TIMES JATIM, SURABAYA – Jawa Timur bukan sekadar provinsi. Ia penyangga utama ekonomi Indonesia. Detak industrinya hidupkan pasar. Gerak buruhnya gerakkan negeri.
Kamis pagi, 24 April 2025. Langit Surabaya mendung tipis. Di Mapolda Jawa Timur, ratusan orang berkumpul. Ada polisi. Ada tentara. Ada buruh. Silaturahmi digelar.
Bukan hanya basa-basi. Bukan sekadar tatap muka. Tapi ajakan untuk saling jaga. Pangdam V Brawijaya, Mayjen TNI Rudy Saladin, duduk di barisan depan. Tegas, tapi tidak kaku. Tenang, tapi tegas.
Ia berbicara tanpa berputar-putar. Jawa Timur, katanya, adalah barometer perekonomian nasional. Jika tidak dijaga, bisa berpengaruh ke mana-mana. Kondisi global sedang tidak baik. Inflasi, ketidakpastian, tekanan ekonomi.
Tapi, sambung dia, Jawa Timur harus tetap stabil. Harus tetap jadi tulang punggung. Di hadapan para serikat pekerja, ia mengajak untuk bersatu. Bukan untuk diam. Tapi untuk cerdas menyikapi.
May Day, katanya, harus damai. Harus bermartabat. “Jangan beri ruang bagi provokator,” ucapnya. Suaranya pelan, tapi tajam.
Ruang pertemuan tidak riuh. Tapi sarat makna. Pangdam melanjutkan, Kodam siap bersinergi dengan Polda, pemerintah daerah, para pelaku usaha dan tentu, dengan buruh.
Kapolda Jatim, Irjen Pol Nanang, yang memimpin acara itu menegaskan bahwa keamanan bukan hanya soal patroli. “Keamanan itu rasa. Dan rasa itu datang dari kepercayaan,” ucapnya.
Menjelang May Day, Pangdam V Brawijaya dan Kapolda Jatim mengingatkan agar tak ada yang terprovokasi. Semua pihak diminta bersatu, menjaga kedamaian. Kodam dan Polda siap bersinergi. Siap membantu. Karena menjaga Jawa Timur, adalah menjaga kepentingan bersama.
“Keamanan bukan tugas satu pihak. Tapi tanggung jawab bersama. Kalau bukan kita yang jaga Jawa Timur, siapa lagi?” kata Pangdam. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Pangdam V Brawijaya: Jawa Timur Rumah Besar Ekonomi dan Harapan Pekerja
Pewarta | : Syarifah Latowa |
Editor | : Deasy Mayasari |