TIMES JATIM, SURABAYA – Kampung Kue di Jalan Rungkut Lor Gang II, Kelurahan Kalirungkut menjadi salah satu kampung tematik di Surabaya yang akhirnya mendapat label sebagai kampung destinasi wisata Kota Pahlawan.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyebut penataan kawasan Kampung Kue sebagai kampung wisata tidak lain untuk semakin meningkatkan kemakmuran ekonomi warganya.
"Kampung ini menjadi tempat kulakan kue yang sekarang tidak hanya melayani pembeli dari Surabaya saja tetapi juga wilayah-wilayah penunjang seperti Gresik dan Sidoarjo sudah banyak mengambil dari sini," ungkap Eri.
Di Kecamatan Rungkut, diketahui ada sebanyak 1.552 pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Dari jumlah tersebut, 71 di antaranya merupakan perajin kue tradisional di wilayah Kampung Wisata Kue.
Mengetahui hal tersebut Eri menginginkan ke depan para perajin kue di kampung ini bisa naik kelas menjadi manajer dan membuka lapangan pekerjaan untuk warga lainnya. "Jadi mereka sudah bisa punya pegawai. Itu yang saya ingin kembangkan," ucapnya.
Bahkan, orang nomor satu di Kota Surabaya ini meminta para pengusaha di Kampung Kue dapat ikut meramaikan wisata kuliner malam hari di Jalan Tunjungan. "Jadi kalau biasanya kue itu pagi, ini setiap malam kita gabungkan pertunjukan seni di Jalan Tunjungan. Jadi, suasananya itu dibuat arek enom (anak muda) sambil menikmati kue khas Suroboyo, pasti beda rasanya," bebernya.
Tidak hanya Kampung Kue, Mantan Kepala Bappeko Surabaya itu juga berkomitmen menata ulang kampung tematik lainnya di Kota Pahlawan sebagai destinasi wisata.
"Karena Surabaya ini hebatnya dari kampung. Makanya Surabaya menjadi besar menjadi Kota Metropolitan tidak boleh melupakan sejarah kampung. Maka tugas kita adalah bagaimana kampung-kampung itu mempunyai ciri khas - ciri khas," paparnya.
Dalam kesempatan yang sama, Camat Rungkut H Habib menyebut bahwa perajin kue tradisional di wilayahnya itu telah mengantongi sertifikat dari Dinas Kesehatan (Dinkes). "Quality control sudah dilakukan oleh Dinkes, baik terkait penjamahan, kehalalan, dan kebersihan semua layak dan memenuhi standar sebagai makanan yang layak konsumsi," jelasnya.
Sejak tahun 2009 para perajin kue terus mengalami peningkatan omzet rata-rata mencapai Rp300 ribu - Rp1 juta per harinya. "Kami buka mulai 03.00 sampai 06.00 pagi (WIB). Dengan omzet rata-rata itu misal dikalikan 30 hari dan dikalikan 71 UMKM maka ini perputaran ekonomi yang luar biasa," terang Habib.
Warga Kampung Kue Surabaya mampu memproduksi sekitar 60-65 jenis variasi kue tradisional yang siap dijajakan setiap pagi hari di Jalan Rungkut Lor Gang II, Kelurahan Kalirungkut. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kampung Kue Tradisional di Surabaya Ini jadi Destinasi Wisata Andalan
Pewarta | : Ammar Ramzi (MG-235) |
Editor | : Faizal R Arief |