https://jatim.times.co.id/
Pendidikan

Sound Horeg Kian Marak, Begini Pandangan Sosiolog

Senin, 19 Mei 2025 - 15:06
Sound Horeg Kian Marak, Begini Pandangan Sosiolog Sound horeg di depan Kantor Pemkab Banyuwangi. (Foto: Anggara Cahya/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, JAKARTA – Sosiolog Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Syaifudin mengomentari aksi battle sound horeg di pesisir laut Pasuruan, Jawa Timur. Kapal-kapal yang membawa sound system besar itu beradu suara keras dan bising di area tersebut. 

Ia mengatakan, sound horeg yang kian marak itu merupakan bagian dari budaya populer yang berkembang di kalangan anak muda, khususnya di wilayah pedesaan atau pinggiran Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

Fenomena ini, kata dia, memperlihatkan bagaimana budaya anak muda mengambil ruang di luar arus utama, seringkali dalam bentuk yang berisik, atraktif, dan ekspresif. 

"Sosiolog Stuart Hall menyebut ini sebagai cultural resistance, yakni perlawanan terhadap nilai-nilai mapan melalui bentuk budaya alternatif," katanya kepada TIMES Indonesia, Senin (19/5/2025).

Di Jawa, lanjut dia, di mana tradisi sering diasosiasikan dengan ketenangan, harmoni, dan sopan santun, sound horeg menjadi bentuk ekspresi yang kontras, bahkan kadang dianggap "tidak njawani."

Ia menjelaskan, tabrakan antara tradisionalisme dan modernitas budaya Jawa yang sering dicirikan oleh nilai-nilai seperti alon-alon asal kelakon, tata krama, dan rukun. 

Sound horeg, kata dia, justru dianggap sebaliknya yakni mengganggu ketertiban dan kedamaian, terutama karena suaranya yang keras dan konvoi yang bisa menyebabkan kemacetan hingga dianggap merusak fasilitas jalan. 

"Namun di satu sisi sound horeg bukan hanya soal musik keras. Ia adalah alat identifikasi komunitas, terutama bagi remaja yang ingin menampilkan eksistensi sosialnya," jelasnya. 

Dalam beberapa kasus, kata dia, sound horeg juga dapat dilihat sebagai protes diam-diam terhadap keterbatasan ruang hiburan dan ekspresi di desa atau kota kecil. 

Minimnya akses terhadap panggung budaya modern membuat remaja menciptakan bentuk hiburan sendiri, meski dengan risiko pelanggaran aturan sosial. Ini mencerminkan ketimpangan sosial-budaya antara pusat kota dan pinggiran.

Hibridisasi Budaya

Syaifudin mengatakan, fenomena sound horeg adalah contoh hibridisasi budaya, yaitu menggabungkan unsur budaya modern dalam hal ini musik elektronik, sound system, dengan konteks lokal yakni arak-arakan desa, hajatan, tradisi Jawa. 

"Dalam acara seperti karnaval desa, khitanan, atau malam tirakatan, sound system ini menyatu dengan bentuk budaya lokal, meskipun membawa nuansa baru yang berbeda dan kadang dianggap mengganggu," katanya. 

Dia dia, karena sound horeg ini sudah menjadi fenomena sosial yang marak terjadi di masyarakat dan kadang terjadi benturan antar masyarakat yang tidak sejalan dengan keberadaan sound horeg, maka pemerintah dan aparatur penegak keamanan setempat harus membuat regulasi yang tegas.

"Hal itu agar di satu sisi budaya populer ini tetap berekspresi, namun di sisi lain tidak mengganggu kenyamanan dan ketenangan masyarakat maupun ekosistem yang lain, misalnya lingkungan laut," ujarnya. (*)

Pewarta : Moh Ramli
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.