TIMES JATIM, MALANG – Berada di Jalan Gajahmada yang tepatnya persis di belakang gedung DPRD Kota Malang, terlihat vila tua nan megah yang bertuliskan Bella-Vista. Vila ini adalah bangunan rumah peninggalan Belanda yang telah berdiri sebelum adanya gedung Balai, tepatnya sekitar tahun 1920-1925 silam.
Bangunan yang kini terlihat telah terbengkalai tanpa perawatan, ternyata memiliki sejarah panjang sejak pertama kali berdiri.
Sekretaris Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang, Agung Buana menceritakan, sejak awal berdiri bangunan tersebut difungsikan sebagai tempat peristirahatan atau rumah vila yang menghadap ke Sungai Brantas.
"Sungai Brantas kalau dilihat dari Bella-Vista itu lebih tinggi dan pemandangannya lebih bagus kalau menghadap ke arah selatan. Jadi memang rumah di pinggir sungai Brantas," ujar Agung saat dikonfirmasi, Minggu (13/3/2022).
Bella-Vista Sebagai Rumah Percontohan Perencanaan Bouwplan I
Dalam sejarahnya, Vila Bella-Vista ini diduga sebagai rumah percontohan untuk komplek perumahan Belanda di Kota Malang yang telah terencana pada tahun 1920an.
Perencanaan tersebut disebut Bouwplan I (Rencana Pengembangan Kota Malang I) dengan luas areal 12.939 meter persegi dengan dikenal pada masa itu adalah Oranjebuurt (Daerah Oranye).
Halaman belakang bangunan Vila Bella-Vista yang berada di Jalan Gajahmada, Kota Malang. (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)
Daerah Oranjebuurt tersebut memakai nama-nama jalan dengan nama anggota keluarga kerajaan Belanda. Seperti Wilhelmina Straat (sekarang Jl Dr Cipto), Juliana Straat (sekarang Jl RA Kartini), Emma Straat (sekarang Jl dr Sutomo), Willem Straat (sekarang Jl Diponegoro), Maurits Straat (sekarang Jl MH Thamrin) dan Sophia Straat (sekarang Jl Cokroaminoto).
"Dugaan kami, mungkin proses pembangunan (Bouwplan I) itu perlu ada model. Rumah Bella-Vista itu adalah salah satu rumah contoh, sehingga seperti pembangunan rumah di Jl RA Kartini (sebelumnya Juliana Straat) contohnya adalah Bella-Vista," ungkapnya.
Sebagai rumah percontohan untuk desain Bouwplan I, kata Agung, belum tentu rumah tua Bella-Vista ini menjadi rumah pertama dengan arsitektur asli Belanda.
Sebab, dijelaskan Agung, sebelum ada Bella-Vista, rumah Belanda pertama yang berada di Kota Malang bertempat di kawasan Jalan Juanda, Martadinata hingga Kebalen atau biasa disebut wilayah Kota Lama.
Karena dalam sejarah penjajahan Belanda ke Indonesia, khususnya di Kota Malang, lahirnya Bouwplan I hingga seterusnya yang memunculkan kelompok-kelompok atau komplek perumahan Belanda di Kota Malang.
"Di depan Bella-Vista agak ke timur itu ada hotel Belanda depannya Aloha (Hotel) itu memanjang hingga ke bekas Rumah Makan Inggil. Dua komplek kiri dan kanan inggil itu Hotel Belanda," jelasnya.
Pernah Disinggahi oleh Presiden RI Pertama, Ir Soekarno
Sejarah peresmian Alun-Alun Tugu oleh Bung Karno pada tahun 1953 silam, ternyata ada keterkaitan dengan rumah tua Bella-Vista.
Sebab, dalam sejarahnya ribuan orang menghendaki Bung Karno untuk melakukan pidato secara langsung di depan masyarakat Kota Malang di Alun-Alun Tugu Malang.
"Dibuatkanlah podium dadakan oleh kepanduan keturunan arab untuk Bung Karmo agar bisa berpidato di tengah-tengah lapangan," katanya.
Setelah itu, ada dugaan setelah meresmikan Alun-Alun Tugu Malang, Bung Karno menyinggahi ke Vila Bella-Vista sebelum dirinya kembali ke Surabaya menggunakan kereta api.
"Jadi cuma singgah, Tapi itu gak lama, hanya sejenak saja. Karena setelah itu Bung Karno harus kembali ke Surabaya," imbuhnya.
Perkembangan Vila Bella-Vista dari Masa ke Masa Hingga Akhirnya Terbengkalai
Vila Bella-Vista yang berdiri sekitar tahun 1920an, diketahui hingga tahun 1942 masih ditinggali oleh keluarga Belanda kala itu.
Namun, dalam sejarah peradaban, di era tahun 1942-1945 sempat dipakai oleh Jepang saat masuk ke wilayah Indonesia sebagai kantor pendukung.
"Kemudian sejak Jepang keluar Indonesia tahun 1945an, Bella-Vista terbengkalai, karena waktu itu adalah masa yang tidak jelas, tahun 1945-1949," ungkapnya.
Kemudian, setelah terbengkalai sementara, Vila Bella-Vista sempat diambil alih oleh orang pribumi dan ditinggali sementara saja.
"Lalu tahun 1970an, informasinya dibeli oleh orang kaya jaman dulu dan akhirnya dijadikan salah satu asetnya," tuturnya.
Akan tetapi, karena orang kaya yang tak bisa disebutkan identitasnya tersebut bertempat tinggal di Jakarta, akhirnya Vila Bella-Vista menjadi tak terawat.
Namun, sekitar tahun 1990an, ternyata Vila Bella-Vista sempat jadi tempat kursus tentang komputer hingga tahun 1998. Hal itu terlihat nyata, karena hingga saat ini di tembok masuk atau ruang tamu, masih terlihat tulisan 'Information Center, STT Inst Kom" yang memang mulai memudar.
"Setelah itu sempat dikontrak orang, tapi satu sampai dua tahun saja, kemydian banyak kosongnya sampai sekarang," imbuhya.
Jika diamati, Vila Bella-Vista memang tak pernah diubah soal bentuk bangunannya. Akan tetapi, menurut Agung, banyak ornamen bangunan tua tersebut diambil oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.
"Dilihat itu masih asli, tapi didalam banyak yang sudah hilang," tegasnya.
Disisi lain, soal Cagar Budaya, lanjut Agung, sebenarnya bangunan rumah tersebut bisa masuk dalam kategori Cagar Budaya.
Dilihat dari kriteria menurut undang-undang, jika dibangun lebih dari 50 tahun, punya arsitektur tertentu dan nilai historis terkait Bouwplan I, seharusnya bisa masuk dalam Cagar Budaya.
"Arsitek Belanda di Indonesia kan memang mengalami perkembangan. Biasanya pakai Indische Empire Style yang bermodel pilar-pilar besar. Mulai pada atapnya meruncing, pritisan, ruang luas, sumur belakang hingga terdapat paviliun di belakang rumahnya. Itu ciri arsitektur Belanda," ujarnya usai menjelaskan sejarah Vila Bella-Vista yang ada di kota Malang. (*)
Pewarta | : Rizky Kurniawan Pratama |
Editor | : Deasy Mayasari |