warga dan mahasiswa untuk semakin meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian ruang terbuka hijau, serta pengelolaan sampah yang baik.
"Semoga setelah ini mereka juga bisa mempraktikkan pembuatan dan penggunaan edible plastic serta ecobricks dalam kehidupan sehari-hari,” pungkasnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Melihat Proses Pembuatan Edible Plastic, Solusi Kemasan Ramah Lingkungan
| Pewarta | : Siti Nur Faizah |
| Editor | : Deasy Mayasari |