TIMES JATIM, SURABAYA – Kegiatan Tengah Semester (KTS) tahun 2025, SMK Ketintang Surabaya mengadakan Pameran Karya Guru. Acara ini diadakan sebagai tempat bagi para pendidik untuk menampilkan kreativitas sekaligus wadah refleksi bersama seluruh warga sekolah.
Kepala SMK Ketintang Surabaya, Agung Nugroho, S.E., M.M., menjelaskan bahwa kegiatan tengah semester ini tidak hanya menjadi momen evaluasi akademik, tetapi juga kesempatan bagi guru untuk menunjukkan hasil karya dari proses pembelajaran di pertengahan semester.
“Sebenarnya ini adalah ruang untuk refleksi. Kegiatan tengah semester itu bukan hanya evaluasi akademik, tapi juga menunjukkan hasil karya atau proyek dari proses pembelajaran di tengah semester,” ujarnya.
Menurut Agung, gagasan pameran karya guru berasal dari keinginan untuk memberi siswa contoh agar menunjukkan kreativitas mereka. Dengan itu ada harapan siswa termotivasi untuk melakukan hal-hal yang hebat di bidang mereka.
Kegiatan ini juga menjadi bagian dari rangkaian KTS. Measure Dana Rizandi, selaku Ketua Panitia KTS Gasal 2025 menjelaskan bahwa tahun ini KTS dibentuk lebih kreatif dengan melibatkan siswa-siswi kelas 10 dan 11.
“Untuk kelas 10, mereka membuat produk inovatif dari bahan sachet kopi Good Day. Kelas 11 ada proyek kreasi rasa yang mengolah varian Good Day Latte menjadi minuman siap jual. Semua hasil karya itu nanti akan dinilai langsung oleh tim dari Good Day,” jelas Measure.
Kepala SMK Ketintang Surabaya, Agung Nugroho saat ditemui TIMES Indonesia, Kamis (16/10/2025).
Ia menambahkan, kegiatan ini menjadi ruang bagi guru dan siswa untuk menyalurkan imajinasi melalui berbagai media, baik tradisional maupun digital.
“Berkarya itu merupakan satu wadah bagi manusia untuk menularkan atau menginterpretasikan keinginannya. Contohnya, di pameran kali ini ada yang menggunakan artificial intelligence, ada yang memakai seni visual manual, dan ada juga yang menggunakan perangkat digital, jadi macam-macam. Perlu sekali bagi guru dan siswa untuk mengeluarkan imajinasinya supaya bisa semakin mind-blowing, supaya kreativitasnya tidak hilang,” tambahnya.
Respon dari para guru terhadap kegiatan ini sangat positif. Banyak di antara mereka yang menampilkan kemampuan dan bakat di luar bidang ajarnya. Kepala sekolah menilai semangat tersebut menjadi bukti bahwa ide kreatif tidak mengenal batas usia maupun profesi.
Agung berharap kegiatan seperti ini dapat terus digelar secara rutin dan dikembangkan menjadi bentuk kolaborasi antara guru dan siswa.
“Ke depan, saya juga ingin menggandeng teman-teman dari sekolah-sekolah lain. Saya yakin setiap guru itu punya karya, hanya saja kadang mereka bingung bagaimana cara menampilkannya. Nah, melalui kegiatan seperti ini, saya ingin mengajak sekolah lain untuk ikut serta,” ucapnya.
Melalui kegiatan ini, SMK Ketintang menunjukkan bahwa semangat berkarya dapat tumbuh di mana saja. Bisa dari ruang kelas, tangan para pendidik, hingga ide-ide baru para siswa yang berani berinovasi. Tidak perlu takut dan malu untuk berkarya. Apapun yang ada dalam benak, sampaikanlah. Tidak ada batasan umur untuk berkarya. (*)
Pewarta | : Siti Nur Faizah |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |