TIMES JATIM, SURABAYA – Sekitar pukul 16.43 WIB, satu jenazah korban ambruknya Ponpes Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo kembali masuk ke RS Bhayangkara, Surabaya. 

Sehingga, sebanyak 11 korban memasuki tahap identifikasi di RS Bhayangkara. Dan menambah jumlah total korban meninggal menjadi 16 orang. 

Kabid Dokkes Polda Jatim, Kombes Pol. Dr. dr. Mohammad Khusnan Marzuki, Sabtu (4/10/2025) mengakui adanya tantangan besar yang dialami Tim DVI dalam proses identifikasi. Menurutnya, kondisi jenazah yang semakin lama ditemukan semakin membutuhkan ketelitian ekstra.

"Kalau dari kondisi jenazah, ya semakin lama semakin sulit di identifikasi, karena faktor alaminya. Sehingga membutuhkan ketelitian lebih lagi," ujarnya.

Kedatangan jenazah korban ambruknya bangunan musala Ponpes Al Khoziny. (Foto: Siti Nur Faizah/TIMES Indonesia)

Meskipun harapan utamanya adalah dapat mengidentifikasi jenazah tanpa harus melalui tes DNA, tim DVI telah mengambil langkah cepat untuk mengantisipasi kesulitan tersebut. 

Sampel DNA dari jenazah yang kondisinya sulit telah diperintahkan untuk segera dikirim ke Jakarta. "Begitu ada korban, seperti tadi malam itu, langsung saya perintahkan untuk berangkat ke Jakarta," katanya.

Idealnya, lanjut Khusnan, pemeriksaan DNA membutuhkan waktu sekitar lima hari. Namun, pihak DVI meminta Pusdokkes Polri untuk memprosesnya dalam waktu tiga hari. Hal ini dimungkinkan karena teknologi DNA Pusdokkes Polri sudah terakreditasi internasional dengan tingkat ketelitian mencapai 99,99 persen.

"Kita lebih mengutamakan ketelitian, bukan mengutamakan kecepatan. Tapi tidak menutup kemungkinan kita harus teliti dan cepat," tutupnya. (*)